Wednesday, December 13, 2006

MENGHADIRI PESTA PERKAWINAN DI TONDANO

Pada tanggal 8 Desember 2006, Aku dan teman-teman kantor berangkat menghadiri pesta perkawinan teman kantor kami yang dilangsungkan di Tondano. Untuk dapat sampai ke Tondano, kami harus mengendarai mobil selama kurang lebih 10 jam. Teman kantor yang akan menghadiri pesta perkawinan Pak Masran Rauf di Tondano ini kurang lebih 20 Orang dengan mengendarai 3 mobil. Agar Pak sopir tidak mengantuk maka dibuatlah cerita-cerita lucu yang membuat Pak sopir dan penumpang tertawa terbahak-bahak. Pokoknya ramai, enjoy selama dalam perjalanan dan sangat menyesal bagi teman-teman lainnya yang tidak ikut ke Tondano.

HasratKu dari awalnya memang menggebu-gebu untuk dapat menghadiri pesta di Tondano ini, karena 20 tahun yang lalu Aku pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Roong Tondano dan saat sekarang ini Aku ingin melihat lagi daerah tempat Aku berKKN dulu. Tetapi mengingat karena fisikKu yang akan sangat kelelahan bila mengendarai mobil dengan jarak yang sangat jauh dan juga karena Aku sudah diminta untuk memimpin rapat IKKF pada hari Minggu, 10 Desember 2006, maka Aku mulai pesimis untuk dapat pergi ke Tondano. Tetapi karena Pak Haji Remi sudah 3 kali menelpon dan meyakinkan Aku agar tetap harus berangkat ke Tondano dan mobil sudah menjemputKu di rumah maka tidak ada lagi keragu-raguan, Aku segera angkat koper berangkat ke Tondano.

Aku satu mobil dengan Pak Haji Remi yang bertindak sebagai sopir, Pak Menko AA Wisnu sebagai navigator dan dibelakang mereka berdua Opa Rustam, Aku dan Nona febi, serta dibangku yang lebih belakang mengawal kami adalah Kapten Iswan dan si Jangkung Kasim.

Kami berangkat dari Gorontalo, start dirumahnya AA Wisnu di Tenggela Kecamatan Telaga sesudah sholat Magrib, memasuki daerah Gorontalo Utara di Kecamatan Kwandang kami berhenti melaksanakan sholat Isya kemudian perjalanan dilanjutkan kembali. Tidak berapa lama kemudian setelah meninggalkan Kecamatan Atinggola Provinsi Gorontalo kami segera masuk ke daerah Bolaang Mongondow wilayah Sulawesi Utara.

Karena perut sudah keroncongan maka kami singgah makan di rumah makan Enjel 2 masih di wilayah Bolmong . Semua merasa puas dengan pelayanan dan makanan yang disajikan berupa ikan laut bakar dengan rica-rica yang pedas, gorengan dan kua asam. Untuk melepaskan kelelahan dari perjalanan yang sudah ditempuh, maka kami agak lama bersantai di rumah makan Enjel ini.

Kira-kira pada tengah malam kami start kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum memasuki Kota Manado kami sholat Shubuh di Kecamatan Tumpaan daerah Minahasa Selatan dan pada jam 06.00 pagi kami masuk untuk menginap di Hotel Jayakarta dekat sungai Kualajengki Manado. Sebelum masuk ke Hotel ini kami makan nasi kuning dulu. Satu mobil lainnya berpenumpang Ibu Sekretaris tidak menginap di Manado tetapi diutus untuk langsung ke Tondano memberitahukan bahwa rombongan sudah berada di Manado.

Aku dan teman-teman yang satu mobil masuk ke kamar langsung tidur, karena semalaman suntuk dalam perjalanan tidak tidur. Tetapi herannya ada juga teman-teman yang dimobil lainnya tidak tidur dan langsung berputar-putar di Kota Manado.

Pada siang hari setelah sholat Zhuhur kami menikmati makan siang di rumah makan Minang di pusat Kota Manado. Setelah makan siang kami kembali lagi ke Hotel untuk melanjutkan kembali tidur yang sempat terhenti akibat perut yang lapar. Bangun dari tidur, setelah sholat Magrib kami menuju warung sate untuk santap malam. Sesudah kekenyangan makan sate Opa Rustam mengutarakan maksudnya ingin melihat-lihat Boulevar, tetapi herannya sebelum sampai ke Boulevar Opa Rustam sudah tertidur pulas sehingga Pak Sopir memutuskan untuk langsung pulang ke Hotel untuk menidurkan Opa.

