Friday, September 22, 2006


AKU

Aku lahir di Gorontalo tepatnya di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Tanggal lahirku sama dengan tanggal terjadinya musibah Tsunami di Aceh yaitu pada tanggal 26 Desember 1965. Aku berdarah Indo begitu aku katakan pada orang yang baru mengenalku ketika dia bertanya Aku berasal dari mana ? 50 % darahku berasal dari Flores NTT karena Ayahku berasal dari sana dan 50 % lagi darahku berasal dari Gorontalo, karena Ibuku berasal dari Gorontalo.

Aku dalam kegiatan sehari-hari senang berolahraga seperti jalan dan lari pagi. 2 atau 3 kali dalam seminggu Aku jalan dan lari pagi sejauh _+ 3 Km berputar di jalan Desa tempat tinggalku. Waktu Aku remaja dulu Aku juga senang bermain catur. Pecatur di desaku Aku kalahkan, demikian juga dengan temanku saat Aku SMP, SMA, Perguruan Tinggi. E...Hampir lupa aku pernah menjadi Runner UP pada kejuaraan catur pada dies natalis Fakultas pertanian UNSRAT Manado tempat Aku menimba ilmu S1 dulu. Tetapi dalam usiaku yang mulai senja ini hobbyku bermain catur ini mulai tidak intensif seperti dulu lagi, hal ini disebabkan karena kesibukanku bergelut dengan pekerjaan juga karena waktuku tersita dengan urusan keluarga.

Selain olahraga catur aku juga senang berolahraga bulutangkis pada saat tidak ada kesibukan pada malam hari di lapangan bulutangkis mertuaku, Aku dan teman sekampungku rajin berlath dan bertanding bulutangkis. Kami sepakat membentuk klub bulutangkis yang diberi nama PB. Djarum Hulawa dan Aku didaulat menjadi ketuanya. Sudah beberapa kali kami mengadakan kejuaraan baik tingkat dusun, desa dan kecamatan. Klub kami lebih fokus pada pembinaan pada pebulutangkis usia dini, tetapi permasalahan yang kami hadapi adalah ketiadaan pelatih yang handal. Saat ini Aku juga termasuk dalam salah satu pengurus Pengcab PBSI Kabupaten Gorontalo.

Selain olahraga di atas Aku juga senang olah raga tenis meja. Aku kadangkala mewakili instansi tempat Aku bekerja apabila ada kejuaraan antar instansi. Di rumah Aku menyimpan betch apabila ada kesempatan untuk bermain pingpong ini pasti Aku tidak akan lewatkan, apalagi kalau ketemu lawan yang sepadan.

Olahraga lainnya yang Aku senangi adalah bola kaki. Pada saat Aku masih remaja dulu setiap sore hari di kampungku Aku bersama teman-teman sekampungku selalu memainkan si kulit bundar ini. Akibat hobbyku ini tanganku pernah terkilir dimana pada saat itu Aku sebagai striker sedang menggiring bola yang segera Aku akan tendang ke gawang lawan tetapi tiba-tiba lawanku menggaet kakiku dari belakang sehingga Aku terjatuh dan tanganku terkilir. Aku juga masih ingat Kami sering ke desa tetangga untuk bertanding dan beruji coba. Posisiku pada kesebelasanku kalau tidak sebagai striker, Aku biasanya bertindak sebagai stopper. Dari Hobbyku bermain bola ini, sampai dengan sekarang apabila Persigo bermain dikandang dalam kompetisi divisi I PSSI Aku pasti tidak akan melewatkan untuk menotonnya. Aku juga senang dan tidak pernah absen menonton pertandingan piala dunia bola kaki. Aku rela mengantuk, tengah malam bangun untuk menontonnya lewat siaran TV. Demikian juga dengan siaran langsung Liga Inggris, Italia, Spanyol. Jerman dan lain-lain Aku menikmatinya lewat siaran TV.

Disamping berolahraga Aku juga senang membaca. Buku, majalah dan apa saja setiap Aku mempunyai waktu luang Aku membacanya. Bahan bacaanku terutama yang berhubungan dengan latar belakang pendidikanku. Juga Aku senang membaca buku kesusteraan. Koran, setiap hari sebelum aku berangkat kerja sudah Aku baca. Kegemaranku membaca ini membuat Aku selalu menjadi bintang kelas pada saat Aku masih sekolah dulu.

Aku juga senang menulis. Sudah banyak tulisan artikelku dimuat di Harian Gorontalo. Sekarang tulisan artikel tersebut Aku masukkan dalam Website ku sehingga yang mengklik Web ku ini dapat membacanya. Masih ada beberapa tulisan artikelku yang belum Aku masukkan ke Webku karena filenya sampai dengan sekarang belum Aku temukan di komputer. Menyesal Aku tidak sempat memprint outnya pada saat artikel tersebut Aku buat.

Aku juga senang berkebun. Halaman rumahku Aku tanami dengan tanaman hias. Pot yang kutanami dengan bunga-bungaan selalu kusiram dan ku pupuk agar tumbuh dengan subur. Setiap ada waktu luang Aku membersihkan tanaman yang Aku tanam dari tumbuhan penggangu.. Di belakang halaman rumahku Aku juga memelihara Ayam buras. Telur dan Ayamnya kalau sudah banyak Aku jual ke pasar. Hasilnya lumayan sebagai tambahan uang belanjaan isteriku.

Thursday, September 21, 2006


ISTERI

Isteriku yang berdiri tersenyum dekat Anak sulungku, Aku nikahi 11 tahun yang lalu. Isteriku sudah memberikan Aku 2 (dua) orang anak (putera).
Isteriku mempunyai hobby memasak, kalau ada resep baru dia rajin mencatat dan mencobanya.
Isteriku rajin membersihkan rumah setiap hari, tidak berapa lama peralatan rumah tangga sudah berpindah tempatnya.
Isteriku peramah, tetapi tidak bisa dibuat marah, kalau lagi marah, Aku dan Anakku ketakutan

Friday, September 15, 2006




AYAH

Ayahku yang dalam foto ini berdiri disebelah anak sulungku, saat ini sudah berusia 71 Tahun tapi masih kelihatan segar bugar. Dalam usianya yang lansia, beliau masih kuat bekerja di sawah. Aku, Ibu, kakak dan adik-adiku sudah melarang tapi beliau mengatakan kalau tidak ke sawah badannya terasa sakit-sakitan.

Ayahku, dalam usia remaja sudah merantau, meninggalkan kampung halamannya, Tanjung Bunga (Flores Timur) Nusa Tenggara Timur. Daerah yang menjadi tujuan perantauannya yang pertama adalah kota Makassar. Beberapa tahun Ayahku mengadu nasib di daerah ini. Menurut Ayahku pada saat itu terjadi pemborontakan Abdul Azis, hal ni berimbas pada kehidupan yang serba sulit dialami para perantau khususnya dari NTT.

Pada tahun 1958 terjadi pemborontakan Permesta di Gorontalo, Ayahku yang sudah bergabung dengan tentara Brawijaya (Pusat) dikirimkan ke Gorontalo untuk memerangi pemborontakan tersebut. Menurut Ayahku beliau saat itu ditugaskan menjadi Ajudannya Bapak Piola Isa. Banyak tentara Permesta yang dibunuh pada saat itu, kenangnya.

Pada saat bertugas di Gorontalo inilah, Ayahku mempersunting gadis asli daerah Gorontalo, Ibuku. Pada waktu Ayahku ditugaskan ke daerah yang lain, Ibuku tidak berkenan, sehingga Ayahku mengundurkan diri dan masuk menjadi PNS di Kota Gorontalo. Setelah pensiun dari PNS Ayahku menikmati hari tuanya bercengkrama dengan 12 orang cucunya.

Thursday, September 14, 2006




ANAK

Foto ini aku yang memotretnya pada tanggal 12 September 2006, tetapi aku tidak menyetel kameranya sehingga yang muncul dalam Foto adalah tahun 2003.

Pada tanggal 12 September 2006, sehari sesudah peringatan pemboman menara kembar di Amerika Serikat, Anakku yang sulung, Nurwan (Arif) disunat. Acara sunatannya dilaksanakan secara sederhana dirumah neneknya di sebelah rumahku.

Pada sunatan tersebut anakku Arif memakai pakaian adat Gorontalo dengan hiasan pernik-pernik di tempat duduknya. Sebelum disunat dilakukan pembinaan oleh Pak Imam mesdjid tentang pengetahuan agama, agar Arif dalam tingkah lakunya sehari-hari mengikuti seperti apa yang diperintahkan dalam ajaran agama.

Arif termasuk anak yang tahan sakit, waktu disunat dia tidak menangis. Dia tidak kelihatan takut. Kata yang keluar hanya menanyakan " Sudah Om "? Pak Mantri yang menyunatnya dipanggilnya Om. Orang disekitarnya termasuk aku tersenyum.

Teman-temanku menanyakan kenapa ada acara sunatan tidak mengundang mereka ? Aku menjawab nanti akan dibuat perayaannya secara kecil-kecilan dan mereka akan diundang.

Pada foto tersebut juga nampak anakku yang bungsu, namanya Nursan (Sendy). Lihat senyumnya sangat menggemaskan. Moga-moga kedua anakku ini menjadi orang yang berguna bagi daerah, bangsa dan agamanya.

Monday, September 11, 2006


SELAMAT JALAN PAK TURSANDI
Oleh : Yosef P. Koton

Sehari sebelum dilantiknya Penjabat Gubernur Tursandi Alwi, tanggal 15 Pebruari 2001 tulisan opini penulis berjudul Matoduwolo Penjabat Gubernur Gorontalo dimuat di Harian Gorontalo. Berdasarkan tulisan opini tersebut, maka penulis merasa terbebani untuk menulis lagi sebagai ucapan perpisahan dengan Gubernur pertama Gorontalo, walapun didepan kata Gubernur ditambahkan kata penjabat tetapi substansinya beda-beda tipis dengan Gubernur definitif.

Setelah dilantik, Pak Tursandi ke Gorontalo yang bersamaan dengan itu pula Gorontalo sedang dilanda musibah banjir, sehingga nama Tursandi diplesetkan menjadi Torsandung aer. Kata orang-orang tua saat itu hal ini menandakan Tursandi yang akan menjadi Khalifah di Gorontalo ini bertangan dingin. Kata Orang-orang tua di Gorontalo ini, kelak setelah tugas Tursandi berakhir memang benar-benar terbukti.

