Wednesday, December 13, 2006

MENGHADIRI PESTA PERKAWINAN DI TONDANO

Pada tanggal 8 Desember 2006, Aku dan teman-teman kantor berangkat menghadiri pesta perkawinan teman kantor kami yang dilangsungkan di Tondano. Untuk dapat sampai ke Tondano, kami harus mengendarai mobil selama kurang lebih 10 jam. Teman kantor yang akan menghadiri pesta perkawinan Pak Masran Rauf di Tondano ini kurang lebih 20 Orang dengan mengendarai 3 mobil. Agar Pak sopir tidak mengantuk maka dibuatlah cerita-cerita lucu yang membuat Pak sopir dan penumpang tertawa terbahak-bahak. Pokoknya ramai, enjoy selama dalam perjalanan dan sangat menyesal bagi teman-teman lainnya yang tidak ikut ke Tondano.

HasratKu dari awalnya memang menggebu-gebu untuk dapat menghadiri pesta di Tondano ini, karena 20 tahun yang lalu Aku pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Roong Tondano dan saat sekarang ini Aku ingin melihat lagi daerah tempat Aku berKKN dulu. Tetapi mengingat karena fisikKu yang akan sangat kelelahan bila mengendarai mobil dengan jarak yang sangat jauh dan juga karena Aku sudah diminta untuk memimpin rapat IKKF pada hari Minggu, 10 Desember 2006, maka Aku mulai pesimis untuk dapat pergi ke Tondano. Tetapi karena Pak Haji Remi sudah 3 kali menelpon dan meyakinkan Aku agar tetap harus berangkat ke Tondano dan mobil sudah menjemputKu di rumah maka tidak ada lagi keragu-raguan, Aku segera angkat koper berangkat ke Tondano.

Aku satu mobil dengan Pak Haji Remi yang bertindak sebagai sopir, Pak Menko AA Wisnu sebagai navigator dan dibelakang mereka berdua Opa Rustam, Aku dan Nona febi, serta dibangku yang lebih belakang mengawal kami adalah Kapten Iswan dan si Jangkung Kasim.

Kami berangkat dari Gorontalo, start dirumahnya AA Wisnu di Tenggela Kecamatan Telaga sesudah sholat Magrib, memasuki daerah Gorontalo Utara di Kecamatan Kwandang kami berhenti melaksanakan sholat Isya kemudian perjalanan dilanjutkan kembali. Tidak berapa lama kemudian setelah meninggalkan Kecamatan Atinggola Provinsi Gorontalo kami segera masuk ke daerah Bolaang Mongondow wilayah Sulawesi Utara.

Karena perut sudah keroncongan maka kami singgah makan di rumah makan Enjel 2 masih di wilayah Bolmong . Semua merasa puas dengan pelayanan dan makanan yang disajikan berupa ikan laut bakar dengan rica-rica yang pedas, gorengan dan kua asam. Untuk melepaskan kelelahan dari perjalanan yang sudah ditempuh, maka kami agak lama bersantai di rumah makan Enjel ini.

Kira-kira pada tengah malam kami start kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum memasuki Kota Manado kami sholat Shubuh di Kecamatan Tumpaan daerah Minahasa Selatan dan pada jam 06.00 pagi kami masuk untuk menginap di Hotel Jayakarta dekat sungai Kualajengki Manado. Sebelum masuk ke Hotel ini kami makan nasi kuning dulu. Satu mobil lainnya berpenumpang Ibu Sekretaris tidak menginap di Manado tetapi diutus untuk langsung ke Tondano memberitahukan bahwa rombongan sudah berada di Manado.

Aku dan teman-teman yang satu mobil masuk ke kamar langsung tidur, karena semalaman suntuk dalam perjalanan tidak tidur. Tetapi herannya ada juga teman-teman yang dimobil lainnya tidak tidur dan langsung berputar-putar di Kota Manado.

Pada siang hari setelah sholat Zhuhur kami menikmati makan siang di rumah makan Minang di pusat Kota Manado. Setelah makan siang kami kembali lagi ke Hotel untuk melanjutkan kembali tidur yang sempat terhenti akibat perut yang lapar. Bangun dari tidur, setelah sholat Magrib kami menuju warung sate untuk santap malam. Sesudah kekenyangan makan sate Opa Rustam mengutarakan maksudnya ingin melihat-lihat Boulevar, tetapi herannya sebelum sampai ke Boulevar Opa Rustam sudah tertidur pulas sehingga Pak Sopir memutuskan untuk langsung pulang ke Hotel untuk menidurkan Opa.

Hari minggu pagi, pukul 04.30 Wita Aku terjaga dari tidur malam yang panjang. Setelah sholat Shubuh Aku jalan pagi untuk menikmati, melihat-lihat Kota Manado dipagi hari. Langkah kakiKu ternyata menuju ke pasar bersehati Manado, menyeberangi sungai Kualajengki lewat jembatan kayu darurat, karena jembatan yang baru sementara dibangun.

Pagi hari ternyata pasar ini sudah ramai dengan penjual yang menjajakan barang dagangannya. Aku teringat Telpon isteriKu semalam dimana anakKu Arif meminta untuk dibelikan CD penyanyi Letto. Setelah Aku mendekati pelabuhan, ditepi laut Aku melihat penjual CD sedang menawarkan dagangannya. Aku mendekat dan menanyakan kalau ada CD Letto, ternyata ada. Aku membeli 2 keping CD Letto dan 2 CD lagi lagu anak-anak untuk anakKu yang bungsu, Sendy. Setelah itu Aku melanjutkan jalan pagiKu.

Di depan pelabuhan Aku melihat kapal yang sedang bersandar dan penumpang sementara turun. Aku teringat masa yang telah lewat 22 tahun yang lalu, tahun 1984 waktu Aku pertama kali ke Manado untuk menimba ilmu di Fakultas Pertanian UNSRAT Manado. Aku dan teman-teman berlayar dari pelabuhan Kwandang dan turun di pelabuhan manado ini. Waktu itu jalan darat belum bisa tembus ke Manado. Jadi satu-satunya kenderaan yang bisa digunakan ke Manado adalah dengan kapal laut. Aku masih teringat bagaimana kapal kami di goyang-goyang oleh ombak dan temanKu Imran muntah-muntah. Tapi Aku heran Aku tidak pernah muntah.

+_ 10 meter melewati pelabuhan Manado, Aku sudah sampai diujung jalan Boulevard. Kemegahan Mall berjejer menjulang tinggi sepanjang jalan ini. Aku kembali teringat 20 tahun yang lalu, sepanjang jalan Boulevard ini adalah pantai Manado, dimana pada hari minggu dan libur Aku dan temanKu Slamet mandi di pantai Manado ini. Kini pantai sudah tidak ada lagi sudah ditimbun dengan batu-batu dan sirtu kemudian dibangun Mall. Diujung jalan ini Aku tersentak kaget melihat matahari sudah menampakkan wajahnya mengingatkan Aku agar segera kembali ke Hotel untuk bersiap-siap berangkat ke Tondano. Pada saat Aku pulang Aku mengambil jalan yang tidak Kulewati tadi.

Di jalan ini Aku ketemu pedagang kaki lima yang disebut Uti-uti, warga Gorontalo perantauan dari daerahKu. Dulu 20 tahun yang lalu seingatKu mereka berjualan dipinggiran toko di taman kota Pasar 45 depan Bioskop Presiden. Tetapi saat ini mereka sudah digusur dan sekarang mereka berjualan disepanjang jalan ini. Aku membeli 2 potong celana untuk AnakKu yang sulung, Arif dan 2 potong stelan kemeja celana untuk Adiknya Sendy.

Setiba di hotel Aku heran melihat si Arter masih tertidur pulas. Untuk mengeringkan keringat, sebelum Aku mandi, Aku menghidupkan dan menonton berita TV. Tiba-tiba Pak Ismail membuka pintu kamar dan menyuruhKu untuk bersiap-siap berangkat ke Tondano. Aku lihat Pak Ismail sudah berbaju batik siap untuk berangkat.

Akupun segera mandi dan berbaju batik, pakaian yang sudah disiapkan IsteriKu yang akan dipakai ke pesta perkawinan. Arter Aku bangunkan supaya dia juga bersiap-siap untuk segera berangkat.

Setelah itu Aku keluar kamar mengetuk kamar depan kamarKu. Di kamar ini dihuni Pak Haji Remi, Menko AA Wisnu dan Opa Rustam. AA Wisnu begitu Aku beritahukan akan berangkat langsung ke kamar mandi. Opa Rustam yang belum mau mandi dengan alasan menunggu dulu Pak Haji yang keluar hotel melakukan negosiasi bisnis otomotifnya. Ternyata Pak Haji ke Tondano ini ada maksud sampingannya yaitu untuk bisnis otomotif. Aku tersadar, kenapa Pak Haji ini ngotot untuk berangkat ke Tondano dan hingga 3 kali menelponKu agar jangan sampai tidak jadi berangkat bersama-sama ke Tondano.