Hari minggu pagi, pukul 04.30 Wita Aku terjaga dari tidur malam yang panjang. Setelah sholat Shubuh Aku jalan pagi untuk menikmati, melihat-lihat Kota Manado dipagi hari. Langkah kakiKu ternyata menuju ke pasar bersehati Manado, menyeberangi sungai Kualajengki lewat jembatan kayu darurat, karena jembatan yang baru sementara dibangun.

Pagi hari ternyata pasar ini sudah ramai dengan penjual yang menjajakan barang dagangannya. Aku teringat Telpon isteriKu semalam dimana anakKu Arif meminta untuk dibelikan CD penyanyi Letto. Setelah Aku mendekati pelabuhan, ditepi laut Aku melihat penjual CD sedang menawarkan dagangannya. Aku mendekat dan menanyakan kalau ada CD Letto, ternyata ada. Aku membeli 2 keping CD Letto dan 2 CD lagi lagu anak-anak untuk anakKu yang bungsu, Sendy. Setelah itu Aku melanjutkan jalan pagiKu.

Di depan pelabuhan Aku melihat kapal yang sedang bersandar dan penumpang sementara turun. Aku teringat masa yang telah lewat 22 tahun yang lalu, tahun 1984 waktu Aku pertama kali ke Manado untuk menimba ilmu di Fakultas Pertanian UNSRAT Manado. Aku dan teman-teman berlayar dari pelabuhan Kwandang dan turun di pelabuhan manado ini. Waktu itu jalan darat belum bisa tembus ke Manado. Jadi satu-satunya kenderaan yang bisa digunakan ke Manado adalah dengan kapal laut. Aku masih teringat bagaimana kapal kami di goyang-goyang oleh ombak dan temanKu Imran muntah-muntah. Tapi Aku heran Aku tidak pernah muntah.

+_ 10 meter melewati pelabuhan Manado, Aku sudah sampai diujung jalan Boulevard. Kemegahan Mall berjejer menjulang tinggi sepanjang jalan ini. Aku kembali teringat 20 tahun yang lalu, sepanjang jalan Boulevard ini adalah pantai Manado, dimana pada hari minggu dan libur Aku dan temanKu Slamet mandi di pantai Manado ini. Kini pantai sudah tidak ada lagi sudah ditimbun dengan batu-batu dan sirtu kemudian dibangun Mall. Diujung jalan ini Aku tersentak kaget melihat matahari sudah menampakkan wajahnya mengingatkan Aku agar segera kembali ke Hotel untuk bersiap-siap berangkat ke Tondano. Pada saat Aku pulang Aku mengambil jalan yang tidak Kulewati tadi.

Di jalan ini Aku ketemu pedagang kaki lima yang disebut Uti-uti, warga Gorontalo perantauan dari daerahKu. Dulu 20 tahun yang lalu seingatKu mereka berjualan dipinggiran toko di taman kota Pasar 45 depan Bioskop Presiden. Tetapi saat ini mereka sudah digusur dan sekarang mereka berjualan disepanjang jalan ini. Aku membeli 2 potong celana untuk AnakKu yang sulung, Arif dan 2 potong stelan kemeja celana untuk Adiknya Sendy.

Setiba di hotel Aku heran melihat si Arter masih tertidur pulas. Untuk mengeringkan keringat, sebelum Aku mandi, Aku menghidupkan dan menonton berita TV. Tiba-tiba Pak Ismail membuka pintu kamar dan menyuruhKu untuk bersiap-siap berangkat ke Tondano. Aku lihat Pak Ismail sudah berbaju batik siap untuk berangkat.

Akupun segera mandi dan berbaju batik, pakaian yang sudah disiapkan IsteriKu yang akan dipakai ke pesta perkawinan. Arter Aku bangunkan supaya dia juga bersiap-siap untuk segera berangkat.

Setelah itu Aku keluar kamar mengetuk kamar depan kamarKu. Di kamar ini dihuni Pak Haji Remi, Menko AA Wisnu dan Opa Rustam. AA Wisnu begitu Aku beritahukan akan berangkat langsung ke kamar mandi. Opa Rustam yang belum mau mandi dengan alasan menunggu dulu Pak Haji yang keluar hotel melakukan negosiasi bisnis otomotifnya. Ternyata Pak Haji ke Tondano ini ada maksud sampingannya yaitu untuk bisnis otomotif. Aku tersadar, kenapa Pak Haji ini ngotot untuk berangkat ke Tondano dan hingga 3 kali menelponKu agar jangan sampai tidak jadi berangkat bersama-sama ke Tondano.