Tursandi yang bertangan dingin telah berhasil melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menimbulkan gejolak-gejolak dan penentangan yang berarti dari masyarakat. Tursandi tanpa neko-neko berhasil menyelesaikan tugasnya sesuai aturan dan norma-norma standar yang sudah ditetapkan. Keberhasilan ini disebabkan karena Tursandi dapat mengendalikan dirinya yang mungkin bagi pemimpin lainnya agak susah untuk dilakukan yaitu interest pribadi, golongan tertentu dan berdiri ditengah-tengah tanpa ada pemihakan. Dengan demikian Tursandi telah membuktikan bahwa dirinya benar-benar sebagai fasilitator yang ulung.

Keberhasilan dan tugas-tugas Tursandi yang dapat diselesaikan dengan baik untuk percepatan pembangunan di Provinsi Gorontalo dalam waktu yang singkat antara lainnya yang dapat disebutkan adalah tertatanya dan berfungsinya perangkat pemerintah daerah, terbentuknya DPRD Provinsi Gorontalo, tersusun dan terlaksananya APBD Provinsi Gorontalo tahun anggaran 2001, terbentuknya lambang Provinsi Gorontalo, tersusunnya draft Pola Dasar Pembangunan Provinsi Gorontalo, tersosialisasinya keberadaan Provinsi Gorontalo dengan tersusunnya Profil Provinsi Gorontalo, potensi dan peluang investasinya yang dinilai sebagai presentase terbaik pada acara Governor’s Forum, Agro dan Expo 2001 di Jakarta sehingga dimintakan untuk dikirimkan ke seluruh Provinsi di Indonesia, berfungsinya penggunaan transportasi Udara dengan Merpati dan Bouraq, berfungsinya penggunaan transpotasi laut dengan kapal peti kemas serta terpilihnya Gubernur definitif yang pertama.

Keberhasilan Tursandi ini dicapai tidak semudah membalik telapak tangan tetapi melalui proses perjuangan dan kerja yang keras. Bandingkan dengan Provinsi terbaru lainnya; Bangka Belitung, Banten dan Maluku Utara. Keberhasilan Tursandi juga karena adanya dukungan dari seluruh masyarakat Gorontalo yang terkenal sebagai masyarakat yang beradat dengan prinsip; Adat bersedi Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah, masyarakatnya yang taat dan menurut kepada Khalifah yang memimpinnya. Keberhasilan Tursandi ini disamping dukungan dari masyarakat juga karena faktor Tursandi sendiri yang mempunyai jaringan kerja dan hubungan yang luas di Jakarta. Selain itu pula informasi dari Jakarta dengan cepat disampaikan ke Gorontalo.

Tursandi telah berhasil mengantarkan Provinsi terbungsu ini pada gerbang pemerintahan yang definitif, meletakan pondasi yang kokoh yang standar dalam waktu yang singkat untuk dilanjutkan oleh pemerintahan yang definitif. Tursandi merupakan rahmat yang patut disyukuri keberadaannya untuk percepatan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Nama Tursandi telah tercatat dalam sejarah Provinsi Gorontalo yang akan selalu dikenang dan tak akan pernah terlupakan oleh masyarakat Gorontalo. Nama Tursandi akan semakin tersanjung bila kelak dikemudian hari cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo ini terwujud dengan sukses. Oleh karenanya bantuan dan dukungan Pak Tursandi dari Jakarta masih sangat dibutuhkan walaupun tidak menjabat lagi sebagai Gubernur.

Keberhasilan mewujudkan cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo perjalanannya yang harus dilewati masih sangat panjang. Karena jalan yang akan ditempuh belum pernah dilewati sebelumnya maka jalan yang ditemui tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya; lurus, berliku-liku, mendaki, menurun, licin, berlubang-lubang, berbatu-batu, berlumpur, disebelah kiri jalan ada gunung, disebelah kanan ada jurang. Yang kesemuanya itu merupakan hambatan, rintangan dan tantangan yang harus ditempuh dan dilewati sehingga selamat sampai ke tujuan mencapai cita-cita yang mulia pembentukan Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu semangat, kemampuan, kinerja dan profil seperti Tursandi kedepan masih sangat dibutuhkan untuk memimpin Provinsi Gorontalo sehingga dengan segera dapat mencapai Gorontalo yang maju dan mandiri.

Terima kasih Pak Tursandi, selamat jalan, doa kami bersamamu, berkah dan sukses menyertaimu.

Matoduwolo Gubernur Definitif

Dengan terpilihnya Ir. Fadel Muhammad sebagai Gubernur yang kedua atau Gubernur definitif yang pertama di Provinsi Gorontalo, maka Provinsi Gorontalo terbungsu ini memasuki era baru dalam langkah pastinya mewujudkan cita-cita awal pembentukan Provinsi ini. Harapan untuk meraih kemajuan dan kesuksesan lima tahun ke depan diletakan di pundak Pak Fadel Muhammad dan Pak Gusnar Ismail. Keduanya berlatar belakang sarjana teknis, yang satunya alumnus sarjana Teknik ITB dari Pulau Jawa dikenal sebagai pengusaha dan yang satunya alumnus sarjana pertanian UNSRAT Manado dikenal sebagi Birokrat. Dilihat dari latar belakang kesarjanaan, pekerjaan, tempat tinggal sebelumnya yang dihubungkan dengan usia keduanya yang relatif muda, energik dan kebutuhan daerah maka pasangan ini secara kasat mata sungguh sangat padu dan serasi.

Masalah kepailitan dan kurang berkontribusinya Pak Fadel pada saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo janganlah menjadi hambatan untuk mendukung Gubernur definitif yang pertama ini. Masih banyak nilai positif lainnya yang dimiliki Pak Fadel yang dapat mensukseskan kepemimpinanya lima tahun kedepan. Antara lainnya yang dapat disebutkan adalah kedekatannya dengan Ketua DPR RI, Ir. Akbar Tanjung dan Menko Kesejahteraan Rakyat, Yusuf Kalla dan pengusaha sukses lainnya. Kepailitan dan kurang berkontribusinya pada saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo kiranya menjadi cambuk bagi Pak Fadel untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengabdiannya untuk mencapai hasil yang terbaik bagi Provinsi terbungsu ini.

Pengembangan dan perluasan landasan lapangan udara Jalaluddin, peningkatan pembangunan pelabuhan Anggrek dan pelabuhan Kota Gorontalo, pembangunan pelabuhan Peti Kemas, pembangunan waduk Dumbaya Bulan dan pengubahan status IKIP Gorontalo menjadi Universitas merupakan kebutuhan dasar yang sudah diidentifikasi Pak Fadel dengan tepat untuk segera direalisasikan pada tahun-tahun awal kepemimpinannya.

Program peningkatan dan pengembangan pertanian dimana terdapat lahan kering seluas 312.138,81 Ha (73 %) yang belum dimanfaatkan, disamping itu sebanyak 57 % penduduk Provinsi Gorontalo bermata pencaharian pertanian sangat efektif untuk diberdayakan dalam rangka peningkatan PDRB, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan pembangunan daerah. Demikian pula dengan program peningkatan dan pengembangan perikanan dimana potensi produksi yang belum dimanfaatkan sebanyak 75,95 %. Peningkatan dan pengembangan kedua sektor pembangunan ini sangat berpengaruh nyata bagi kemajuan dan kemandirian Provinsi Gorontalo kedepan dan Pak Fadel sudah berkomitmen untuk memprioritaskannya.

Matoduwolo, selamat bekerja, semoga sukses.

Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2001 di Harian Gorontalo Post
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DITINJAU DARI ASPEK PENYUSUNAN NERACA
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Oleh : Yosef P. Koton

Menurut Irawan dan Suparmoko (1990) yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan meskipun terdapat penyusutan cadangan sumberdaya alam dan memburuknya lingkungan, tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumberdaya lain baik oleh sumberdaya manusia maupun oleh sumberdaya kapital. Sedangkan dalam arti sempit pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan, tetapi dengan menjaga agar fungsi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada tidak menurun tanpa digantikan oleh sumberdaya lainnya.

Sumberdaya alam pada umumnya terbagi atas sumber alam yang bisa diperbaharui (seperti; hutan, perikanan dan lain-lain) dan sumber alam yang tidak bisa diperbaharui seperti; minyak, batu bara, gas alam dan lain-lain. Dari sudut pemakaian, sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui harus dipakai secara bijaksana. Hasil yang diperoleh dari sumberdaya alam ini perlu dipakai untuk memperbaharui landasan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Sumber alam yang bisa diperbaharui harus dikelola menurut pola yang mengindahkan kelestarian sumberdaya alam.

Industri mempunyai peranan ganda bagi masyarakat sekitar. Peranan positipnya adalah industri dapat menyediakan lapangan kerja sebagai sumber penghidupan penduduk serta menghasilkan barang dan jasa yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini disebut sebagai eksternalitas positif atau manfaat eksternal.

Di sisi lain terdapat dampak negatif yang selanjutnya perlu ditanggulangi yaitu berupa meningkatnya pencemaran terhadap tanah, udara dan air yang memungkinkan adanya penurunan kesejahteraan manusia baik sebagai produsen maupun konsumen. Disamping itu industrialisasi juga cenderung menguras sumberdaya alam. Keadaan hal ini merupakan eksternalitas negatif atau disebut pula sebagai biaya eksternal.

Pembangunan berkelanjutan tidak sepenuhnya dapat ditunjang oleh industrialisasi, meskipun industrialisasi mampu memperbaiki kualitas tenaga kerja dan kapital untuk menggantikan fungsi sumberdaya alam yang hilang. Oleh karena itu fungsi sumberdaya alam tetap harus dijaga kelestariannya baik dengan atau tanpa substitusi dari sumberdaya manusia dan sumberdaya kapital.