Setelah dari kamar Opa Rustam, Aku turun ke loby hotel bersama koper bawaanKu, disana sudah ketemukan teman-teman yang lain yang sudah siap-siap untuk berangkat, terutama ibu-ibunya yang sudah berdandan. Ibu Tiya meminta agar momen ini diabadikan dengan potret bersama. Karena ibu-ibu yang satu mobil sudah lengkap semuanya maka mereka segera berangkat lebih dulu ke Tondano.

Aku yang satu mobil dengan Pak Haji masih menunggu pak haji yang masih berbisnis. Aku berusaha menghubunginya dengan menelpon, tapi heran HP nya tidak aktif, +_ pukul 10.00 pak haji nongol, lumayan juga lamanya menunggu pak haji +_ 2 jam. Setelah barang-barangnya pak haji masuk ke mobil kami segera berangkat.

+_ 15 menit setelah berangkat ternyata urusan bisnisnya pak haji ini belum selesai. Sambil menunggu teman bisnisnya pak haji, dikomandai pak Menko kami masuk ke supermarket dekat lapangan Tikala membeli makanan ringan yang akan disantap selama dalam perjalanan. Makanan ringan paforitKu yang suka Kusantap adalah kacang bersama minuman susu dos. Pak Menko merasa heran kenapa makanan dan minuman itu yang menjadi kesukaanKu, bukan yang lainnya, jawabannya ternyata mudah sebab kalau yang lainnya Aku akan sakit perut.

Setelah kembali ke mobil dari Supermarket kami segera berangkat, memasuki daerah Karombasan memori diotakKu mulai bangkit mengingat bahwa 20 tahun yang lalu jalan ini pernah Kulalui, pada saat-saat Aku masih pada semester 1 dan 2 pada tahun 1984 dan 1985 pada Fakultas Pertanian Unsrat Manado, dimana kami sering melakukan praktek di lapangan maupun pada semester selanjutnya melakukan penelitian dan KKN. Kebetulan lokasi Aku KKN adalah di desa Roong Tondano berdekatan dengan tempat pesta yang akan kami hadiri.

Tiba di Pineleng Aku kembali teringat masa lalu dimana beberapa kali Aku ke tempat ini menemui sepupuKu Ubaldus, untuk mengetik tugas praktikum karena dia memiliki mesin ketik.

Sepanjang jalan dalam perjalanan yang kami lalui tumbuh tanaman pepohonan baik diperbukitan maupun pada jurang/lembah, keadaanya masih yang seperti yang dulu 20 tahun yang lalu. Sebagian besar pohon yang tumbuh adalah cengkih ada juga pohon kelapa. Oleh karena banyak tumbuh pepohonan baik dibukit maupun di lereng gunung menyebabkan tingkat erosi didaerah ini sangat kecil sehingga banjir dan longsor sangat jarang terjadi. Hal ini berimbas pula pada keadaan danau Tondano yang keadaannya masih lebih baik bila dibandingkan dengan Danau Limboto di daerahKu.

Melihat rindangnya pepohonan sepanjang jalan ini Aku teringat dengan Jalan Trans Sulawesi dari Kecamatan Isimu sampai dengan Tilamuta di daerahKu dimana perbukitannya yang gundul sehingga erosinya tinggi dan sering banjir, sekiranya sepanjang jalan Trans Sulawesi ini dapat dirindangkan dengan pepohonan yang berguna seperti kemiri yang cocok untuk iklim yang panas, maka akan dapat menolong mencegah banjir dan erosi yang sering terjadi.

Semakin kami dekat dengan kota Tondano udara semakin dingin karena jalan yang kami laluipun semakin menanjak menaiki daerah perbukitan. Tanpa disadari, kami sudah melewati Kota Tomohon yang udaranya sejuk. Sudah banyak bangunan yang baru berdiri di kota ini. Bunga-bunga dari berbagai jenis hidup subur di kota ini. Aku saat semester akhir melakukan penelitian di Kota ini dan beberapa kali kami melakukan praktek lapangan di kota yang sejuk ini.

+_ Pukul 12.00 Wita kami sampai juga di Tondano. Sebelum sampai ke Kampung Jawa, kami melewati Desa Roong, lokasi aku ber KKN dulu 22 tahun yang lalu. Aku menerawang teringat teman-temanku ber KKN dulu. Kami 8 orang mahasiswa dari 4 Fakultas yang berbeda ditempatkan di desa ini. Aku teringat pada Femi dari Fakultas Kedokteran, tidak tahu Ibu Dokter ini berada dimana sekarang? Dokter Farid Dunggio juga dari Kedokteran, Imran Buna ada di Gorontalo dan 4 teman yang lainnya yakni 2 dari Fakultas Ekonomi dan 2 dari Fakultas Peternakan.

Lewat Desa Roong yang sudah memandu ke lokasi perkawinan adalah si Jangkung Kasim, karena kemarin dengan mobil ibu Sekretaris, Kasim sudah mengunjungi lokasi perkawinan yang akan kami hadiri ini. Tetapi Kami merasa heran cara Kasim memandu, nanti mobil sudah lewat dibelokan baru dia beritahu kalau mobil harus belok.

Tiba dirumah pengantin Puteri, kami langsung masuk, tamu sudah banyak yang hadir. Teman-teman di 2 mobil lainnya sudah duduk manis, begitu melihat kami mereka tersenyum-senyum. Tidak lama kemudian acara perkawinan dimulai dengan sambutan Kepala Desa, kemudian nasehat perkawinan dari mantan Kepala KUA setelah itu dilanjutkan dengan acara ramah tamah, makan bersama.

Pengantin pria ganteng dan perempuannya cantik duduk dengan anggunnya seperti Raja dan Ratu. Terdapat 2 layar lebar disisi kanan dan kiri yang mempertontonkan gambar kedua pengantin baik gambar saat ini maupun gambar sebelumnya. Dimana kedua pasangan sejoli ini sedang naik sepeda berwisata ke danau Tondano.

Setelah acara pesta pertama ini selesai akan dilanjutkan dengan resepsi. Aku dan teman-teman pamit sebentar untuk sholat Zhuhur di Masjid Jami Kampung Jawa. Pada saat memasuki mesjid ini pikiranKu kembali menerawang 20 tahun yang lalu dimana Aku pernah melaksanakan sholat di mesjid ini, tapi mesjidnya sekarang ini sudah berubah menjadi lebih bagus dan luas dari yang dulu.

Pada saat resepsi turun hujan, ini pertanda pasangan pengantin ini akan dikarunia banyak anak, ini perkataan orang-orang tua dulu, seandainya pasangan pengantin ini tidak ber KB. Setelah acara resepsi selesai kami pamitan pulang kepada pasangan pengantin dan keluarga tetapi sebelumnya berfoto bersama pengantin dulu.

Pulang ke Gorontalo kami mengambil jalan pintas lewat Kecamatan Kawangkoan yang dikenal dengan komoditi unggulannya kacang Kawangkoan. Dalam perjalanan pulang ini di daerah Bolmong kami membeli rambutan dan salak untuk oleh-oleh keluarga di rumah.

Dalam perjalanan pulang ini, Kami kembali singgah makan malam di rumah makan engela. Setelah makan perjalanan kembali dilanjutkan. Pak Haji sopir kami ini tidak senang melihat Aku tertidur. Kalau Aku sudah mulai diam untuk tidur, kaca jendela mobil didekat kepalaKu dibukanya sehingga dengan tiba-tiba angin masuk dan Aku terjaga untuk menemani dia tidak tidur. Nyawa kami tergantung pak haji ini, Oleh karena itu agar Pak haji tidak mengantuk tertidur sementara menyopir, maka daun telinganya aku colek "kuti" dan dia terkaget-kaget.

Pukul 03.00 pagi Aku tiba di rumah. Aku merasa heran karena aku tidak merasa kelelahan. Biasanya kalau Aku mengadakan perjalanan dengan mobil begitu tiba tubuhKu terasa lemas, capek. Tetapi sekarang tidak. Apakah karena ada jaminan konsumsi yang memuaskan dari Pak Menko AA Wisnu. Ataukah karena situasi yang penuh canda dan tawa yang tercipta selama dalam perjalanan didalam mobil ? Wallahu alam bi sawab.

Selamat bagi Pak Masran semoga menjadi keluarga yang sakinah ma wadah wa rahmah. Perkawinan yang langgeng, tahan lama dan lengket terus hingga menjadi kakek-kakek dan nenek-nenek.

Tuesday, November 28, 2006

MEMANTAU PEMILU DI DESA IPILO KECAMATAN ATINGGOLA

Pada tanggal 26 - 27 Nopember 2006 Aku mendapatkan tugas untuk memantau pelaksanaan pemilihan langsung Gubernur Gorontalo 2006 - 2011 di Desa Ipilo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. Desa tersebut tidak terletak di Jalan Trans Sulawesi tetapi belok kanan masuk kedalam kurang lebih 5 Km melewati 1 desa baru ketemu desa ini. Desa ini terletak diantara 2 gunung yang mengelilinginya, disebelah ujung gunung sudah berbatasan dengan kecamatan Limboto. Pencari rotan biasanya membawa rotannya ke Kecamatan Limboto melewati jalan pintas ini, demikian yang dituturkan Kepala BPD Desa Ipilo yang namanya tidak sempat saya tanyakan.