Setelah dari kamar Opa Rustam, Aku turun ke loby hotel bersama koper bawaanKu, disana sudah ketemukan teman-teman yang lain yang sudah siap-siap untuk berangkat, terutama ibu-ibunya yang sudah berdandan. Ibu Tiya meminta agar momen ini diabadikan dengan potret bersama. Karena ibu-ibu yang satu mobil sudah lengkap semuanya maka mereka segera berangkat lebih dulu ke Tondano.

Aku yang satu mobil dengan Pak Haji masih menunggu pak haji yang masih berbisnis. Aku berusaha menghubunginya dengan menelpon, tapi heran HP nya tidak aktif, +_ pukul 10.00 pak haji nongol, lumayan juga lamanya menunggu pak haji +_ 2 jam. Setelah barang-barangnya pak haji masuk ke mobil kami segera berangkat.

+_ 15 menit setelah berangkat ternyata urusan bisnisnya pak haji ini belum selesai. Sambil menunggu teman bisnisnya pak haji, dikomandai pak Menko kami masuk ke supermarket dekat lapangan Tikala membeli makanan ringan yang akan disantap selama dalam perjalanan. Makanan ringan paforitKu yang suka Kusantap adalah kacang bersama minuman susu dos. Pak Menko merasa heran kenapa makanan dan minuman itu yang menjadi kesukaanKu, bukan yang lainnya, jawabannya ternyata mudah sebab kalau yang lainnya Aku akan sakit perut.

Setelah kembali ke mobil dari Supermarket kami segera berangkat, memasuki daerah Karombasan memori diotakKu mulai bangkit mengingat bahwa 20 tahun yang lalu jalan ini pernah Kulalui, pada saat-saat Aku masih pada semester 1 dan 2 pada tahun 1984 dan 1985 pada Fakultas Pertanian Unsrat Manado, dimana kami sering melakukan praktek di lapangan maupun pada semester selanjutnya melakukan penelitian dan KKN. Kebetulan lokasi Aku KKN adalah di desa Roong Tondano berdekatan dengan tempat pesta yang akan kami hadiri.

Tiba di Pineleng Aku kembali teringat masa lalu dimana beberapa kali Aku ke tempat ini menemui sepupuKu Ubaldus, untuk mengetik tugas praktikum karena dia memiliki mesin ketik.

Sepanjang jalan dalam perjalanan yang kami lalui tumbuh tanaman pepohonan baik diperbukitan maupun pada jurang/lembah, keadaanya masih yang seperti yang dulu 20 tahun yang lalu. Sebagian besar pohon yang tumbuh adalah cengkih ada juga pohon kelapa. Oleh karena banyak tumbuh pepohonan baik dibukit maupun di lereng gunung menyebabkan tingkat erosi didaerah ini sangat kecil sehingga banjir dan longsor sangat jarang terjadi. Hal ini berimbas pula pada keadaan danau Tondano yang keadaannya masih lebih baik bila dibandingkan dengan Danau Limboto di daerahKu.

Melihat rindangnya pepohonan sepanjang jalan ini Aku teringat dengan Jalan Trans Sulawesi dari Kecamatan Isimu sampai dengan Tilamuta di daerahKu dimana perbukitannya yang gundul sehingga erosinya tinggi dan sering banjir, sekiranya sepanjang jalan Trans Sulawesi ini dapat dirindangkan dengan pepohonan yang berguna seperti kemiri yang cocok untuk iklim yang panas, maka akan dapat menolong mencegah banjir dan erosi yang sering terjadi.

Semakin kami dekat dengan kota Tondano udara semakin dingin karena jalan yang kami laluipun semakin menanjak menaiki daerah perbukitan. Tanpa disadari, kami sudah melewati Kota Tomohon yang udaranya sejuk. Sudah banyak bangunan yang baru berdiri di kota ini. Bunga-bunga dari berbagai jenis hidup subur di kota ini. Aku saat semester akhir melakukan penelitian di Kota ini dan beberapa kali kami melakukan praktek lapangan di kota yang sejuk ini.

