AWAS PENYAKIT AIDS TELAH MASUK
KE PROVINSI GORONTALO *
Oleh : Yosef P. Koton
KE PROVINSI GORONTALO *
Oleh : Yosef P. Koton
Cukup mengejutkan berita di Harian Gorontalo Post pada tanggal 22 Pebruari 2005 yang memberitakan meninggalnya seorang penderita AIDS di Kota Timur Kota Gorontalo. Penyakit AIDS adalah penyakit yang mematikan yang belum ditemukan obatnya dan menular melalui hubungan kelamin dan melalui kontak darah penderita dengan darah orang yang akan ditularinya.
Pertanyaan yang menggelitik dari kejadian tersebut diatas adalah apakah sebelum penderita AIDS tersebut sebelum meninggal telah melakukan hubungan badan dengan PSK-PSK (Pekerja Seks Komersial) di Provinsi Gorontalo ? Kalau hal tersebut terjadi maka penderita AIDS di Provinsi Gorontalo sudah menyebar. Belum lagi kalau luka si Pendertia AIDS tersebut bersentuhan dengan luka teman si penderita AIDS atau keluarga dekatnya atau melalui gigitan nyamuk. Hal ini pun akan menambah jumlah penderita AIDS di Provinsi Gorontalo.
Diberitakan Harian Gorontalo Post kalau si Penderita AIDS tersebut sempat menikah. Hal ini berarti isterinya tersebut secara otomatis sudah tertular, kalau si penderita dalam berhubungan badan dengan isterinya tidak menggunakan kondom.. Oleh karena itu Dinas Kesehatan harus fokus memantau dan mengawasi isteri si Penderita AIDS tersebut. Memberikan bimbingan rohani agar tidak menularkan kepada yang lainnya.
Diberitakan pula bahwa Dinas Kesehatan kehilangan alamat isteri penderita AIDS. Hal ini menunjukkan ketidak seriusan aparatur kesehatan terhadap penanggulangan penyakit yang akan memusnahkan penduduk di Provinsi Gorontalo ini.
Sudah selayaknya Dinas Kesehatan membentuk Tim Khusus Penanggulangan Penyebaran Penyakit AIDS ini. Tim tersebut bertugas dengan intensif dan dengan gerak yang cepat mendeteksi, memantau, mengawasi penderita AIDS jangan sampai menularkan ke yang lainnya.
Pengalaman yang berharga bagi pekerjaan tim ini kedepan, sesuai dengan yang diberitakan kalau penderita AIDS ini pernah mendonorkan darahnya di PMI pada tahun 2000 dan diketahui mengidap penyakit AIDS, tetapi karena pengawasannya yang tidak intensif sehingga si penderita di khawatirkan sudah menularkan penyakit kepada isterinya yang dikawininya 2 bulan sebelum penderita meninggal dan juga kepada kawan-kawannya, keluarganya dan juga yang lain-lainya di daerah ini.
Sungguh ironis, pada halaman lain Harian Gorontalo Post diberitakan Pimpro di Dinas Kesehatan di periksa Kejaksaan karena memark up pembelian alat Ronthgen dari harga yang sebenarnya Rp. 400 jt menjadi Rp. 1,6 Milliar. Tidakkah sebaiknya hasil mark up sebanyak Rp. 1,2 Milliar ini dibelikan peralatan untuk mendeteksi penyakit AIDS yang sangat berguna bagi kepentingan masyarakat banyak daripada hanya berguna untuk menambah kekayaan pribadi Pimpro dkk ?
Dari asal usul si Penderita AIDS ini adalah orang Gorontalo perantauan yang mudik kampung. Hal ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa orang Gorontalo yang berada di luar daerah Gorontalo maupun yang bukan orang Gorontalo yang akan masuk ke daerah ini membawa/menularkan hal yang positif dan negatif bagi kemajuan daerah ini kedepan. Hal yang positif seperti kualitas SDM nya yang tinggi, beriman, bermoral dan lain-lain yang baik-baik, sedangkan yang negatif contohnya membawa penyakit AIDS, narkoba, korupsi, premanisme dan lain-lain yang buruk-buruk.
Kecolongan dengan masuknya penyakit AIDS ini di Provinsi Gorontalo menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi aparatur Dinas Kesehatan untuk meningkatkan lagi kinerjanya dalam menyehatkan masyarakat. Pekerjaan paramedis adalah pekerjaan yang mulia sebagai suatu pengabdian kepada kemanusiaan. Kalau ingin menjadi banyak duit janganlah menjadi tenaga paramedis, berdaganglah itulah profesi yang cocok untuk itu. Disinyalir masyarakat pelayanan di beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas di Provinsi Gorontalo sangat menyedihkan para perawat dan mantrinya dan juga mungkin dokternya sangat lamban dalam menangani pasien. Nanti ketika keluarga pasien menanyakan dan membentak-bentak baru perawat/mantrinya mengambil sampel darah, kencing dan lain-lain untuk diperiksa, kalau tidak ditanyakan mereka inaktif alias cuek bebek.. suatu sikap yang tidak sesuai dengan jiwa ideal seorang tenaga paramedis yang mengabdi untuk kepentingan kemanusiaan.
Kepekaan terhadap pelayanan kemanusiaan ini perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan kesehatan sehingga tenaga paramedis yang dihasilkannya proaktif, tanggap, cepat, tersenyum, teliti, tekun dalam setiap melayani pasien tanpa membeda-bedakan status si pasien apakah kaya, miskin, pejabat atau pembantu rumah tangga semua adalah sama dalam pelayanan..
Akhirnya, penulis mengusulkan agar tanggal 22 Pebruari di peringati sebagai hari masuknya penyakit AIDS di Provinsi Gorontalo. Hari yang mengingatkan masyarakat di Provinsi Gorontalo bahwa setiap orang di daerah ini kalau tidak waspada setiap saat akan tertular penyakit yang berbahaya ini. Juga hari yang akan mengingatkan kepada aparatur kesehatan untuk meningkatkan lagi kinerjanya didalam mendeteksi, mengawasi dan memberantas penyakit terkutuk ini.
Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Hulawa,
Kec. Telaga, Kab. Gorontalo
Artikel ini dimuat tanggal 7 Maret 2005 di Harian Gorontalo Post
No comments:
Post a Comment