KesanKu terhadap desa ini, aman dan damai jauh dari keributan dan kebisingan seperti diperkotaan, cocok untuk tempat peristirahatan. Didesa ini terdapat lahan seluas 100 Ha yang ditanami Jagung juga terdapat lahan yang ditanami padi dan juga banyak pohon Kelapa. Jumlah penduduknya kurang lebih 1000 orang atau sebanyak 375 Kepala Keluarga (KK). Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bertani. Didesa ini pada tahun 2002 mendapatkan bantuan Sapi sebanyak 50 ekor dari kegiatan PUTKATI kepada 25 KK dimana setiap KK mendapatkan 2 ekor. Ketika Aku menanyakan perkembangan jumlah sapi bantuan ini kepada Ibunda Kepala Desa Husna Badjuri, beliau tidak tahu pasti tetapi sapi tersebut jumlahnya saat ini sudah lebih banyak dari bantuan sebelumnya. Saat ini di desa Ipilo mendapatkan bantuan benih Jagung sebanyak 1365 Kg dari Dinas Pertanian tetapi benih tersebut masih di Balai Desa dan belum dibagikan ke Petani. Pembagiannya ke Petani akan dilakukan setelah pelaksanaan PILGUB.

Saat ini pada tahun 2006 ini di Desa Ipilo sedang dibangun jalan desa sepanjang kurang lebih 5 Km oleh CV. Yolanda dari anggaran APBD I Provinsi Gorontalo, tetapi pengerjaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Pasir dan bebatuan yang ditimbun dijalan ini semestinya dipadatkan (ditindis) tetapi ini tidak dilakukan, 2 gugusan yang dibuat, yang satunya begitu digunakan rusak dan yang satunya lagi saat ini belum berfungsi. Mohon Pak ini agar diteruskan keatas untuk ditindaklanjuti agar diperbaiki demikian permintaan Ibunda kepadaKu.

Banyak permintaan Ibunda yang disampaikan kepadaKu untuk membangun desanya yang masih tertinggal dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Atinggola dimana kegiatan yang dimintakan tersebut sangat dibutuhkan masyarakatnya. Oleh karena itu dimohonkan agar segera direalisasikan. Kegiatan tersebut antara lain :
1. Peningkatan jalan desa (pengaspalan) sepanjang kurang lebih 5 Km.
2. Pemasangan Listrik sepanjang +_ 5 Km
3. Pembangunan Kantor Desa
4. Pembangunan Polindes
5. Pembangunan rumah Layak Huni sebanyak 125 KK
6. Pembangunan PUSTU

Pelaksanaan Pemungutan suara di Desa ini berjalan aman dan lancar. Disekitar TPS 2 sudah dibangun warung-warung makan dadakan. Apabila setiap pemilih membelanjakan uangnya sebanyak Rp 5.000 maka uang yang beredar di TPS 2 sebanyak _+ Rp 2 Juta yang diperoleh pemilik warung-warung ini demikian yang disampaikan Kepala BPD. Jumlah pemilih di desa ini sebanyak 800 orang, yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 722 Orang (90,25 %) sedangkan yang tidak menggunakan hak pilihnya sebanyak 78 Orang (9,75 %). Jumlah suara rusak 3 orang (0,41 %) dan jumlah suara yang sah 719 orang (99,59 %). Hasil akhir pemungutan suara di desa Ipilo untuk nomor 1 pasangan calon Gubernur Ir. H. Fadel Mohamad dan Ir. Gusnar Ismail, MM memperoleh sebanyak 679 suara (94,04 %). sedangkan nomor 2 pasangan Drs. H. Thamrin Djafar dan Drs. A.D. Khaly memperoleh sebanyak 29 suara (4,02 %) dan nomor 3 pasangan Ir. Bonny M.M. Ointu, MSc dan Ir. H. Hamid Kuna memperoleh suara sebanyak 11 suara (1,52 %)

Wednesday, November 22, 2006

MENGHADIRI RAPAT KOMITE SDN INPRES HULAWA

Pada hari Jumat 17 Nopember 2006, Aku mendapatkan undangan dari SDN Inpres Hulawa untuk mengikuti rapat untuk penyegaran komite sekolah. Dalam sambutannya Kepala Sekolah menyampaikan bahwa daya tampung ruang kelas tidak sebanding lagi dengan jumlah murid dimana ruang kelas hanya 6 unit sedangkan jumlah murid membutuhkan 9 unit kelas. Pemecahan masalah kurangnya ruang kelas ini menurut Kepala Sekolah dilakukan dengan pergantian ruang kelas dimana kelebihan 3 kelas ini pembelajarannya menunggu berakhirnya pembelajaran 6 unit kelas sebelumnya.

Menurut Ketua Komite yang baru, Bapak Drs. Oscar Ladiku, Sekolah ini tampak dari luar sekolahnya kelihatan baru, tetapi begitu masuk kedalam sekolahnya nampak tua dan rapuh yang memerlukan perbaikan segera.

SDN Inpres Hulawa ini berlokasi di pusat Kecamatan Telaga berdekatan dengan Stadiun Olah Raga 23 Januari Telaga. Dari data banyaknya murid yang masuk ke sekolah ini dan mengingat lokasinya yang strategis di pusat kota, sekolah ini dapat dijadikan menjadi sekolah unggulan dalam penampungan anak usia SD untuk bersekolah, mencegah anak usia SD putus sekolah serta mencegah anak usia SD buta huruf atau buta aksara. Hal ini dalam rangka menunjang program yang dilakukan pemerintah untuk peningkatan SDM.

Mengantisipasi bertambahnya anak usia SD setiap tahun masuk ke sekolah ini, kalau tersedia anggaran sudah selayaknya sekolah ini dibangun dengan konstruksi 2 tingkat memiliki 12 ruang kelas. Komite Sekolah sangat bersyukur dan berterima kasih apabila ada pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan bersedia membiayai pembangunan sekolah ini, baik pihak pemerintah; Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo, Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo, Departemen Pendidikan Nasional maupun dari pihak masyarakat; perorangan, Ormas, LSM bahkan juga mungkin donator dari luar negeri.

Thursday, November 09, 2006

7 HAL AKTUAL MENJADI PR
GUBERNUR GORONTALO 2006 - 2011
Oleh : Ir. Yosef P. Koton,M.Si



Pada minggu kedua bulan Nopember 2006 ini, masyarakat di Provinsi Gorontalo kembali akan mendengarkan kampanye berupa penyampaian visi dan misi calon Gubernur Gorontalo masa jabatan 5 tahun kedepan 2006 – 2011. Sebagai bahan perenungan sejenak, masih ingatkah masyararakat bahwa pada tahun yang lalu 2005 kampanye yang sama pernah disampaikan oleh ke 3 Bupati; Gorontalo, Pohuwato dan Bone Bolango berupa visi dan misinya untuk memajukan daerahnya apabila terpilih kelak ? Apakah setelah 1 tahun kepemimpinannya ke 3 Bupati tersebut masih konsisten dengan apa yang disampaikannya pada masa kampanye 1 tahun yang lalu tersebut ? Apakah hal-hal yang sudah dikampanyekan para Bupati tersebut sudah dimasukan dalam RPJMD di ketiga Kabupaten tersebut, sehingga dengan transparan masyarakat dapat menilainya ?

Khusus untuk Bupati Gorontalo penulis masih ingat dalam kampanyenya menyampaikan dengan indikator yang dapat diukur akan menaikan harga jagung yang pada tahun 2005 harganya Rp 800,- / Kg menjadi Rp 1200,- / Kg. Dan hanya dalam 1 tahun kepemimpinannya Bupati Gorontalo berhasil merealisasikan apa yang sudah dikampanyekan 1 tahun yang lalu tersebut karena saat ini tahun 2006 harga jagung sudah mencapai Rp 1200,- / Kg, malahan ada yang sudah menginformasikan saat ini harga jagung sudah mencapai Rp 1700,- /Kg. Harga jagung ini agar terus dipertahankan untuk 4 tahun kedepan dan kalau memungkinkan harganya ditingkatkan lagi sehingga akan berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani jagung Untuk indikator terukur lainnya yang menjadi bahan kampanye Bupati Gorontalo penulis tidak mempunyai datanya sehingga tidak bisa menilainya. Kalau seandainya pada saat kampanye Bupati menyampaikan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka indikator terukur yang dapat dinilai adalah penurunan penduduk miskin di Kabupaten Gorontalo. Apakah dalam 1 tahun kepemimpinannya jumlah masyarakat miskin di Kabupaten Gorontalo sudah terjadi penurunan? Demikian pula dengan indikator lainnya apakah sudah terjadi penurunan angka pengangguran ? dan seterusnya. Demikian pula dengan ke 2 Kabupaten lainnya, Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango.