Pola pembangunan dengan mengembangkan lingkungan hidup, memerlukan pengetatan dalam penggunaan air dan tanah serta sumberdaya alam lainnya. Saingan dalam pemakaian air, tanah dan sumberdaya alam, mungkin tidak bisa dipecahkan melalui mekanisme pasar, sehingga campur tangan pemerintah diperlukan. Ini berarti bahwa bagi sumberdaya alam yang semakin langka, pengendalian pemerintah akan semakin menonjol. Karena itu sejalan dengan kesertaan pemerintah dalam pengaturan sumberdaya alam yang langka, diperlukan pertumbuhan lembaga pengawasan yang semakin berimbang dengan kekuasaan pemerintah. Proses demokratisasi perlu berjalan seiring dengan proses intervensi pemerintah pada pengelolaan sumberdaya alam yang dirasa menjadi langka.

Pembangunan yang berkelanjutan memerlukan pendataan mengenai tersedianya faktor produksi, tidak hanya produksi kapital dan tenaga kerja tetapi juga faktor produksi yang berasal dari alam. Dengan diketahuinya persediaan sumberdaya alam, para pembuat keputusan dan pembuat kebijaksanaan akan lebih mampu mengelola sumberdaya alam yang ada, mengembangkannya dan memanfaatkannya. Pencatatan tersebut dinamakan sebagai penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang mencatat baik persediaan maupun perubahan-perubahannya baik berupa penambahan maupun pengurangan persediaan sumberdaya alam tertentu.

Penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan ini sebaiknya tidak hanya mencakup neraca fisik tetapi juga neraca moneter. Neraca moneter ini sangat berguna bagi dasar penentuan pungutan atau royalty dan pajak bagi pemerintah, maupun utnuk perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara.

Kesulitan yang akan dihadapi adalah ketersediaan data. Banyak industri atau perusahaan-perusahaan bahkan lembaga pemerintah tidak mengetahui persediaan (stock) sumberdaya alam yang dikelolanya maupun pencemaran yang dibuatnya.

Oleh karena itu, pemerintah harus dapat mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap perusahaan untuk membuat catatan mengenai persediaan serta perubahan fisik sumberdaya alam yang dikelolanya maupun pencemaran yang diciptakannya. Hal ini akan sangat berguna bagi penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dengan membuat agregasi atas dasar data perusahaan atau industri, angka nasional persediaan sumberdaya alam dan kondisi lingkungan dapat tersedia.

Untuk menunjang adanya pembangunan yang berkelanjutan, penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan. Pemerintah dan perusahaan secara mandiri diharapkan mampu menyusun neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang dikelolanya dan diciptakannya untuk memudahkan penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan guna menyempurnakan perencanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2001 di Harian Gorontalo Post
MERENUNG 100 HARI KEBERADAAN
PROVINSI GORONTALO
Oleh : Yosef P. Koton

Provinsi Gorontalo terlahir pada tanggal 16 Pebruari 2001 dengan keluarnya Undang-undang nomor 38 Tahun 2001. Diibaratkan bayi, maka bayi provinsi tersebut, saat sekarang ini mendekati umur 100 hari.Bayi sudah berumur 100 hari, biasanya selain makanannya air susu ibu (ASI) maka sudah mulai diberi makanan tambahan lainnya, misalnya makanan Ugu. Penampilan si bayi sudah mulai aktif menggunakan anggota tubuhnya, riang kelihatan lucu sehingga setiap orang yang melihatnya mencubit pipinya. Demikian halnya dengan si bayi Provinsi Gorontalo yang dalam umur 100 hari ini sedang menunggu terbentuknya mitra kerja pemerintah Provinsi yaitu DPRD Provinsi Gorontalo yang nantinya akan memilih gubernur definitif.

Dengan terbentuknya DPRD Provinsi Gorontalo, maka si bayi akan tumbuh dengan riang-riangnya dan lucu-lucunya yang menggemaskan didalam menunjukan kerberadaan dirinya. Berhasilkah si bayi Provinsi melewati masa anak-anak penuh bahagia, masa remaja penuh romantisme dan masa dewasa penuh kepastian dan produktifitas dengan masa depan yang gemilang. Itu semua tergantung kepada kita semua sebagai warga masyarakatnya. Kita semua harus dengan pintar-pintarnya menjaga si bayi Provinsi agar tetap tumbuh sehat wal-afiat. Si bayi provinsi diberi makanan yang bergizi, dimandikan, ditidurkan dan disosialisasikan dengan lingkungan sekitar. Kalau si bayi Provinsi sakit diberi obat. Dilakukan terapi jangan sampai dalam tubuh si bayi Provinsi ada kanker, tumor dan penyakit lainnya yang harus disingkirkan. Pada prinsipnya si bayi Provinsi memerlukan perhatian dan kasih sayang dari kita semua sebagai warga masyarakatnya.

Pada masa awal pemerintahan yang baru lahir, seperti Provinsi Gorontalo, biasanya fungsi DPRD sebagai Badan Legislatif yang bermitra sejajar dengan pemerintah provinsi sebagai Badan Eksekutif dapat dikatakan dalam tanda petik belum dapat dilaksanakan secara optimal. Misalnya saja antara lainnya pada penetapan Perda APBD Provinsi tahun anggaran 2001. Mengingat waktu tahun anggaran berakhir Desember 2001 dan sekarang saja sisa waktunya kurang 7 bulan. Apabila pelantikan DPRD pada bulan Juni 2001 seperti yang direncanakan, maka pada awalnya tugasnya DPRD akan disibukan dengan pemilihan Gubernur definitif. Kalau proses pemilihan Gubernur memerlukan waktu 2 bulan, maka pelantikan gubernur terlaksana bulan Agustus 2001. Sehingga sisa waktu pelaksanaan APBD kurang 4 bulan. Apakah sisa waktu yang singkat ini, APBD dapat dilaksanakan secara efektif ? Belum lagi kalau pemilihan Gubernur dilaksanakan secara langsung, maka prosesnya akan memerlukan waktu yang lama. Karena pemilihan langsung ini bagaimanapun memerlukan biaya yang harus dicarikan sumber anggarannya dari mana ? Dari Alokasi Umum (DAU) tidak mungkin, karena aturan tidak memungkinkannya. Oleh karena itu, kalau pemilihan langsung jadi dilaksanakan maka pelantikan gubernur mungkin akan terlaksana mendekati akhir tahun anggaran 2001.

Dari uraian di atas, lalu bagaimana dengan APBD Provinsi tahun anggaran 2001 ? Menurut aturan hukum perundang-undangan, maka APBD Provinsi mungkin akan mengikuti jejak APBD Kabupaten Boalemo pada awal-awal lahirnya si bayi Kabupaten Boalemo yang merupakan inspirator lahirnya si bayi Provinsi Gorontalo. Dimana APBD pertama Kabupaten Boalemo ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Hal ini sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan dimana tingkat kedudukan Keputusan Menteri lebih tinggi tingkatnya dari Perda. Perlu menjadi catatan bahwa si bayi Kabupaten Boalemo, lahir lebih dahulu dari si bayi Provinsi Gorontalo dari segi pemerintahan tetap mempunyai hubungan hirarki. Tetapi bukan dalam bentuk pola lama melainkan dalam pola baru, misalnya dalam bentuk administratif, pengawasan, pembinaan, koordinasi, mediasi, memfasiltasi dan sebagainya. Pelajaran yang berharga dalam pelaksanaan APBDnya yang pertama, Bupati Iwan Bokings banyak mendapatkan kritikan dari lawan-lawan politiknya dalam tanda petik. Tetapi Bupati yang mempunyai komitmen membangun dan memajukan tanah kelahirannya Boalemo pantang patah semangat. Sebab kalau APBD tidak dilaksanakan, maka kemungkinan pemerintah pusat beranggapan bahwa pemerintah Kabupaten tidak mampu dan kemungkinan DAU nya ditarik kembali ke pusat. Kalau ini misalnya terjadi yang rugi adalah Boalemo sendiri. Persoalannya adalah apakah anggaran pembangunan tersebut sudah menyentuh keseluruhan kebutuhan masyarakat ? tentu tidak, karena anggaranya terbatas. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap tahun dalam APBD. Perlu digaris bawahi bahwa Boalemo adalah Kabupaten termaju diantara kabupaten pemekaran se Indonesia Timur.

Bagaimana dengan Provinsi Gorontalo ? tak ada yang lebih baik dilakukan kecuali mungkin mencontoh apa yang sudah diperbuat Kabupaten Boalemo. Kalau harus menunggu Gubernur definitif dalam pelaksanaan APBD, maka dikuatirkan kemungkinan tidak akan dapat terlaksana disebabkan waktunya yang singkat dan kepastian kapan terpilihnya gubernur defintif masih menjadi tanda tanya. Kalau hal ini terjadi dikuatirkan pemerintah pusat beranggapan bahwa Provinsi Gorontalo kemungkinan tidak butuh anggaran DAU karena misalnya kenyataannya tidak melaksanakan APBD nya. Dan mungkin DAU Provinsi Gorontalo ditarik kembali ke pusat untuk menutupi APBN pemerintah pusat yang saat sekarang ini sedang defisit. Sungguh sangat disayangkan, kalau hal ini misalnya benar-benar terjadi.

Dalam penyusunan APBD Provinsi nantinya diharapkan pengalokasiannya sesuai dengan peta kewenangan provinsi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan APBD Kabupaten/Kota. Perbandingan alokasinya diusahakan sama diketiga daerah, kecuali kalau pertimbangannya berdasarkan skala prioritas. Alokasinya harus langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan demikian orientasinya pada fisik dan prasarana pelayanan kepentingan umum. Alokasinya diarahkan untuk memacu peningkatan PAD serta memperhatikan indikator kinerja. Sehingga apabila hal ini dilakukan dengan konsisten maka diharapkan akan dapat mengurangi keragu-raguan dari sebagaian warga masyarakat lo hulondhalo tentang manfaat keberadaan Provinsi Gorontalo.