+_ Pukul 12.00 Wita kami sampai juga di Tondano. Sebelum sampai ke Kampung Jawa, kami melewati Desa Roong, lokasi aku ber KKN dulu 22 tahun yang lalu. Aku menerawang teringat teman-temanku ber KKN dulu. Kami 8 orang mahasiswa dari 4 Fakultas yang berbeda ditempatkan di desa ini. Aku teringat pada Femi dari Fakultas Kedokteran, tidak tahu Ibu Dokter ini berada dimana sekarang? Dokter Farid Dunggio juga dari Kedokteran, Imran Buna ada di Gorontalo dan 4 teman yang lainnya yakni 2 dari Fakultas Ekonomi dan 2 dari Fakultas Peternakan.

Lewat Desa Roong yang sudah memandu ke lokasi perkawinan adalah si Jangkung Kasim, karena kemarin dengan mobil ibu Sekretaris, Kasim sudah mengunjungi lokasi perkawinan yang akan kami hadiri ini. Tetapi Kami merasa heran cara Kasim memandu, nanti mobil sudah lewat dibelokan baru dia beritahu kalau mobil harus belok.

Tiba dirumah pengantin Puteri, kami langsung masuk, tamu sudah banyak yang hadir. Teman-teman di 2 mobil lainnya sudah duduk manis, begitu melihat kami mereka tersenyum-senyum. Tidak lama kemudian acara perkawinan dimulai dengan sambutan Kepala Desa, kemudian nasehat perkawinan dari mantan Kepala KUA setelah itu dilanjutkan dengan acara ramah tamah, makan bersama.

Pengantin pria ganteng dan perempuannya cantik duduk dengan anggunnya seperti Raja dan Ratu. Terdapat 2 layar lebar disisi kanan dan kiri yang mempertontonkan gambar kedua pengantin baik gambar saat ini maupun gambar sebelumnya. Dimana kedua pasangan sejoli ini sedang naik sepeda berwisata ke danau Tondano.

Setelah acara pesta pertama ini selesai akan dilanjutkan dengan resepsi. Aku dan teman-teman pamit sebentar untuk sholat Zhuhur di Masjid Jami Kampung Jawa. Pada saat memasuki mesjid ini pikiranKu kembali menerawang 20 tahun yang lalu dimana Aku pernah melaksanakan sholat di mesjid ini, tapi mesjidnya sekarang ini sudah berubah menjadi lebih bagus dan luas dari yang dulu.

Pada saat resepsi turun hujan, ini pertanda pasangan pengantin ini akan dikarunia banyak anak, ini perkataan orang-orang tua dulu, seandainya pasangan pengantin ini tidak ber KB. Setelah acara resepsi selesai kami pamitan pulang kepada pasangan pengantin dan keluarga tetapi sebelumnya berfoto bersama pengantin dulu.

Pulang ke Gorontalo kami mengambil jalan pintas lewat Kecamatan Kawangkoan yang dikenal dengan komoditi unggulannya kacang Kawangkoan. Dalam perjalanan pulang ini di daerah Bolmong kami membeli rambutan dan salak untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

Dalam perjalanan pulang ini, Kami kembali singgah makan malam di rumah makan engela. Setelah makan perjalanan kembali dilanjutkan. Pak Haji sopir kami ini tidak senang melihat Aku tertidur. Kalau Aku sudah mulai diam untuk tidur, kaca jendela mobil didekat kepalaKu dibukanya sehingga dengan tiba-tiba angin masuk dan Aku terjaga untuk menemani dia tidak tidur. Nyawa kami tergantung pak haji ini, Oleh karena itu agar Pak haji tidak mengantuk tertidur sementara menyopir, maka daun telinganya aku colek "kuti" dan dia terkaget-kaget.

Pukul 03.00 pagi Aku tiba di rumah. Aku merasa heran karena aku tidak merasa kelelahan. Biasanya kalau Aku mengadakan perjalanan dengan mobil begitu tiba tubuhKu terasa lemas, capek. Tetapi sekarang tidak. Apakah karena ada jaminan konsumsi yang memuaskan dari Pak Menko AA Wisnu. Ataukah karena situasi yang penuh canda dan tawa yang tercipta selama dalam perjalanan didalam mobil ? Wallahu alam bi sawab.

Selamat bagi Pak Masran semoga menjadi keluarga yang sakinah ma wadah wa rahmah. Perkawinan yang langgeng, tahan lama dan lengket terus hingga menjadi kakek-kakek dan nenek-nenek.