Dari uraian di atas, masyarakat di Provinsi Gorontalo sudah memiliki pengalaman dalam hal kampanye pemilihan Kepala Daerah secara langsung khususnya di ke 4 Kabupaten; yang belum berpengalaman adalah masyarakat di Kota Gorontalo. Sehingga dengan demikian sebagian besar masyarakat sudah sangat cerdas didalam menjatuhkan pilihan pada calon Gubernur yang dianggapnya mendekati aspirasi yang dinginkannya. Dalam kampanye nanti diharapkan calon Gubernur akan menyampaikan visi, misi dan programnya dengan indikator yang terukur sehingga masyarakat dapat mengontrol dan menilai keberhasilannya apabila calon Gubernur tersebut terpilih nantinya.

Terdapat antara lain ada 7 hal aktual di Provinsi Gorontalo yang menurut penulis memerlukan penyusunan program yang komprehensif dari para calon Gubernur untuk dituntaskan dalam 5 tahun ke depan yaitu sebagai berikut :

  1. Kemiskinan
    Menurut data BPS (2005), jumlah masyarakat Gorontalo yang miskin sebanyak 29,68 % dari total jumlah penduduk Provinsi Gorontalo atau sejumlah 282.272 orang. Masyarakat miskin inilah yang perlu penanganan yang komprehensif dengan program dan kegiatan yang langsung dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan yang dideritanya. Program pusat yang selama ini dilaksanakan seperti; PKPS-BBM, BLT, P2KP, PDM-DKE nampaknya tidak berpengaruh nyata pada penurunan jumlah orang miskin di Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Gorontalo yang juga harus didukung pemerintah Kabupaten/ Kota perlu melakukan terobosan dengan program dan kegiatan yang langsung berdampak pada penurunan masyarakat miskin di Provinsi Gorontalo. Dengan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan yang nyata dilapangan diharapkan dalam 5 tahun kedepan penduduk miskin di Provinsi Gorontalo akan sama dengan jumlah penduduk miskin secara nasional yang hanya sebesar 16,66 % dari jumlah penduduk Indonesia. Atau lebih rendah dari Provinsi Sulut yang jumlah penduduk miskinnya hanya sebanyak 24 % (Boroma, Suhendro, GP, 31 Agustus 2006).
  2. Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang pendidikan SLTP, SLTA dan PT
    APM jenjang pendidikan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi (PT) sangat rendah, data tahun 2006 menunjukan APM SLTP hanya sebesar 55, 42 % ini berarti terdapat sebanyak 44,58 % anak berusia SLTP di Provinsi Gorontalo yang tidak melanjutkan pendidikannya ke SLTP. Sedangkan untuk SLTA data menunjukan APM nya hanya sebesar 36,46 % ini artinya anak berusia SLTA sebanyak 63,54 % tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan SLTA. Selanjutnya APM untuk Perguruan Tinggi penulis tidak punya datanya ada kemungkinan di bawah 10 %, kalau data ini benar berarti terdapat sebanyak 90 % anak berusia mahasiswa di Provinsi Gorontalo yang tidak melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Data ini menggambarkan kualitas SDM Provinsi Gorontalo saat ini dan yang akan datang, SDM yang diharapkan dan menentukan kemajuan Pembangunan Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang. Oleh karena itu untuk 5 tahun kedepan angka APM ini harus diupayakan untuk ditingkatkan. Pembangunan sekolah SLTP dan SLTA harus diperbanyak dan didekatkan dengan pemukiman siswa.
  3. Angka Kematian Ibu Melahirkan
    Data menunjukan pada tahun 2005, angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Gorontalo sebesar 307 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih lebih tinggi dari target angka nasional sebesar 150 / 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan program kesehatan dengan sasaran ibu yang hamil dengan pemberian obat-obatan, pemberian makanan yang bergizi, tenaga paramedis terjun langsung ke desa-desa memantau kesehatan ibu-ibu yang hamil, peningkatan peralatan medis, peningkatan SDM kesehatan dan seterusnya. Sejatinya program yang dibuat harus langsung pada sasaran di lapangan dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, jangan hanya pasif menunggu dibelakang meja.
  4. Banjir
    Musibah banjir ini setiap musim hujan pasti akan melanda wilayah Provinsi Gorontalo. Banyak kerugian yang diderita akibat banjir ini baik yang dialami masyarakat maupun infrastruktur yang dibangun pemerintah. Banjir ini diakibatkan oleh gundulnya hutan dibagian hulu yang disebabkan oleh penebangan liar, ilegal loging, pengolahan tanah oleh peladang berpindah dengan melakukan pembakaran dan juga pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dibagian hilir tidak dilakukan dengan baik dan benar sesuai kaidah konservasi dan lingkungan serta kepedulian dan kompetensi aparatur kehutanan yang minim. Saat ini sudah 60 Ha Hutan lindung di Taman Nasional Bogani Nani Wartobone terbakar dilalap si jago merah (api) (GP, 9/10 - 2006) tetapi tidak ada yang mau peduli. Tunggulah kalau bulan Desember nanti turun hujan, pasti sungai Bone akan meluap (banjir). Dalam 5 tahun kedepan perlu upaya yang konkrit untuk mengatasi musibah banjir ini di Provinsi Gorontalo sehingga setiap tahun tidak akan terjadi lagi musibah banjir yang merugikan masyarakat.
  5. Anggaran Pembangunan
    Program yang sudah dibuat dengan bagus, bukan program pusat yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan dan programnya yang itu-itu jo serta tidak efektif.yang dirancamg dan dihayalkan oleh penyusun program dibelakang meja di Jakarta tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya di daerah. Program yang sesuai dengan kedaan lapangan tersebut disusun dalam suatu proposal untuk mendapatkan anggaran. Bagaimanapun bagusnya suatu program apabila tidak didukung oleh anggaran yang memadai sama saja dengan akal komeng. Sumber anggaran dari pemerintah pusat ada 4 yaitu yang pertama dari DAU. Anggaran ini tidak perlu dilakukan loby, karena ini dihitung berdasarkan rumus yang sudah jelas. Kalau ingin meningkatkan DAU maka antara lain indikator indeks pembangunan manusia dan PDRB perkapita yang harus diupayakan naik. Sumber anggaran yang kedua, ketiga dan keempat adalah berturut-turut adalah dari dana alokasi khusus (DAK), Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Besar kecilnya ketiga sumber anggaran ini diterima pemerintah daerah tergantung bagusnya program yang dibuat daerah dan loby untuk meyakinkan pemerintah pusat bahwa program tersebut sangat layak untuk dilaksanakan dan akan menjadi percontohan nasional. Saat ini anggaran dari ke 4 sumber anggaran pemerintah pusat tersebut di Provinsi Gorontalo yang tercatat adalah sebesar 2,83 Trilyun. Dalam 5 tahun yang akan datang anggaran ini perlu diupayakan peningkatannya setiap tahun.
  6. Pemadaman Listrik yang bergilir
    Anggaran APBN untuk subsidi listrik ini setiap tahun ditingkatkan, tetapi mengapa di Provinsi Gorontalo ada pemadaman bergilir ? Listrik ini tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sehari-hari masyarakat. Bahkan sangat berpengaruh nyata terhadap masuknya investor ke Provinsi Gorontalo. Dengan masuknya investor maka akan menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga akan terjadi multiplier efek terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Dengan pemadaman listrik secara bergilir berarti kapasitas listrik saat ini tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan kapasitas listrik. Kalau listrik menggunakan bahan dasar BBM dan Solar terlalu mahal dan tidak dimampui PLN sudah selayaknya PLN menggunakan pembangkit nuklir yang sudah banyak digunakan diberbagai negara dimana biayanya lebih murah. Dengan listrik berbahan dasar nuklir ini Provinsi Gorontalo kembali akan menjadi percontohan dan pelopor penggunaan nuklir di Indonesia sebagaimana yang pernah direkomendasikan mantan Presiden B. J. Habibie untuk memecahkan permasalahan listrik di Indonesia.
  7. Pembangunan Kantor SKPD
    Satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) menjadi pelaksana dan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program pemerintah daerah. Bagaimana mungkin kinerja SKPD akan maksimal kalau kantornya masih mengontrak rumah-rumah penduduk. Para pegawai yang bekerja didalamnya kepanasan karena ketiadaan AC, hingga kancing bajunya dibuka sampai dibawah tetapi tidak ada yang mau peduli. Tamu dari Departemen Pusat yang diharapkan dapat mengucurkan anggaran yang besar menjadi ragu-ragu apakah SKPD yang tidak memiliki kantor sendiri ini mampu melaksanakan program dengan anggaran yang besar ? Lihatlah apa yang dicontohkan instansi vertikal di daerah mereka membangun kantor sendiri dulu untuk memanjakan masyarakat dan tamu yang minta untuk dilayani yang berkunjung ke kantornya. Anggaran perjalanan dinas yang hanya dinikmati pribadi tertentu sudah selayaknya dialihkan untuk bangun kantor yang akan dinikmati oleh semua orang.