Pemerhati pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Artikel ini ditulis Mei 2001




SDM GORONTALO BERMASALAH
( Tanggapan Atas Tulisan Andha Fauzie Miraza )
Oleh : Yosef P. Koton

Tulisan opini pada Harian Gorontalo Post tersebut fokus masalah SDM yang disoroti adalah para pejabat di Provinsi Gorontalo, antara lainnya dikatakan bahwa apabila dari hasil penilaian kinerja pejabat yang bersangkutan dinilai rendah. Maka pejabat tersebut akan mengatakan bahwa bukan dia penyebabnya dan melepaskan tanggung jawabnya kepada pihak lain, bahwa mereka yang bersalah, misalnya kepada bawahannya yang tidak becus, pejabat lain yang se eselon yang tidak mau bekerja sama dengannya atau malah kepada atasannya yang menghambat pencapaian kinerja di atas standar tersebut.

Lebih lanjut dipertanyakan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap pengembangan SDM (Sumberdaya Manusia ) ? Apakah perguruan tinggi ataukah Gubernur selaku kepala pemerintahan, karena SDM merupakan salah satu program unggulan Provinsi Gorontalo. Menurut penulis pengembangan SDM melalui pendidikan formal hanya sebatas peningkatan pengetahuan. Oleh karenanya harus dilengkapi dengan keahlian yang didapatkan dari pengalaman lapangan dan pembentukan sikap, perilaku positip yang berdasarkan etika dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dengan menghindarkan jauh-jauh perilaku yang menyimpang seperti perbuatan KKN.

Oleh karenanya penulis berpendapat bahwa untuk memecahkan masalahnya adalah para pejabat tersebut, pertama-tama harus berniat baik untuk membangun Provinsi Gorontalo. Kedua, pejabat harus bersikap melayani dan bukan sebaliknya dilayani, ketiga menciptakan suasana yang kondusif bagi bawahannya, mengayomi dan menganggap mereka sebagai mitra kerja. Dengan menerapkan solusi yang ditawarkan penulis yang nampaknya sangat sederhana tetapi akan menjadi sulit untuk dilakukan, maka diharapkan SDM di Provinsi Gorontalo menjadi tidak bermasalah lagi.

Disamping masalah yang dikemukakkan di atas sehingga SDM Gorontalo bermasalah penyebab lainnya adalah dimulai pada saat awal merekrut para pejabat tersebut. Hal ini sudah menjadi pengeluhan Tursandi Alwi, Penjabat Gubernur Gorontalo sebelumnya. Provinsi baru Gorontalo harus segera jalan dan para pejabat yang akan diseleksi ketersediaan dan kualitasnya dibawah standar. Ada yang memenuhi persyaratan tetapi dengan mengemukakan beberapa pertimbangan menyatakan ketidaksediannya menduduki jabatan. Ada kemungkinan alasan penolakan tersebut adalah demi persahabatan seperti tulisan opini Bung Zakir Hulukati di Gorontalo Post “ menolak jabatan “.

Dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan pengalaman jabatan-jabatan sebelumnya yang dimiliki para pejabat tersebut pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja organisasi yang dipimpinnya. Ada pejabat yang sebelumnya berpengalaman pada jabatan fungsional sehingga harus bekerja ekstra keras untuk menyesuaikan dengan jabatan struktural yang baru dijabatnya. Ada juga pejabat yang berpengalaman satu tingkat di bawah eselon yang dijabatnya sekarang oleh karenanya harus berupaya memacu prestasi dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada kondisi lingkungan yang berbeda dengan jabatan sebelumnya.

Oleh karena itu dimasa yang akan datang agar SDM para pejabat ini tidak bermasalah dalam menunjang visi dan misi Provinsi Gorontalo kedepan, maka tak ada jalan lain yang harus dilakukan dari sekarang adalah dengan merencanakan, memperbanyak ketersediaan dan meningkatkan kualitas para pejabat yang akan diseleksi menduduki suatu jabatan, sehingga dengan demikian nantinya akan terpilih salah satu pejabat yang tepat dari sekian banyak calon pejabat yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM calon-calon pejabat dimasa yang akan datang dapat ditempuh lewat pendidikan formal pada perguruan tinggi yang resmi dan sudah dikenal. Sehingga output lulusannya pun terjamin kualitasnya, tidak asal jadi hanya untuk gagah-gagahan untuk memperoleh gelar. Disamping itu pula lewat pendidikan struktural dan fungsional, pendidikan non formal, on the job training, training in house dan masih banyak lagi yang lainnya yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM sehingga dimasa yang akan datang SDM Provinsi Gorontalo tidak menjadi bermasalah lagi. Dengan demikian SDM di Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang sudah menjadi standar dan alangkah lebih baik lagi kalau sudah di atas standar sehingga dapat didayagunakan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan Provinsi Gorontalo dari Provinsi Sulut.

Apabila kualitas SDM nya sudah standar atau sudah di atas standar tetapi sikap dan perilakunya cenderung menyimpang dari etika dan norma-norma yang positip dalam masayarakat. Misalnya, melakukan pembenaran terhadap hal-hal yang sebenarnya salah. Maka kualitas yang standar tersebut nilainya menjadi nol besar lagi. Dengan kata lain, manjadi tidak standar lagi. Oleh karenanya sikap dan perilaku ini pun harus mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM. Dari saat sekarang ini, sikap dan perilaku menyimpang tersebut harus dikoreksi dan tidak dibiarkan tumbuh subur di bumi lo Hulandhalo. Niat baik saja tidak cukup, tetapi niat baik tersebut harus benar-benar diimplementasikan di lapangan. Upaya-upaya yang terpadu dari berbagai pihak yang melibatkan perorangan, kelompok dan lembaga baik pemerintahan maupun kemasyarakatan perlu dilakukan untuk membina dan mengembangkan secara berkelanjuta sikap dan perilaku yang positip ini. Sehingga dapat saja ditargetkan lima tahun kedepan tidak adalagi sikap dan perilaku yang KKN di Provinsi Gorontalo yang kita cintai dan yang dapat kita banggakan untuk menjadi contoh bagi Provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Penyakit KKN yang mewabah pada masa-masa yang lalu jangan sampai menjangkiti dan menular bahkan menjadi kronis di Provinsi terbungsu ini. Secara sistematis kita harus berupaya menemukan obat pembasminya dan kemudian mengimunisasikannya pada setiap orang yang berada di Gorontalo. Sehingga kita menjadi kebal terhadap penyakit KKN ini dan merasa jijik dengan yang namannya KKN.

Upaya-upaya dalam memperbaiki SDM ini jangan hanya menjadi wacana tetapi harus diimplementasikan secara nyata. Apabila ini dilakukan secara berdisiplin dan konsisten, Insya Allah kita akan berhasil. Sehingga dengan demikian Provinsi Gorontalo segera akan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dari Provinsi-Provinsi yang terdekat se- Sulawesi. Bukan saja menjadi nomor satu, tetapi bahkan menjadi hanya satu-satunya yang terbaik.

Mahasiswa Pasca Sarjana Unhas Makassar

Artikel ini dimuat tahun 2002 di Harian Gorontalo Post
PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN
DAN JUDI
Oleh : Yosef P. Koton

Kecamatan Telaga merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang letaknya strategis, karena berada antara dua kota yang pertumbuhan fasilitas pembangunannya cepat yaitu Kota Gorontalo dan Kota Limboto. Pengembangan kota selalu dihubungkan antara lain dengan pertumbuhan sektor perdagangan, industri, keuangan, komunikasi dan jasa. Demikian dengan Kecamatan Telaga sebagian besar mata pencaharian penduduknya sudah beralih ke sektor-sektor pembangunan tersebut. Walaupun tidak bisa dipungkiri di Kecamatan Telaga masih terdapat persawahan irigasi teknis yang mengalir dari daerah irigasi Tapa melewati desa Pilohayanga yang sumbangannya untuk swasembada beras di Kabupaten Gorontalo cukup signifikan.

Dalam era globalisasi dan informasi saat sekarang ini pengembagan wilayah perkotaan tidak harus seiring dengan perluasan wilayah administrasi. Misalnya sebagian wilayah Kecamatan Telaga yang berbatasan dengan Kota Gorontalo dijadikan wilayah Kota Gorontalo. Sebab dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu sangat pesat, dengan perubahan setiap menit maka membutuhkan pula respon yang cepat sehingga dengan cepat dapat mengikuti perkembangan kemajuan diberbagai sektor pembangunan. Dalam hubungan dengan hal tersebut pada era globalisasi dan informasi, institusi yang dapat merespon perubahan yang cepat adalah institusi yang mempunyai organisasi yang ramping/kecil dan juga memiliki wilayah yang terbatas dan tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan maksud pemerintah didalam menghadapi era globalisasi yaitu dengan melaksanakan desentralisasi atau yang dikenal dengan otonomi daerah.

Memecahkan persoalan Kota Gorontalo antara lain pada sektor pemukiman, kesehatan, penduduk, lapangan kerja dan masalah sosial, maka Pemerintah Kota Gorontalo antara lain dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo, membangun secara bersama-sama wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kota Gorontalo seperti Kecamatan Telaga, Tapa, Kabila, Suwawa dan Batudaa. Apabila hal ini dikaitkan dengan pembiayaan APBD kedua daerah maka penggunaannya menjadi efisien karena pembangunannya dibiayai secara bersama-sama. Bandingkan misalnya masing-masing daerah membangun sendiri-sendiri. Maka APBD akan terserap pada pembangunan tersebut. Kenyataannya pembangunan yang dibangun tersebut cenderung mubasir. Misalnya pembangunan lapangan sepak bola, pemerintah Kota Gorontalo tidak perlu lagi membangun lapangan sepak bola seperti Gelora 23 Januari Telaga. Tetapi pemerintah Kota Gorontalo melengkapi gelora Telaga dengan fasilitas lainnya sehingga pemanfaatannya menjadi tidak kalah menariknya dengan lapangan sepak bola yang berada di pulau Jawa. Dengan catatan Pemerintah Kota Gorontalo mengadakan perjanjian kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo bahwa pemerintah Kota Gorontalo dapat menggunakan Gelora 23 Januari Telaga untuk kegiatan-kegiatan pemerintah Kota Gorontalo. Contoh lain lagi Pemerintah Kota Gorontalo tidak perlu membangun pasar dekat Pasar Telaga tetapi pemerintah Kota Gorontalo melengkapi pasar Telaga dengan fasilitas lainnya sehingga pemanfaatannya menjadi optimal, dengan catatan perjanjian kerjasama misalnya retribusi pasar menjadi 30% untuk pemerintah Kota Gorontalo dan 70 % untuk pemerintah Kabupaten Gorontalo. Contoh lain lagi adalah pembangunan perumahan tidak perlu dibangun di wilayah Kota Gorontalo karena dalam jangka panjang akan menimbulkan permasalahan-permasalahan Pemerintah Kota Gorontalo sendiri. Bandingkan dengan permasalahan Kota Jakarta. Oleh karena itu pembangunan perumahan diarahkan untuk dibangun di kecamatan yang berbatasan dengan Kota Gorontalo. Dan masih banyak lagi kegiatan pembangunan lainnya yang dapat dikerjasamakan antara Pemerintah Kota Gorontalo dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang dapat menguntungkan kedua belah pihak tanpa perluasan wilayah administrasi Kota Gorontalo.

Dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo membangun wilayah perbatasan maka pemerintah Kota Gorontalo dalam jangka panjang dapat memecahkan permasalahan kepadatan penduduk, pengangguran, air bersih, kriminalitas, pemukiman, masalah sosial dan sebagainya. Sedangkan dalam wilayah administrasi Kota Gorontalo sendiri pemerintah Kota Gorontalo perlu lebih memprioritaskan pembangunan-pembangunan utama yang menunjang aktifitas perkotaan. Misalnya bangunan perkantoran dibangun dan ditata semenarik mungkin, demikian juga dengan gedung sekolah, pertokoan, jalan-jalan dilebarkan menjadi dua arah seperti jalan Andalas, membangun taman-taman Kota dan seterusnya. Dengan demikian Kota Gorontalo dimasa yang akan datang akan menjadi Kota Metropolitan kecil dan tamu yang akan berkunjung ke Provinsi Gorontalo menjadi terkagum-kagum dan wisatawan akan banyak berdatangan ke Kota Gorontalo.

Pencanangan Penghapusan Judi

Kecamatan Telaga dikenal secara luas baik di Gorontalo maupun luar Gorontalo karena Gelora 23 Januari 1942. Masyarakat Kecamatan Telaga tidak pernah akan melupakan jasa besar Bapak Martin Liputo, yang pada saat beliau menjabat Bupati Gorontalo menghasilkan suatu karya yang monumental yang akan dikenang sepanjang Gelora 23 Januari tidak dialih fungsikan. Pada akhir-akhir ini Kecamatan Telaga kembali dikenal secara luas karena permainan gebyar musik yang berlokasi di belakang Gelora 23 Januari yang mendapatkan protes dari masyarakat. Hasil penyidikan polisi menunjukan bahwa permainan tersebut dikategorikan judi. Dalam kaitan dengan hal tersebut Bupati Gorontalo Ahmad Pakaya mencabut ijin rekomendasinya.

Judi akan membawa pada penderitaan dan kemelaratan demikian lagu dangndutnya Rhoma Irama. Agama Islam yang mayoritas (98%) dianut penduduk Provinsi Gorontalo mengharamkan permainan judi ini, karena permainan ini berbahaya dan dapat merusak mental yang ujung-ujungnya akan menggoyahkan aqidah dan merusak tatanan sosial. Korban yang selalu menderita dengan adanya judi adalah orang-orang pinggiran yang hidupnya miskin yang berangan-angan merubah nasibnya tanpa kerja yang keras. Kenyataannya hidupnya bukan bertambah makmur malah sebaliknya lebih susah lagi dari keadaan semula. Kalau sudah demikian akibat turunannya adalah pencurian, mabuk, perkelahian, bisnis seks dan seterusnya yang menaikan angka kriminalitas menjadi tinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka pemerintah perlu lebih memprioritaskan penanganan untuk mensejahterakan orang-orang miskin yang dikatakan sebagai orang-orang yang terpinggirkan akibat pembangunan atau orang-orang yang tidak menikmati hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat yang mampu.

Permainan judi pada masa lalu pernah diberikan ijin oleh pemerintah pusat. Nama permianannya adalah Porkas. Karena diprotes dan didemonstrasi organisasi keagamaan, Ormas, LSM dan Mahasiswa akhirnya permainan Porkas ini tidak diijinkan lagi oleh pemerintah pusat. Sejalan dengan era desentralisasi atau yang dikenal dengan era otonomi daerah saat ini, judi Porkas tersebut berinkarnasi menjadi Gebyar musik turut juga berotonomi daerah. Alhamdulillah Bupati Gorontalo Ahmad Pakaya mencabut ijin usahanya sehingga judi ini tidak diteruskan. Keputusan Bupati Pakaya yang brilliant ini perlu pula diterapkan pada permainan bentuk judi lainnya sehingga menjadi tonggak pencanangan penghapusan segala bentuk judi di bumi Duo Limo Lo Pohalaa. Dengan demikian apabila ini dilaksanakan dengan konsekwen dan bersungguh-sungguh maka dalam waktu yang singkat Provinsi Gorontalo akan terbebas dari kegiatan-kegiatan yang haram yang dimurkai oleh Allah dan hanya melakukan hal-hal yang halal yang diperintahkan dan diridloi oleh Allah SWT. Sehubungan dengan hal tersebut semoga dalam waktu yang tidak begitu lama Provinsi terbungsu di Indonesia ini dapat mensejajarkan dirinya dengan Provinsi maju lainnya di Indonesia.
Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2002 di Harian Gorontalo Post
PENINGKATAN PAD BUTUH INVESTOR
Oleh : Yosef P. Koton

Penerapan Undang-undang nomor 22 tahun 1999 mensyaratkan agar setiap daerah Kabupaten/Kota meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat mengurus/mengelola urusan pemerintahan daerah secara mandiri. Konsekwensi persyaratan ini maka daerah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan PAD antara lainnya dengan memperkecil pengeluaran dengan melakukan penghematan dan memperbesar pendapatan dengan mengelola potensi yang selama ini belum digarap menjadi sumber-sumber yang produktif yang dapat meningkatkan PAD secara nyata.

Mengelola potensi menjadi sumber-sumber produktif memerlukan penanaman modal (investasi) yang cukup besar. Oleh karena itu apabila daerah Kabupaten/Kota tidak memiliki modal, disamping tidak memiliki keahlian didalam mengelola potensi tersebut maka daerah dapat mengundang investor (penanam modal) baik investor nasional maupun asing agar dapat berinvestasi mengelola potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia agar menjadi sumber-sumber produktif sehingga dapat meningkatkan PAD.

Investasi dari para investor ini sangat menunjang percepatan pembangunan daerah Kabupaten/Kota antara lainnya dari aspek :

Pertama, menurut teori pertumbuhan Harrod Domer adalah untuk mengisi “celah” (Filling Gaps) persediaan tabungan sebagai contoh apabila tingkat tabungan = S, dan tingkat pertumbuhan output = G melalui persamaan G = S/K, dimana K adalah ratio output/modal. Misalkan tingkat pertumbuhan output daerah direncanakan = G ditargetkan katakanlah 7 % pertahun dan tingkat output/modal adalah 3 %, maka tingkat tabungan pertahun yang diperlukan adalah 21 % (karena S = G x K). Andaikan tabungan yang bisa digerakan hanya mencapai 16 % dari PDRB, maka celah tabungan sama dengan 5 %. Jika daerah bisa mengisi atau menutup celah ini dengan sumber-sumber keuangan dari Investor maka daerah akan bisa mencapai target pertumbuhannya.

Kedua, Investasi dapat menaikan pendapatan pajak pemerintah dengan memungut/mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan investor dan ikut berpartisipasi secara finasial dalam operasi perusahaan investor. Bandingkan pendapatan pajak pemerintah daerah dari PT. Rajawali di Lakeya yang mencapai +_ 400-an juta Rupiah dengan pendapatan pajak dari masyarakat (PBB) se Kabupaten/Kota yang jumlah pendapatan pajaknya berbeda tipis dengan pendapatan pajak dari satu perusahaan PT. Rajawali. Dengan pendapatan pajak yang memadai maka pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggerakan sumber-sumber keuangan pemerintah untuk proyek-proyek pembangunan secara lebih baik lagi.

Ketiga, investasi dari para investor dapat menyediakan sumber-sumber yang diperlukan termasuk pengetahuan manajemen, kemampuan dan semangat berwiraswasta dan ketrampilan teknologi yang kemudian dapat dialihkan kepada pengusaha di daerah dengan cara menyelenggarakan program-program latihan dan “proses belajar sambil bekerja”. Selanjutnya perusahaan investor dapat mendidik para manajer di daerah Kabupaten/Kota tentang bagaimana cara mengadakan kontak-kontak dengan Bank-Bank di luar negeri, mengatur sumber-sumber alternatif, merubah cara pemasaran dan secara umum dapat mengenal praktek-praktek pemasaran internasional. Lebih lanjut perusahaan investor memberikan pengetahuan teknologi mengenai proses produksi sambil mengalihkan mesin-mesin dan peralatan modern sebagai modal yang sangat berguna dan produktif bagi daerah Kabupaten/Kota yang menerimanya.

Dari uraian di atas, investasi sangat dibutuhkan untuk memberdayakan sektor-sektor pembangunan ekonomi daerah Kabupaten/Kota. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka daerah Kabupaten/Kota tetap membutuhkan kehadiran investor karena keterbatasan-keterbatasan yang ada di daerah. Disamping itu karena tuntutan perubahan kearah kemajuan, otonomi daerah, globalisasi dan pasar bebas.

Tujuan investasi seperti yang diuraikan diatas akan terwujud perlu kejelian pemerintaha Kabupaten/Kota terhadap pemilihan investor yang akan menanamkan modalnya dan mendapatkan pengawasan yang intensif dari DPRD, LSM dan masyarakat.Yang perlu diawasi antara lain; pertama, jangan sampai importasi barang-barang modal dan barang-barang setengah jadi dari investor biasanya dari kantor cabang di luar negeri dimana harganya sudah ditinggikan. Dengan demikian akan mengurangi keuntungan perusahaan yang berakibat berkurangnya pendapatan pemerintah dari pajak perusahaan.