Demikianlah antara lainnya ada 7 hal aktual yang menurut penulis menjadi pekerjaan rumah (PR) Gubernur Gorontalo masa bhakti 2006 – 2011 yang didasarkan pada data dengan indikator yang terukur yang dapat dijadikan saringan, bahan pertimbangan pemilih untuk menilai materi kampanye yang akan disampaikan calon Gubernur kepada para pemilih. Pilihlah Gubernur yang menyampaikan programnya berdasarkan data dengan indikator yang terukur yang akan diupayakannya peningkatannya dalam 5 tahun yang akan datang. Misalnya berapa persen penurunan masyarakat miskin di Provinsi Gorontalo akan dicapainya dalam 5 tahun yang akan datang, berapa persen APM jenjang pendidikan SLTP, SLTA dan perguruan Tinggi (PT) akan dinaikannya dalam 5 tahun yang akan datang, berapa banyak jumlah ibu-ibu yang melahirkan akan dicegahnya dari kematian, upaya-upaya apa yang akan dilakukan supaya tidak terjadi banjir setiap tahun dan seterusnya. Kalau berkampanye harus didasarkan pada data dan dengan indikator yang terukur. Contohnya, lihat saja data kekayaan yang sudah disampaikan ke KPU, data kekayaannya terukur khan ? Setelah selesai menjabat data kekayaannya dilaporkan kembali untuk dinilai apakah kenaikannya wajar atau tidak. Jangan sampai hanya kekayaan yang naik, tetapi jumlah masyarakat miskin tidak turun-turun, APM tidak naik-naik, Ibu-ibu yang melahirkan banyak yang meninggal, setiap tahun terjadi banjir. Atiolo bo hali lo puasa mola pak Haji, dila hepo ngakali to tawu wau Eya. Elayi mola wanu mate diyaa udelolo.


Anggota AP3G
(Aktifis Pembentukan dan Pengawal Provinsi Gorontalo)
Memberi komentar? Alamat Web: yosefkoton.blogspot.com
Artikel ini Dimuat di Harian Gorontalo Post tanggal 25 - 28 Nopember 2006

Friday, September 22, 2006


AKU

Aku lahir di Gorontalo tepatnya di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Tanggal lahirku sama dengan tanggal terjadinya musibah Tsunami di Aceh yaitu pada tanggal 26 Desember 1965. Aku berdarah Indo begitu aku katakan pada orang yang baru mengenalku ketika dia bertanya Aku berasal dari mana ? 50 % darahku berasal dari Flores NTT karena Ayahku berasal dari sana dan 50 % lagi darahku berasal dari Gorontalo, karena Ibuku berasal dari Gorontalo.

Aku dalam kegiatan sehari-hari senang berolahraga seperti jalan dan lari pagi. 2 atau 3 kali dalam seminggu Aku jalan dan lari pagi sejauh _+ 3 Km berputar di jalan Desa tempat tinggalku. Waktu Aku remaja dulu Aku juga senang bermain catur. Pecatur di desaku Aku kalahkan, demikian juga dengan temanku saat Aku SMP, SMA, Perguruan Tinggi. E...Hampir lupa aku pernah menjadi Runner UP pada kejuaraan catur pada dies natalis Fakultas pertanian UNSRAT Manado tempat Aku menimba ilmu S1 dulu. Tetapi dalam usiaku yang mulai senja ini hobbyku bermain catur ini mulai tidak intensif seperti dulu lagi, hal ini disebabkan karena kesibukanku bergelut dengan pekerjaan juga karena waktuku tersita dengan urusan keluarga.

Selain olahraga catur aku juga senang berolahraga bulutangkis pada saat tidak ada kesibukan pada malam hari di lapangan bulutangkis mertuaku, Aku dan teman sekampungku rajin berlath dan bertanding bulutangkis. Kami sepakat membentuk klub bulutangkis yang diberi nama PB. Djarum Hulawa dan Aku didaulat menjadi ketuanya. Sudah beberapa kali kami mengadakan kejuaraan baik tingkat dusun, desa dan kecamatan. Klub kami lebih fokus pada pembinaan pada pebulutangkis usia dini, tetapi permasalahan yang kami hadapi adalah ketiadaan pelatih yang handal. Saat ini Aku juga termasuk dalam salah satu pengurus Pengcab PBSI Kabupaten Gorontalo.

Selain olahraga di atas Aku juga senang olah raga tenis meja. Aku kadangkala mewakili instansi tempat Aku bekerja apabila ada kejuaraan antar instansi. Di rumah Aku menyimpan betch apabila ada kesempatan untuk bermain pingpong ini pasti Aku tidak akan lewatkan, apalagi kalau ketemu lawan yang sepadan.

Olahraga lainnya yang Aku senangi adalah bola kaki. Pada saat Aku masih remaja dulu setiap sore hari di kampungku Aku bersama teman-teman sekampungku selalu memainkan si kulit bundar ini. Akibat hobbyku ini tanganku pernah terkilir dimana pada saat itu Aku sebagai striker sedang menggiring bola yang segera Aku akan tendang ke gawang lawan tetapi tiba-tiba lawanku menggaet kakiku dari belakang sehingga Aku terjatuh dan tanganku terkilir. Aku juga masih ingat Kami sering ke desa tetangga untuk bertanding dan beruji coba. Posisiku pada kesebelasanku kalau tidak sebagai striker, Aku biasanya bertindak sebagai stopper. Dari Hobbyku bermain bola ini, sampai dengan sekarang apabila Persigo bermain dikandang dalam kompetisi divisi I PSSI Aku pasti tidak akan melewatkan untuk menotonnya. Aku juga senang dan tidak pernah absen menonton pertandingan piala dunia bola kaki. Aku rela mengantuk, tengah malam bangun untuk menontonnya lewat siaran TV. Demikian juga dengan siaran langsung Liga Inggris, Italia, Spanyol. Jerman dan lain-lain Aku menikmatinya lewat siaran TV.

Disamping berolahraga Aku juga senang membaca. Buku, majalah dan apa saja setiap Aku mempunyai waktu luang Aku membacanya. Bahan bacaanku terutama yang berhubungan dengan latar belakang pendidikanku. Juga Aku senang membaca buku kesusteraan. Koran, setiap hari sebelum aku berangkat kerja sudah Aku baca. Kegemaranku membaca ini membuat Aku selalu menjadi bintang kelas pada saat Aku masih sekolah dulu.

Aku juga senang menulis. Sudah banyak tulisan artikelku dimuat di Harian Gorontalo. Sekarang tulisan artikel tersebut Aku masukkan dalam Website ku sehingga yang mengklik Web ku ini dapat membacanya. Masih ada beberapa tulisan artikelku yang belum Aku masukkan ke Webku karena filenya sampai dengan sekarang belum Aku temukan di komputer. Menyesal Aku tidak sempat memprint outnya pada saat artikel tersebut Aku buat.

Aku juga senang berkebun. Halaman rumahku Aku tanami dengan tanaman hias. Pot yang kutanami dengan bunga-bungaan selalu kusiram dan ku pupuk agar tumbuh dengan subur. Setiap ada waktu luang Aku membersihkan tanaman yang Aku tanam dari tumbuhan penggangu.. Di belakang halaman rumahku Aku juga memelihara Ayam buras. Telur dan Ayamnya kalau sudah banyak Aku jual ke pasar. Hasilnya lumayan sebagai tambahan uang belanjaan isteriku.

Thursday, September 21, 2006


ISTERI

Isteriku yang berdiri tersenyum dekat Anak sulungku, Aku nikahi 11 tahun yang lalu. Isteriku sudah memberikan Aku 2 (dua) orang anak (putera).
Isteriku mempunyai hobby memasak, kalau ada resep baru dia rajin mencatat dan mencobanya.
Isteriku rajin membersihkan rumah setiap hari, tidak berapa lama peralatan rumah tangga sudah berpindah tempatnya.
Isteriku peramah, tetapi tidak bisa dibuat marah, kalau lagi marah, Aku dan Anakku ketakutan

Friday, September 15, 2006




AYAH

Ayahku yang dalam foto ini berdiri disebelah anak sulungku, saat ini sudah berusia 71 Tahun tapi masih kelihatan segar bugar. Dalam usianya yang lansia, beliau masih kuat bekerja di sawah. Aku, Ibu, kakak dan adik-adiku sudah melarang tapi beliau mengatakan kalau tidak ke sawah badannya terasa sakit-sakitan.

Ayahku, dalam usia remaja sudah merantau, meninggalkan kampung halamannya, Tanjung Bunga (Flores Timur) Nusa Tenggara Timur. Daerah yang menjadi tujuan perantauannya yang pertama adalah kota Makassar. Beberapa tahun Ayahku mengadu nasib di daerah ini. Menurut Ayahku pada saat itu terjadi pemborontakan Abdul Azis, hal ni berimbas pada kehidupan yang serba sulit dialami para perantau khususnya dari NTT.

Pada tahun 1958 terjadi pemborontakan Permesta di Gorontalo, Ayahku yang sudah bergabung dengan tentara Brawijaya (Pusat) dikirimkan ke Gorontalo untuk memerangi pemborontakan tersebut. Menurut Ayahku beliau saat itu ditugaskan menjadi Ajudannya Bapak Piola Isa. Banyak tentara Permesta yang dibunuh pada saat itu, kenangnya.

Pada saat bertugas di Gorontalo inilah, Ayahku mempersunting gadis asli daerah Gorontalo, Ibuku. Pada waktu Ayahku ditugaskan ke daerah yang lain, Ibuku tidak berkenan, sehingga Ayahku mengundurkan diri dan masuk menjadi PNS di Kota Gorontalo. Setelah pensiun dari PNS Ayahku menikmati hari tuanya bercengkrama dengan 12 orang cucunya.

Thursday, September 14, 2006




ANAK

Foto ini aku yang memotretnya pada tanggal 12 September 2006, tetapi aku tidak menyetel kameranya sehingga yang muncul dalam Foto adalah tahun 2003.

Pada tanggal 12 September 2006, sehari sesudah peringatan pemboman menara kembar di Amerika Serikat, Anakku yang sulung, Nurwan (Arif) disunat. Acara sunatannya dilaksanakan secara sederhana dirumah neneknya di sebelah rumahku.

Pada sunatan tersebut anakku Arif memakai pakaian adat Gorontalo dengan hiasan pernik-pernik di tempat duduknya. Sebelum disunat dilakukan pembinaan oleh Pak Imam mesdjid tentang pengetahuan agama, agar Arif dalam tingkah lakunya sehari-hari mengikuti seperti apa yang diperintahkan dalam ajaran agama.

Arif termasuk anak yang tahan sakit, waktu disunat dia tidak menangis. Dia tidak kelihatan takut. Kata yang keluar hanya menanyakan " Sudah Om "? Pak Mantri yang menyunatnya dipanggilnya Om. Orang disekitarnya termasuk aku tersenyum.

Teman-temanku menanyakan kenapa ada acara sunatan tidak mengundang mereka ? Aku menjawab nanti akan dibuat perayaannya secara kecil-kecilan dan mereka akan diundang.

Pada foto tersebut juga nampak anakku yang bungsu, namanya Nursan (Sendy). Lihat senyumnya sangat menggemaskan. Moga-moga kedua anakku ini menjadi orang yang berguna bagi daerah, bangsa dan agamanya.

Monday, September 11, 2006


SELAMAT JALAN PAK TURSANDI
Oleh : Yosef P. Koton

Sehari sebelum dilantiknya Penjabat Gubernur Tursandi Alwi, tanggal 15 Pebruari 2001 tulisan opini penulis berjudul Matoduwolo Penjabat Gubernur Gorontalo dimuat di Harian Gorontalo. Berdasarkan tulisan opini tersebut, maka penulis merasa terbebani untuk menulis lagi sebagai ucapan perpisahan dengan Gubernur pertama Gorontalo, walapun didepan kata Gubernur ditambahkan kata penjabat tetapi substansinya beda-beda tipis dengan Gubernur definitif.

Setelah dilantik, Pak Tursandi ke Gorontalo yang bersamaan dengan itu pula Gorontalo sedang dilanda musibah banjir, sehingga nama Tursandi diplesetkan menjadi Torsandung aer. Kata orang-orang tua saat itu hal ini menandakan Tursandi yang akan menjadi Khalifah di Gorontalo ini bertangan dingin. Kata Orang-orang tua di Gorontalo ini, kelak setelah tugas Tursandi berakhir memang benar-benar terbukti.

Tursandi yang bertangan dingin telah berhasil melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya tanpa menimbulkan gejolak-gejolak dan penentangan yang berarti dari masyarakat. Tursandi tanpa neko-neko berhasil menyelesaikan tugasnya sesuai aturan dan norma-norma standar yang sudah ditetapkan. Keberhasilan ini disebabkan karena Tursandi dapat mengendalikan dirinya yang mungkin bagi pemimpin lainnya agak susah untuk dilakukan yaitu interest pribadi, golongan tertentu dan berdiri ditengah-tengah tanpa ada pemihakan. Dengan demikian Tursandi telah membuktikan bahwa dirinya benar-benar sebagai fasilitator yang ulung.

Keberhasilan dan tugas-tugas Tursandi yang dapat diselesaikan dengan baik untuk percepatan pembangunan di Provinsi Gorontalo dalam waktu yang singkat antara lainnya yang dapat disebutkan adalah tertatanya dan berfungsinya perangkat pemerintah daerah, terbentuknya DPRD Provinsi Gorontalo, tersusun dan terlaksananya APBD Provinsi Gorontalo tahun anggaran 2001, terbentuknya lambang Provinsi Gorontalo, tersusunnya draft Pola Dasar Pembangunan Provinsi Gorontalo, tersosialisasinya keberadaan Provinsi Gorontalo dengan tersusunnya Profil Provinsi Gorontalo, potensi dan peluang investasinya yang dinilai sebagai presentase terbaik pada acara Governor’s Forum, Agro dan Expo 2001 di Jakarta sehingga dimintakan untuk dikirimkan ke seluruh Provinsi di Indonesia, berfungsinya penggunaan transportasi Udara dengan Merpati dan Bouraq, berfungsinya penggunaan transpotasi laut dengan kapal peti kemas serta terpilihnya Gubernur definitif yang pertama.

Keberhasilan Tursandi ini dicapai tidak semudah membalik telapak tangan tetapi melalui proses perjuangan dan kerja yang keras. Bandingkan dengan Provinsi terbaru lainnya; Bangka Belitung, Banten dan Maluku Utara. Keberhasilan Tursandi juga karena adanya dukungan dari seluruh masyarakat Gorontalo yang terkenal sebagai masyarakat yang beradat dengan prinsip; Adat bersedi Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah, masyarakatnya yang taat dan menurut kepada Khalifah yang memimpinnya. Keberhasilan Tursandi ini disamping dukungan dari masyarakat juga karena faktor Tursandi sendiri yang mempunyai jaringan kerja dan hubungan yang luas di Jakarta. Selain itu pula informasi dari Jakarta dengan cepat disampaikan ke Gorontalo.

Tursandi telah berhasil mengantarkan Provinsi terbungsu ini pada gerbang pemerintahan yang definitif, meletakan pondasi yang kokoh yang standar dalam waktu yang singkat untuk dilanjutkan oleh pemerintahan yang definitif. Tursandi merupakan rahmat yang patut disyukuri keberadaannya untuk percepatan pembangunan di Provinsi Gorontalo. Nama Tursandi telah tercatat dalam sejarah Provinsi Gorontalo yang akan selalu dikenang dan tak akan pernah terlupakan oleh masyarakat Gorontalo. Nama Tursandi akan semakin tersanjung bila kelak dikemudian hari cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo ini terwujud dengan sukses. Oleh karenanya bantuan dan dukungan Pak Tursandi dari Jakarta masih sangat dibutuhkan walaupun tidak menjabat lagi sebagai Gubernur.

Keberhasilan mewujudkan cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo perjalanannya yang harus dilewati masih sangat panjang. Karena jalan yang akan ditempuh belum pernah dilewati sebelumnya maka jalan yang ditemui tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya; lurus, berliku-liku, mendaki, menurun, licin, berlubang-lubang, berbatu-batu, berlumpur, disebelah kiri jalan ada gunung, disebelah kanan ada jurang. Yang kesemuanya itu merupakan hambatan, rintangan dan tantangan yang harus ditempuh dan dilewati sehingga selamat sampai ke tujuan mencapai cita-cita yang mulia pembentukan Provinsi Gorontalo. Oleh karena itu semangat, kemampuan, kinerja dan profil seperti Tursandi kedepan masih sangat dibutuhkan untuk memimpin Provinsi Gorontalo sehingga dengan segera dapat mencapai Gorontalo yang maju dan mandiri.

Terima kasih Pak Tursandi, selamat jalan, doa kami bersamamu, berkah dan sukses menyertaimu.

Matoduwolo Gubernur Definitif

Dengan terpilihnya Ir. Fadel Muhammad sebagai Gubernur yang kedua atau Gubernur definitif yang pertama di Provinsi Gorontalo, maka Provinsi Gorontalo terbungsu ini memasuki era baru dalam langkah pastinya mewujudkan cita-cita awal pembentukan Provinsi ini. Harapan untuk meraih kemajuan dan kesuksesan lima tahun ke depan diletakan di pundak Pak Fadel Muhammad dan Pak Gusnar Ismail. Keduanya berlatar belakang sarjana teknis, yang satunya alumnus sarjana Teknik ITB dari Pulau Jawa dikenal sebagai pengusaha dan yang satunya alumnus sarjana pertanian UNSRAT Manado dikenal sebagi Birokrat. Dilihat dari latar belakang kesarjanaan, pekerjaan, tempat tinggal sebelumnya yang dihubungkan dengan usia keduanya yang relatif muda, energik dan kebutuhan daerah maka pasangan ini secara kasat mata sungguh sangat padu dan serasi.

Masalah kepailitan dan kurang berkontribusinya Pak Fadel pada saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo janganlah menjadi hambatan untuk mendukung Gubernur definitif yang pertama ini. Masih banyak nilai positif lainnya yang dimiliki Pak Fadel yang dapat mensukseskan kepemimpinanya lima tahun kedepan. Antara lainnya yang dapat disebutkan adalah kedekatannya dengan Ketua DPR RI, Ir. Akbar Tanjung dan Menko Kesejahteraan Rakyat, Yusuf Kalla dan pengusaha sukses lainnya. Kepailitan dan kurang berkontribusinya pada saat perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo kiranya menjadi cambuk bagi Pak Fadel untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengabdiannya untuk mencapai hasil yang terbaik bagi Provinsi terbungsu ini.