Kedua, perusahaan investor mengambil konsensi-konsensi ekonomi dan politik yang cukup besar dalam bentuk proteksi eksesif pengurangan pajak, tunjangan-tunjangan investasi, penyediaan lokasi paberik yang murah dan pelayanan-pelayanan sosial yang penting akibatnya keuntungan perusahaan melebihi keuntungan sosial.

Ketiga, mematikan semangat kewiraswastaan masyarakat akibat dominasi perusahaan investor dalam pasar-pasar setempat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka pemerintah Kabupaten/Kota harus selektif memilih investor yang akan menanamkan modalnya di daerah. investor yang dipilih adalah investor yang qualified, tidak hanya berorientasi pada keuntungan yang akan diperoleh tetapi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan pembangunan dan masyarakat di daerah. Sehingga investasi yang dilakukan benar-benar meningkatkan PAD dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kepala Seksi Ekonomi pada Kantor Bappeda Kabupaten Boalemo
Artikel ini dimuat tanggal 30 Desember 2000 di Harian Gorontalo Post
MATO DUWOLO PENJABAT GUBERNUR
LO HULONDHALO
Oleh : Yosef P. Koton

Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi termuda di Indonesia lahir dengan telah ditandatanganinya Undang-undang oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Implementasi awal Undang-undang ini adalah penunjukan penjabat Gubernur oleh Presiden. Karena penunjukan Penjabat Gubernur merupakan hak pregroratif Presiden, maka tak menjadi penting untuk berlama-lama membahas dan mempersoalkannya. Hanya membuang buang energi yang masih sangat dibutuhkan dalam pengisian pelaksanaan pembangunan Provinsi nantinya. Perdebatan berlama-lama mengenai siapa yang pantas menjadi Penjabat Gubernur hanya memberi ruang untuk masuknya provakator yang akan memporak-porandakan dan mengahambat laju percepatan pembangunan yang menjadi cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo.

Siapapun yang ditunjuk menjadi penjabat Gubernur, marilah dengan lapang dada diterima. Fokus utama yang perlu disoroti dan diwacanakan adalah tidak perlu terlalu lama penjabat tersebut manjabat. Karena tugas utama Penjabat Gubernur adalah mempersiapkan pembentukan DPRD I dan terlaksananya pemilihan Gubernur definitif oleh DPRD I. Selanjutnya mengingat ketentuan siapa yang menjadi anggota DPRD I sudah ditetapkan Undang-undang maka pembentukan tidak memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu setelah DPRD I terbentuk maka segera mengagendakan pemilihan Gubernur definitif.

Tantangan berikutnya setelah Gubernur definitif terpilih adalah bagaimana agar Provinsi termuda ini dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Disinilah perlunya pemikiran-pemikiran yang jenius dari putera-putera terbaik Gorontalo. Terobasan-terobosan dan inovasi baru sangat diperlukan agar Provinsi ini dapat mandiri. Perhatian yang utama adalah mengefektifkan dan mengefisienkan agar PAD yang sudah berjalan sekarang ini agar meningkat dengan melakukan pengkajian-pengkajian, studi banding ke Provinsi lainnya dan sebagainya. Disamping itu pula potensi sumberdaya alam dan manusia yang belum dikelola yang dapat menaikan PAD secara drastis harus segera dilakukan. Dengan demikian diperlukan promosi dan pendekatan kepada investor yang bukan hanya berorientasi profit tetapi mempunyai kepedulian terhadap pembangunan di daerah Duo Limo Lo Pohalaa.

Mengingat hal tersebut di atas maka Gubernur definitif nantinya harus proaktif didalam memajukan dan memandirikan Provinsi termuda ini. Dengan demikian maka salah satu kriteria yang harus dimiliki Gubernur definitif adalah dapat mendatangkan investor ode Hulondhalo. Dari nama-nama Gubernur yang diusulkan masyarakat dimedia ini yang menarik yang diharapkan menjadi Gubernur adalah Fanny Habibie, adik mantan Presiden Habibie. Figur ini memiliki jaringan Nasional dan Internasional sehingga memudahkan didalam mendatangkan investor ode Hulandhalo. Salah satu kriteria seorang pemimpin di era otonomi daerah saat sekarang ini adalah disamping mempunyai kemampuan juga harus mempunyai jaringan kerja yang luas baik horisontal maupun vertikal.

Dengan Dana Alokasi Umum (DAU) yang dianggarkan pemerintah pusat sebesar Rp. 362 Milyar ditambah dengan bantuan dari Pemerintah Sulut sebesar Rp 45 Milyar. Apakah yang akan diperbuat oleh Penjabat Gubernur terhadap anggaran tersebut ? Sebelum terbentuk DPRD I pengeluaran anggaran oleh Penjabat Gubernur harus disosialisasikan lebih dahulu sehingga mendapatkan persetujuan organisasi masyarakat, organisasi politik, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan pelaksanaannya harus dengan transparan sehingga pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan mudah. Apabila telah terbentuk DPRD I maka Penjabat Gubernur dengan persetujuan DPRD I menyusun APBD I yang betul-betul mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Gorontalo sesuai dengan potensinya serta mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

Agar tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran DAU ini dapat dicapai, maka diperlukan kepedulian dan konsistensi aparat secara sungguh-sungguh dalam menentukan tujuan dan target yang jelas, menyiapkan ukuran atau indikator kinerja dan penguasaan dalam menghitung beban kerja dan harga satuan dari setiap kegiatan baik belanja rutin meliputi; Administrasi umum antara lain seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum daerah serta belanja pembangunan. Sehingga dengan demikian dapat dihindari pemborosan DAU yang telah dianggarkan pemerintah pusat dan propvinsi.

Disamping anggaran DAU yang telah disebutkan di atas maka perlu dipikirkan dan dikaji lebih mendalam adalah pengadaan Dana Abadi Provinsi Gorontalo. Sebagai contoh dari jumlah penduduk Provinsi Gorontalo Gorontalo sebanyak +_ 800.000 jiwa. Apabila setiap rumah tangga memiliki anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa, maka jumlah rumah tangga keseluruhan di Provinsi Gorontalo adalah sebanyak +_ 200.000 rumah tangga. Apabila setiap rumah tangga berpartisipasi sebesar Rp 10.000,- dengan catatan rumah tangga pra sejahtera ditanggulangi/dibayarkan rumah tangga sejahtera, maka dana yang akan terkumpul sebanyak Rp 2 Milyar. Apabila Bung Nelson Pomalingo beserta Presnas misalnya bersedia membantu menghimbau keluarga dan pengusaha Gorontalo di luar daerah dan partisipan lainnya. Maka dengan usaha yang keras maka lama kelamaan Dana Abadi Provinsi Gorontalo yang akan terkumpul sebanyak +_ 10 Milyar.Kemudian Dana ini didepositokan, dengan suku bunga saat sekarang ini 12,5 % pertahun. Maka bunga yang diperoleh setahun sebesar Rp 1,25 Milyar. Bunga dari deposito Dana Abadi Provinsi ini setiap tahun diinvestasikan pada usaha-usaha produktif sehingga dapat menampung tenaga kerja dan menaikan PAD Provinsi Gorontalo secara nyata. Dana Abadi ini diinvestasikan di ketiga daerah secara bergantian setiap tahun, di Boalemo, Kabupaten dan Kota Gorontalo. Lebih lanjut pengelolaan dan pengawasan Investasi Dana Abadi ini melibatkan unsur pemerintah ketiga daerah, DPRD, Organisasi masyarakat dan LSM.

Dana Abadi di atas hanya merupakan sebuah contoh tentang bagaimana upaya memandirikan provinsi tercinta ini. Mungkin ada upaya-upaya lain yang seidentik dengan itu atau ada upaya lainnya yang lebih brilliant dari itu. Marilah merenung dan memikirkan pemecahan masalahnya dengan tenang, aman dan damai demi percepatan pembangunan di Provinsi yang dengan bersusah payah telah diperjuangkan. Semoga Penjabat Gubernur datang dengan ide-ide cemerlang dan memiliki konsep yang jelas serta menyusunnya dalam paket program yang realistis sebagai langkah awal memajukan Provinsi termuda ini. Walaupun menjabat dalam waktu yang tidak begitu lama. Mato duwolo Penjabat Gubernur lo Hulondhalo mo dulohupa wau mo huyula wolo rakyati mopolayio pembangunan to Hulondhalo.
Pemerhati pembangunan
Tinggal di Desa Pentadu Barat Kecamatan Tilamuta Kab.Boalemo

Artikel ini dimuat tanggal 15 Pebruari 2001 di Harian Gorontalo Post



TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK
PROVINSI GORONTALO RATA-RATA
TAMAT SEKOLAH DASAR
Oleh : Yosef P. Koton

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan yang diikuti, maka semakin berkualitas orang tersebut. Karena antara lainnya untuk mengukur kualitas SDM ini lewat pendidikan, maka orang-orang yang ingin kelihatan berkualitas yang sebenarnya tidak demikian, berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar, Profesor, Doktor dan sebagainya, walaupun tidak pernah duduk dibangku kuliah. Namun adapula yng tidak mempunyai gelar tetapi berkualitas seperti; Aristoteles, Copernicus, Thomas Alfa Edison dan sebagainya. Tetapi sayang, orang-orang seperti ini pada saat sekarang ini sangat langka ditemukan.

SDM merupakan salah satu modal dasar didalam membangun Provinsi Gorontalo. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya potensi sumberdaya alam (SDA) yang melimpah kalau tidak dikelola oleh SDM, maka potensi SDA tersebut selamanya hanya akan tetap menjadi potensi dan tidak akan menjadi SDA yang produktif. Mengingat pembangunan SDM merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kemajuan dan kemandirian Provinsi Gorontalo, maka perlu dibuat program yang terpadu, terencana, bertahap dan berkelanjutan yang ujung-ujungnya dalam jangka waktu tertentu akan dapat melahirkan sejumlah SDM yang berkualitas yang akan menjadi penggerak dan pelopor pembangunan serta pengembangan Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang. Antara lainnya dari program tersebut apabila dilahirkan SDM nya sarjana, maka benar-benar sarjana yang berkualitas, magister, benar-benar magister berkualitas. Doktor, benar-benar Doktor berkulitas. Bukan seperti di daerah lainnya di luar Provinsi Gorontalo sarjana, magister dan doktor yang diraih, hanya sekedar untuk mencapai gelar, gagahan, prestise, menakuti-nakuti orang, arogansi tetapi karya nyata untuk kemaslahatan umat nol besar, kecuali kesarjanaannya hanya berguna untuk maksud yang terselubung bagi kepentingan dirinya sendiri.

Bagaimana gambaran SDM di Provinsi Gorontalo ? menurut data statistik hasil susenas tahun 1998, menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk di Provinsi Gorontalo adalah tamat SD. Selanjutnya menurut daerah Kabupaten/kota, di Kabupaten Gorontalo/Boalemo rata-rata penduduk tidak tamat SD (Sekolah Dasar), sedangkan di Kota Gorontalo adalah tamat SD. Lihat tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Rata-rata Lama Bersekolah Menurut Daerah Kabupaten/Kota
tahun 1998
No.
Daerah Kabupaten/Kota
L
P
L/P
1.
2.
Kab. Gorontalo/Boalemo
Kota Gorontalo
5,27
7,70
5,53
7,72
5,39
7,71

Total
6,485
6,625
6,55
Sumber : Dihitung dari hasil Susenas Tahun 1998

Tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata SD tersebut ada relevansinya dengan mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 57 % bekerja di sektor pertanian (BPS Sulut 1999). Dalam kaitan dengan data tersebut apabila dihubungkan dengan kebiasaan tidur siang yang diprihatinkan para pengamat di Harian Gorontalo, hal ini dapat dipaparkan antara lainnya karena para petani (sebanyak 57 % mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo) ini mulai melakukan aktifitas bekerja keras di sawah, di kebun dan sebagainya setelah selesai sholat Shubuh sampai dengan menjelang sholat Zhuhur. Selanjutnya setelah selesai Zhuhur, maka para petani istirahat siang (tidur) sampai dengan Ashar. Setelah Sholat Ashar mulai melakukan aktifitas lagi. Lebih lanjut tidur siang para petani ini berpengaruh nyata dengan toko-toko yang tutup disiang hari.

Penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata berpendidikan SD ini, maka strategi apa yang akan diperbuat agar dapat didayagunakan untuk memajukan dan memandirikan Provinsi di masa mendatang ? Pekerjaan disektor pertanian yang dilakukan secara tradisional memang tidak begitu memerlukan pendidikan yang tinggi. Tetapi pertanian yang dilakukan secara modern untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi mensyaratkan pendidikan menengah dan tinggi. Demikian pula dengan sektor-sektor pekerjaan lainnya sangat membutuhkan tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Mengingat hal tersebut maka yang mendesak untuk dilakukan adalah meningkatkan tingkat pendidikan penduduk.

Dalam kaitan dengan data tersebut di atas di Kabupaten Gorontalo/Boalemo tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata tidak tamat SD, maka dicarikan solusinya. Kemungkinan hal ini disebabkan karena jarak lokasi SD berjauhan dengan lokasi rumah penduduk. Mengingat hal tersebut, maka gedung SD perlu didekatkan dengan rumah penduduk. Kemungkinan lainnya adalah motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya rendah karena anaknya membantu mencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu peningkatan motivasi dari para orang tua agar menyekolahkan anaknya. Disamping perbaikan mata pencaharaiannya sehingga pendapatannya meningkat. Dari data BPS Sulut 1999 menunjukan bahwa ada 8.337 orang sarjana di Provinsi Gorontalo, maka para sarjana yang kemungkinan sebagian besar masih menganggur ini dapat didayagunakan untuk memotivasi para orang tua menyekolahkan anaknya dan memperbaiki mata pencaharaian dari para orang tua tersebut. Pendayagunaan sarjana tersebut programnya dapat serupa SP3 ( Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan) Provinsi Gorontalo. Kalau program ini berhasil maka akan terjadi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga berpengaruh positip pada peningkatan PDRB Provinsi Gorontalo.

Selanjutnya dari data statistik tersebut di atas dimana tingkat pendidikan penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata tamat SD tersebut perlu ditingkatkan pendidikannya ke sekolah menegah pertama dan atas. Angka partisipasi murni penduduk yang dapat bersekolah pada tingkat sekolah ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Angka partisipasi Murni menurut Kabupaten/Kota
No.
Daerah Kabupaten/Kota
SD * (%)
SLTP * (%)
SLTA * (%)
1.
2.
Kab. Gorontalo/Boalemo
Kota Gorontalo
89,03
92,90
54,56
84,48
24,73
44,92

Total
90,965
69,52
34,825
Sumber : Dihitung dari hasil Susenas Tahun 1998
* Termasuk sekolah Madrasah

Data tersebut menunjukan bahwa penduduk Provinsi Gorontalo yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama adalah sebesar 69,52 % dan ke sekolah menengah atas sebesar 34,825 %. Selanjutnya menurut Kabupaten/Kota, di Kabupaten Gorontalo/Boalemo penduduk yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama sebesar 54,56 % dan sekolah menegah atas sebesar 24,73 %. Sedangkan di Kota Gorontalo penduduk yang dapat melanjutkan ke SLTP sebesar 84,48 % dan SLTA sebesar 44,92 %.

Dari data tersebut di atas apabila permasalahannya adalah faktor jarak lokasi SLTP dan SLTA yang berjauhan dengan rumah penduduk dan faktor motivasi orang tua menyekolahkan anaknya yang rendah maka perlu upaya-upaya terobosan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Menjadi catatan penting yang perlu dipertimbangkan pula adalah di Provinsi Gorontalo membutuhkan lebih banyak SLTP kejuruan dan SLTA kejuruan (SMK) sehingga dengan demikian penduduk lebih siap untuk membuka lapangan kerja baru. Selain itu pula menjadi catatan penting lainnya adalah kualiatas dari para pendidik perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan sehingga para lulusan yang dihasilkan adalah benar-benar berkualitas sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Demikianlah antara lainnya hal-hal yang menjadi catatan penting sebagai langkah awal Provinsi Gorontalo, mempersiapkan, mengatur, menata dan membina kembali peningkatan kualitas SDM nya yang menjadi penentu dan pelaku pembangunan di Provinsi terbungsu ini, sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama dapat mensejajarkan dirinya dengan Provinsi-Provinsi yang maju lainnya di Indonesia. Hal ini semua memerlukan perhatian yang intensif, serius dan berkelanjutan dari semua pihak, masyarakat dan pemerintah. Selamat memperingati hari Pendidikan Nasional yang pertama bagi Provinsi Gorontalo, 2 Mei 2001. Semoga peringatan ini menjadi tonggak awal dimana perhatian utama dicurahkan pada peningkatan kualitas SDM.

Kepala Sub Bidang Pengembangan Kawasan, Statistik
dan Pelaporan Bapppeda Provinsi Gorontalo.
Alumnus SMP Negeri I Telaga Tahun 1981

Artikel ini dimuat tanggal 4 Mei 2001 di Harian Gorontalo Post
SATU TAHUN KEPEMIMPINAN FADEL-GUSNAR
Oleh : Yosef P. Koton

Waktu terus bergulir sejalan dengan bertambahnya usia bumi, juga dengan usia manusia. Setiap perubahan waktu diikuti pula dengan berbagai aktifitas manusia. Waktu adalah uang merupakan ungkapan orang-orang bijak untuk memacu agar terjadi perubahan yang berarti pada berbagai aktifitas yang yang dilakukan manusia. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin merupakan ungkapan yang sama yang ditujukan bagi orang-orang yang berpikiran cerdas dan maju yang menganggap waktu adalah sumberdaya yang harus diberdayakan dengan berbagai kegiatan yang positip sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik yang akan dapat memperbaiki kehidupan manusia ke depan.

Sudah dua tahun usia Provinsi Gorontalo, ibarat bayi maka bayi itu sekarang sudah dapat berdiri, berjala dan berkata-kata. Demikian pula dengan Provinsi Gorontalo bila dibandingkan dengan masih bersatu dengan Provinsi Sulut telah terjadi banyak perubahan yang cukup menggembirakan. Dari segi anggaran saja pada tahun 2000, anggaran dekonsentrasi dari Provinsi Sulut untuk Provinsi Gorontalo hanya berjumlah Rp 3 milyaran, pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 73. 383.608.184,- dan pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi Rp 912.749.802.595,- Bila pada tahun 2000, mobil Sedan dan Kijang di Provinsi Gorontalo dapat dihitung dengan jari tangan karena jumlahnya hanya puluhan. Sekarang tahun 2002 jumlahnya bertambah menjadi ratusan buah. Perubahan lainnya dalam jumlah Jemaah Haji bila pada tahun 2000 jumlahnya hanya puluhan jemaah, sekarang pada tahun 2002 jumlahnya mencapai 400 orang jemaah Haji. Dan masih banyak lagi perubahan yang lain yang telah terjadi yang harus kita syukuri setelah berpisah dengan Provinsi Sulut.

Tahun 2001 adalah tahun kepemimpinan Gubernur Tursandi Alwi yang telah berhasil membuat pondasi yang kokoh dan mengantarkan ke pemerintahan yang defenitif . Pertumbuhan ekonomi pada saat itu adalah sebesar 5,38 %, jika dibandingkan pada tahun 2000 masih bergabung dengan Provinsi Sulut pertumbuhan ekonomi hanya 4 %. Mantan Penjabat Gubernur Gorontalo Tursandi Alwi saat sekarang ini adalah salah satu pejabat di Tingkat Pusat yang diharapkan dapat tetap membantu pembangunan Provinsi Gorontalo ke depan.

Tahun 2002 adalah permulaan setahun kepemimpinan Fadel- Gusnar yang berlatar belakang pengusaha dan birokrat. Banyak keberhasilan yang telah dibuat pada setahun duet kepemimpinan ini, antara lain yang dapat disebutkan adalah telah beroperasinya Bandara Jalaluddin dalam mengangkut penumpang sebagai alat perhubungan yang cepat dan vital untuk masuk dan keluar Provinsi Gorontalo. Selain itu pula keberhasilan lainnya adalah dapat mengekspor Ikan dan Jagung yang diharapkan pada tahun 2003 volumenya akan terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi mencapai angka sebesar 6,8 %. Apabila angka pertumbuhan ini dapat dipertahankan, bukanlah hal yang naif dalam 4 tahun kedepan, harapan Gubernur dapat sejajar dengan Provinsi Sulut dapat menjadi kenyataan. Selama ini yang disoroti ketertinggalan Provinsi Gorontalo dari Provinsi Sulut adalah sedikitnya gedung bertingkat di Provinsi Gorontalo dibandingkan dengan di Manado. Padahal indikator kemajuan lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah pendapatan perkapita yang perbedaannya dalam waktu yang tidak terlalu lama akan dapat terkejar oleh Provinsi Gorontalo .