Pengembangan dan perluasan landasan lapangan udara Jalaluddin, peningkatan pembangunan pelabuhan Anggrek dan pelabuhan Kota Gorontalo, pembangunan pelabuhan Peti Kemas, pembangunan waduk Dumbaya Bulan dan pengubahan status IKIP Gorontalo menjadi Universitas merupakan kebutuhan dasar yang sudah diidentifikasi Pak Fadel dengan tepat untuk segera direalisasikan pada tahun-tahun awal kepemimpinannya.

Program peningkatan dan pengembangan pertanian dimana terdapat lahan kering seluas 312.138,81 Ha (73 %) yang belum dimanfaatkan, disamping itu sebanyak 57 % penduduk Provinsi Gorontalo bermata pencaharian pertanian sangat efektif untuk diberdayakan dalam rangka peningkatan PDRB, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan pembangunan daerah. Demikian pula dengan program peningkatan dan pengembangan perikanan dimana potensi produksi yang belum dimanfaatkan sebanyak 75,95 %. Peningkatan dan pengembangan kedua sektor pembangunan ini sangat berpengaruh nyata bagi kemajuan dan kemandirian Provinsi Gorontalo kedepan dan Pak Fadel sudah berkomitmen untuk memprioritaskannya.

Matoduwolo, selamat bekerja, semoga sukses.

Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2001 di Harian Gorontalo Post
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DITINJAU DARI ASPEK PENYUSUNAN NERACA
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Oleh : Yosef P. Koton

Menurut Irawan dan Suparmoko (1990) yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak menurunkan kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan meskipun terdapat penyusutan cadangan sumberdaya alam dan memburuknya lingkungan, tetapi keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumberdaya lain baik oleh sumberdaya manusia maupun oleh sumberdaya kapital. Sedangkan dalam arti sempit pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai pembangunan yang tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan, tetapi dengan menjaga agar fungsi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada tidak menurun tanpa digantikan oleh sumberdaya lainnya.

Sumberdaya alam pada umumnya terbagi atas sumber alam yang bisa diperbaharui (seperti; hutan, perikanan dan lain-lain) dan sumber alam yang tidak bisa diperbaharui seperti; minyak, batu bara, gas alam dan lain-lain. Dari sudut pemakaian, sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui harus dipakai secara bijaksana. Hasil yang diperoleh dari sumberdaya alam ini perlu dipakai untuk memperbaharui landasan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Sumber alam yang bisa diperbaharui harus dikelola menurut pola yang mengindahkan kelestarian sumberdaya alam.

Industri mempunyai peranan ganda bagi masyarakat sekitar. Peranan positipnya adalah industri dapat menyediakan lapangan kerja sebagai sumber penghidupan penduduk serta menghasilkan barang dan jasa yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini disebut sebagai eksternalitas positif atau manfaat eksternal.

Di sisi lain terdapat dampak negatif yang selanjutnya perlu ditanggulangi yaitu berupa meningkatnya pencemaran terhadap tanah, udara dan air yang memungkinkan adanya penurunan kesejahteraan manusia baik sebagai produsen maupun konsumen. Disamping itu industrialisasi juga cenderung menguras sumberdaya alam. Keadaan hal ini merupakan eksternalitas negatif atau disebut pula sebagai biaya eksternal.

Pembangunan berkelanjutan tidak sepenuhnya dapat ditunjang oleh industrialisasi, meskipun industrialisasi mampu memperbaiki kualitas tenaga kerja dan kapital untuk menggantikan fungsi sumberdaya alam yang hilang. Oleh karena itu fungsi sumberdaya alam tetap harus dijaga kelestariannya baik dengan atau tanpa substitusi dari sumberdaya manusia dan sumberdaya kapital.

Pola pembangunan dengan mengembangkan lingkungan hidup, memerlukan pengetatan dalam penggunaan air dan tanah serta sumberdaya alam lainnya. Saingan dalam pemakaian air, tanah dan sumberdaya alam, mungkin tidak bisa dipecahkan melalui mekanisme pasar, sehingga campur tangan pemerintah diperlukan. Ini berarti bahwa bagi sumberdaya alam yang semakin langka, pengendalian pemerintah akan semakin menonjol. Karena itu sejalan dengan kesertaan pemerintah dalam pengaturan sumberdaya alam yang langka, diperlukan pertumbuhan lembaga pengawasan yang semakin berimbang dengan kekuasaan pemerintah. Proses demokratisasi perlu berjalan seiring dengan proses intervensi pemerintah pada pengelolaan sumberdaya alam yang dirasa menjadi langka.

Pembangunan yang berkelanjutan memerlukan pendataan mengenai tersedianya faktor produksi, tidak hanya produksi kapital dan tenaga kerja tetapi juga faktor produksi yang berasal dari alam. Dengan diketahuinya persediaan sumberdaya alam, para pembuat keputusan dan pembuat kebijaksanaan akan lebih mampu mengelola sumberdaya alam yang ada, mengembangkannya dan memanfaatkannya. Pencatatan tersebut dinamakan sebagai penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang mencatat baik persediaan maupun perubahan-perubahannya baik berupa penambahan maupun pengurangan persediaan sumberdaya alam tertentu.

Penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan ini sebaiknya tidak hanya mencakup neraca fisik tetapi juga neraca moneter. Neraca moneter ini sangat berguna bagi dasar penentuan pungutan atau royalty dan pajak bagi pemerintah, maupun utnuk perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara.

Kesulitan yang akan dihadapi adalah ketersediaan data. Banyak industri atau perusahaan-perusahaan bahkan lembaga pemerintah tidak mengetahui persediaan (stock) sumberdaya alam yang dikelolanya maupun pencemaran yang dibuatnya.

Oleh karena itu, pemerintah harus dapat mengeluarkan peraturan yang mengharuskan setiap perusahaan untuk membuat catatan mengenai persediaan serta perubahan fisik sumberdaya alam yang dikelolanya maupun pencemaran yang diciptakannya. Hal ini akan sangat berguna bagi penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dengan membuat agregasi atas dasar data perusahaan atau industri, angka nasional persediaan sumberdaya alam dan kondisi lingkungan dapat tersedia.

Untuk menunjang adanya pembangunan yang berkelanjutan, penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan. Pemerintah dan perusahaan secara mandiri diharapkan mampu menyusun neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang dikelolanya dan diciptakannya untuk memudahkan penyusunan neraca sumberdaya alam dan lingkungan guna menyempurnakan perencanaan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2001 di Harian Gorontalo Post
MERENUNG 100 HARI KEBERADAAN
PROVINSI GORONTALO
Oleh : Yosef P. Koton

Provinsi Gorontalo terlahir pada tanggal 16 Pebruari 2001 dengan keluarnya Undang-undang nomor 38 Tahun 2001. Diibaratkan bayi, maka bayi provinsi tersebut, saat sekarang ini mendekati umur 100 hari.Bayi sudah berumur 100 hari, biasanya selain makanannya air susu ibu (ASI) maka sudah mulai diberi makanan tambahan lainnya, misalnya makanan Ugu. Penampilan si bayi sudah mulai aktif menggunakan anggota tubuhnya, riang kelihatan lucu sehingga setiap orang yang melihatnya mencubit pipinya. Demikian halnya dengan si bayi Provinsi Gorontalo yang dalam umur 100 hari ini sedang menunggu terbentuknya mitra kerja pemerintah Provinsi yaitu DPRD Provinsi Gorontalo yang nantinya akan memilih gubernur definitif.

Dengan terbentuknya DPRD Provinsi Gorontalo, maka si bayi akan tumbuh dengan riang-riangnya dan lucu-lucunya yang menggemaskan didalam menunjukan kerberadaan dirinya. Berhasilkah si bayi Provinsi melewati masa anak-anak penuh bahagia, masa remaja penuh romantisme dan masa dewasa penuh kepastian dan produktifitas dengan masa depan yang gemilang. Itu semua tergantung kepada kita semua sebagai warga masyarakatnya. Kita semua harus dengan pintar-pintarnya menjaga si bayi Provinsi agar tetap tumbuh sehat wal-afiat. Si bayi provinsi diberi makanan yang bergizi, dimandikan, ditidurkan dan disosialisasikan dengan lingkungan sekitar. Kalau si bayi Provinsi sakit diberi obat. Dilakukan terapi jangan sampai dalam tubuh si bayi Provinsi ada kanker, tumor dan penyakit lainnya yang harus disingkirkan. Pada prinsipnya si bayi Provinsi memerlukan perhatian dan kasih sayang dari kita semua sebagai warga masyarakatnya.