Keberhasilan Pemerintah Provinsi Gorontalo yang dinakhodai Fadel-Gusnar tidak dapat pula dipisahkan dari keberhasilan Pemerintah Kabupaten/Kota, demikian pula sebaliknya. Provinsi Gorontalo dikatakan maju apabila didukung oleh daerah Kabupaten/kota yang maju. Jika pembangunan Provinsinya maju tetapi pembangunan Kabupaten/ Kota terbelakang maka kemajuan Provinsi tersebut tidak akan ada artinya. Dengan demikian diperlukan pelaksanaan pembangunan yang sinergi antara pemerintah Provinsi Gorontalo dan pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga akan terjadi lompatan-lompatan kemajuan pembangunan yang dasyhat dan cepat.

Walaupun disadari semua orang kurang terdapatnya koordinasi yang baik antara pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota tetapi masih dalam batas-batas kewajaran karena disadari umur Provinsi Gorontalo masih bayi. Ke depan perihal koordinasi ini perlu mendapatkan perhatian yang intens dari pemerintah Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga tidak akan terjadi klaim mengklaim bahwa yang salah si Pulan dan penyebabnya adalah bla bla bla yang membingungkan masyarakat ditingkat bawah. Apabila penyebab kesalahan sudah diketahui, semestinya sebelum kesalahan itu benar-benar menjadi kenyataan sudah diantisipasi lebih dahulu dengan berkoordinasi.

Hal yang menarik dalam satu tahun kepemimpinan Fadel-Gusnar adalah keberhasilan Bupati Pakaya menerapkan konsep pembangunan pertanian yang dilakukan di Propinsi Sulawesi Selatan yang membuat daerah itu menjadi daerah yang pembangunannya terdepan di Sulawesi yaitu konsep Petik-Olah-Jual. Dalam hal ini dengan telah beroperasinya produk minuman air kelapa Nata De Coco, dimana bahan bakunya berasal dari tanaman kelapa yang jumlahnya sangat banyak di Provinsi Gorontalo. Tak dapat dipungkiri Produk Nata De Coco ini memberikan sumbangan yang berarti pada kenaikan PDRB dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. Bupati Pakaya yang benar-benar sangat memperhatikan kemajuan pembangunan ekonomi daerahnya tidak berhenti hanya pada produk Nata De Coco tetapi akan segera menyusulkan dengan produk Petik-Olah-Jual lainnya yaitu paberik tepung kelapa yang diharapkan akan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi Gorontalo serta untuk dapat meningkatkan pendapatan petani kelapa.

Keberhasilan Bupati Pakaya lainnya dalam mendukung kepemimpinan Fadel-Gusnar adalah dalam bidang pariwisata dengan pembangunan monumental menara keagungan dan penataan kota Limboto yang diharapkan pada masa yang akan datang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri untuk datang berkunjung ke Provinsi Gorontalo. Hal ini akan berimplikasi langsung pada peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat, lebih lanjut pada pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo ke depan.

Gebrakan lainnya dari Bupati Pakaya agar daerah Gorontalo nampak menjadi sebuah Provinsi dan bukan lagi merupakan daerah Kabupaten/Kota adalah dengan membangun Mall yang diharapkan pada masa yang akan datang menjadi pusat perdagangan di Provinsi Gorontalo. Pembangunan Mall ini ke depan akan dapat menyebarkan pusat-pusat keramaian yang ada di Provinsi Gorontalo. Sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi kemacetan arus lalulintas jalan raya yang pada akhir-akhir ini mulai terjadi di daerah kita.

Dalam memasuki tahun kedua kepemimpinan Fadel-Gusnar, maka yang akan menjadi fokus sentral adalah masih tetap dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan untuk penyerapan tenaga kerja yang setiap tahun bertambah yaitu antara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan konsep petik-olah-jual pada komoditi Jagung dan Ikan, sehingga dengan demikian akan menjadi sinergi dengan program agropolitan dan etalase perikanan yang akan berimplikasi secara nyata pada peningkatan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut dengan terbentuknya dua Kabupaten baru; Pohuwato dan Bone Bolango maka akan dapat memperpendek rentang kendali pemerintahan yang diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kualitas program dan proyek yang dilaksanakan dalam rangka untuk lebih memacu laju percepatan pembangunan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2003 ini.


Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Hulawa Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo
Artikel ini ditulis tahun 2003

Friday, September 01, 2006

BENCANA BANJIR DARI PERSPEKTIF AGAMA
Oleh : Yosef P. Koton

Tiadakah yang tahu, bahwa mereka dicobai tiap tahun, sekali atau dua kali, kemudian mereka tiada taubat dan tiada pula mengambil peringantan. (Surat At-Taubah, ayat 126).

Firman Allah SWT diatas menujukkan bahwa Allah SWT mencobai umatnya sebagai peringatan, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat yang disadari maupun tidak. Peringatan dengan percobaan tersebut dapat berupa musibah bencana alam. Dalam Kitabullah Al-Qur’an Allah sudah mencontohkan bagaimana pada masa Nabi Nuh As. Umat pada masa itu dimusnahkan dengan petir. Pada masa Nabi Syuaib umat dimusnahkan dengan gempa bumi dan masih banyak contoh lainnya yang tidak disebutkan secara lengkap disini.

Apakah dengan peringatan bencana alam tersebut, kemudian umat menyadari kesalahan-kesalahanyang telah diperbuatnya dan selanjutnya bertaubat. Ataukah kesalahan-kesalahan itu bertambah menjadi-jadi ? Dengan sadar diperbuat atau tidak, karena tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka dari itu perlu memperbanyak amal saleh sehingga mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan musibah cobaan itu dijauhkan dari umat.

Musibah bencana alam banjir yang melanda Kota dan Kabupaten Gorontalo tercinta ini. Apakah kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat, sehingga Allah SWT mencoba kita? Pada Harian ini diberitakan ribuan korban musibah banjir perlu dibantu. Tetapi dilain pihak banyaknya Potao (Pencuri) yang berkeliaran mencuri barang-barang korban. Sungguh ironis, korban yang dalam kesusahan dan membutuhkan bantuan. Malahan pihak lainnya (Potao) dengan tega-teganya membuat lebih susah lagi para korban. Dimanakah letak etika, moral dan nilai-nilai agama yang didakwahkan para ulama selama ini. Perilaku menyimpang ini membuktikan perlunya usaha yang ekstra keras dari tokoh-tokoh agama, tokoh pendidik dari SD hingga dengan STAIN didalam menanamkan nilai-nilai etika, moral dan agama dalam menjalani hidup yang hanya sebentar didunia ini.

Pada Harian ini pula pada waktu yang lalu diberitakan maraknya pelacuran dengan nama halusnya Hugel hingga perlu dibentuk Pansus di DPRD untuk menyelidikinya ? Bukankah perilaku hugel ini dibenci dan diharamkan oleh Allah SWT. Apakah yang menyebabkan sehingga orang-orang ini melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama? Apakah ini karena faktor ketidaktahuan? Ataukah karena mengetahui tetapi imannya yang tipis? Kalau betul demikian adanya maka perlu penataan dan penyempurnaan pengajaran Agama dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Disamping itu pula yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan agama yang didapatkan diluar pendidikan formal melalui teladan dari perilaku tokoh masyarakat dan tokoh panutan didalam mengamalkan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Bukankah dengan kita manaati perintahnya maka kita semua akan terhindar dari musibah bencana sebagai peringatan dari Allah SWT.

Bencana banjir juga berhubungan nyata dengan penebangan pohon-pohon oleh pengusaha HPH dan masyarakat. Bukankah pohon-pohon yang tumbuh dihutan, dibukit-bukit dan di DAS itu ditumbuhkan dan dipelihara oleh Allah SWT ? Pengusaha HPH yang ingin mendapatkan untung besar tanpa memperdulikan kepentingan umum, maka pohon-pohon yang berdiameter dibawah 50 Cm ikut dibabat habis. Masyarakat yang ingin mendapatkan KUT dalam waktu 1 Jam/Ha pohon-pohon yang tumbuh dibukit dibabat habis sehingga menjadi gundul menggunakan mesin sensor. Kenyataannya sekarang ini Provinsi Gorontalo menunggak KUT Milyaran Rupiah. KUT diplesetkan kurang ukur Tapulang. Apakah mereka tidak sadar bahwa pohon-pohon itu ditumbuhkan agar air hujan masuk dan disimpan dalam tanah. Tidak seperti sekarang ini mengalir diatas tanah (banjir) yang menyusahkan ribuan orang, mendangkalkan sungai dan mendangkalkan danau limboto? Sungguh mereka itu keterlaluan. Hanya memikirkan kehidupan dunia dengan membuat bencana dimuka bumi. Padahal Allah SWT telah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menyembah kebesaranNya dan menjadi rahmat bagi sekalian isi alam. Suatu perintah yang harus dilaksanakan sehingga kita dijauhkan dari cobaan sebagai tanda peringatan.

Masih banyak kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu disini, sehingga Allah SWT memberi peringatan dengan musibah bencana. Penyebab dari kesalahan-kesalahan tersebut adalah karena kelalaian kita sebagai manusia yang lebih mengutamakan keduniaan daripada akhirat. Marilah kita menrenungkan kesalahan-kesalahan tersebut dan berusaha memperbaiki serta tidak mengulanginya lagi. Bertaubatlah, sebelum dipanggil menghadap yang Maha Besar Illahi untuk mempertanggungjawabkan terhadap segala perbuatan yang telah dilakukan.

Penulis ;
Mantan Kepala Desa Tangkobu
Kecamatan Paguyaman Kab. Boalemo

Artuikel ini ditulis tahun 2000