Pada masa awal pemerintahan yang baru lahir, seperti Provinsi Gorontalo, biasanya fungsi DPRD sebagai Badan Legislatif yang bermitra sejajar dengan pemerintah provinsi sebagai Badan Eksekutif dapat dikatakan dalam tanda petik belum dapat dilaksanakan secara optimal. Misalnya saja antara lainnya pada penetapan Perda APBD Provinsi tahun anggaran 2001. Mengingat waktu tahun anggaran berakhir Desember 2001 dan sekarang saja sisa waktunya kurang 7 bulan. Apabila pelantikan DPRD pada bulan Juni 2001 seperti yang direncanakan, maka pada awalnya tugasnya DPRD akan disibukan dengan pemilihan Gubernur definitif. Kalau proses pemilihan Gubernur memerlukan waktu 2 bulan, maka pelantikan gubernur terlaksana bulan Agustus 2001. Sehingga sisa waktu pelaksanaan APBD kurang 4 bulan. Apakah sisa waktu yang singkat ini, APBD dapat dilaksanakan secara efektif ? Belum lagi kalau pemilihan Gubernur dilaksanakan secara langsung, maka prosesnya akan memerlukan waktu yang lama. Karena pemilihan langsung ini bagaimanapun memerlukan biaya yang harus dicarikan sumber anggarannya dari mana ? Dari Alokasi Umum (DAU) tidak mungkin, karena aturan tidak memungkinkannya. Oleh karena itu, kalau pemilihan langsung jadi dilaksanakan maka pelantikan gubernur mungkin akan terlaksana mendekati akhir tahun anggaran 2001.

Dari uraian di atas, lalu bagaimana dengan APBD Provinsi tahun anggaran 2001 ? Menurut aturan hukum perundang-undangan, maka APBD Provinsi mungkin akan mengikuti jejak APBD Kabupaten Boalemo pada awal-awal lahirnya si bayi Kabupaten Boalemo yang merupakan inspirator lahirnya si bayi Provinsi Gorontalo. Dimana APBD pertama Kabupaten Boalemo ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. Hal ini sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan dimana tingkat kedudukan Keputusan Menteri lebih tinggi tingkatnya dari Perda. Perlu menjadi catatan bahwa si bayi Kabupaten Boalemo, lahir lebih dahulu dari si bayi Provinsi Gorontalo dari segi pemerintahan tetap mempunyai hubungan hirarki. Tetapi bukan dalam bentuk pola lama melainkan dalam pola baru, misalnya dalam bentuk administratif, pengawasan, pembinaan, koordinasi, mediasi, memfasiltasi dan sebagainya. Pelajaran yang berharga dalam pelaksanaan APBDnya yang pertama, Bupati Iwan Bokings banyak mendapatkan kritikan dari lawan-lawan politiknya dalam tanda petik. Tetapi Bupati yang mempunyai komitmen membangun dan memajukan tanah kelahirannya Boalemo pantang patah semangat. Sebab kalau APBD tidak dilaksanakan, maka kemungkinan pemerintah pusat beranggapan bahwa pemerintah Kabupaten tidak mampu dan kemungkinan DAU nya ditarik kembali ke pusat. Kalau ini misalnya terjadi yang rugi adalah Boalemo sendiri. Persoalannya adalah apakah anggaran pembangunan tersebut sudah menyentuh keseluruhan kebutuhan masyarakat ? tentu tidak, karena anggaranya terbatas. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap tahun dalam APBD. Perlu digaris bawahi bahwa Boalemo adalah Kabupaten termaju diantara kabupaten pemekaran se Indonesia Timur.

Bagaimana dengan Provinsi Gorontalo ? tak ada yang lebih baik dilakukan kecuali mungkin mencontoh apa yang sudah diperbuat Kabupaten Boalemo. Kalau harus menunggu Gubernur definitif dalam pelaksanaan APBD, maka dikuatirkan kemungkinan tidak akan dapat terlaksana disebabkan waktunya yang singkat dan kepastian kapan terpilihnya gubernur defintif masih menjadi tanda tanya. Kalau hal ini terjadi dikuatirkan pemerintah pusat beranggapan bahwa Provinsi Gorontalo kemungkinan tidak butuh anggaran DAU karena misalnya kenyataannya tidak melaksanakan APBD nya. Dan mungkin DAU Provinsi Gorontalo ditarik kembali ke pusat untuk menutupi APBN pemerintah pusat yang saat sekarang ini sedang defisit. Sungguh sangat disayangkan, kalau hal ini misalnya benar-benar terjadi.

Dalam penyusunan APBD Provinsi nantinya diharapkan pengalokasiannya sesuai dengan peta kewenangan provinsi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan APBD Kabupaten/Kota. Perbandingan alokasinya diusahakan sama diketiga daerah, kecuali kalau pertimbangannya berdasarkan skala prioritas. Alokasinya harus langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan demikian orientasinya pada fisik dan prasarana pelayanan kepentingan umum. Alokasinya diarahkan untuk memacu peningkatan PAD serta memperhatikan indikator kinerja. Sehingga apabila hal ini dilakukan dengan konsisten maka diharapkan akan dapat mengurangi keragu-raguan dari sebagaian warga masyarakat lo hulondhalo tentang manfaat keberadaan Provinsi Gorontalo.

Pemerhati pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Artikel ini ditulis Mei 2001




SDM GORONTALO BERMASALAH
( Tanggapan Atas Tulisan Andha Fauzie Miraza )
Oleh : Yosef P. Koton

Tulisan opini pada Harian Gorontalo Post tersebut fokus masalah SDM yang disoroti adalah para pejabat di Provinsi Gorontalo, antara lainnya dikatakan bahwa apabila dari hasil penilaian kinerja pejabat yang bersangkutan dinilai rendah. Maka pejabat tersebut akan mengatakan bahwa bukan dia penyebabnya dan melepaskan tanggung jawabnya kepada pihak lain, bahwa mereka yang bersalah, misalnya kepada bawahannya yang tidak becus, pejabat lain yang se eselon yang tidak mau bekerja sama dengannya atau malah kepada atasannya yang menghambat pencapaian kinerja di atas standar tersebut.

Lebih lanjut dipertanyakan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap pengembangan SDM (Sumberdaya Manusia ) ? Apakah perguruan tinggi ataukah Gubernur selaku kepala pemerintahan, karena SDM merupakan salah satu program unggulan Provinsi Gorontalo. Menurut penulis pengembangan SDM melalui pendidikan formal hanya sebatas peningkatan pengetahuan. Oleh karenanya harus dilengkapi dengan keahlian yang didapatkan dari pengalaman lapangan dan pembentukan sikap, perilaku positip yang berdasarkan etika dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dengan menghindarkan jauh-jauh perilaku yang menyimpang seperti perbuatan KKN.

Oleh karenanya penulis berpendapat bahwa untuk memecahkan masalahnya adalah para pejabat tersebut, pertama-tama harus berniat baik untuk membangun Provinsi Gorontalo. Kedua, pejabat harus bersikap melayani dan bukan sebaliknya dilayani, ketiga menciptakan suasana yang kondusif bagi bawahannya, mengayomi dan menganggap mereka sebagai mitra kerja. Dengan menerapkan solusi yang ditawarkan penulis yang nampaknya sangat sederhana tetapi akan menjadi sulit untuk dilakukan, maka diharapkan SDM di Provinsi Gorontalo menjadi tidak bermasalah lagi.

Disamping masalah yang dikemukakkan di atas sehingga SDM Gorontalo bermasalah penyebab lainnya adalah dimulai pada saat awal merekrut para pejabat tersebut. Hal ini sudah menjadi pengeluhan Tursandi Alwi, Penjabat Gubernur Gorontalo sebelumnya. Provinsi baru Gorontalo harus segera jalan dan para pejabat yang akan diseleksi ketersediaan dan kualitasnya dibawah standar. Ada yang memenuhi persyaratan tetapi dengan mengemukakan beberapa pertimbangan menyatakan ketidaksediannya menduduki jabatan. Ada kemungkinan alasan penolakan tersebut adalah demi persahabatan seperti tulisan opini Bung Zakir Hulukati di Gorontalo Post “ menolak jabatan “.

Dengan berbagai macam latar belakang pendidikan dan pengalaman jabatan-jabatan sebelumnya yang dimiliki para pejabat tersebut pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja organisasi yang dipimpinnya. Ada pejabat yang sebelumnya berpengalaman pada jabatan fungsional sehingga harus bekerja ekstra keras untuk menyesuaikan dengan jabatan struktural yang baru dijabatnya. Ada juga pejabat yang berpengalaman satu tingkat di bawah eselon yang dijabatnya sekarang oleh karenanya harus berupaya memacu prestasi dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada kondisi lingkungan yang berbeda dengan jabatan sebelumnya.

Oleh karena itu dimasa yang akan datang agar SDM para pejabat ini tidak bermasalah dalam menunjang visi dan misi Provinsi Gorontalo kedepan, maka tak ada jalan lain yang harus dilakukan dari sekarang adalah dengan merencanakan, memperbanyak ketersediaan dan meningkatkan kualitas para pejabat yang akan diseleksi menduduki suatu jabatan, sehingga dengan demikian nantinya akan terpilih salah satu pejabat yang tepat dari sekian banyak calon pejabat yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan.

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM calon-calon pejabat dimasa yang akan datang dapat ditempuh lewat pendidikan formal pada perguruan tinggi yang resmi dan sudah dikenal. Sehingga output lulusannya pun terjamin kualitasnya, tidak asal jadi hanya untuk gagah-gagahan untuk memperoleh gelar. Disamping itu pula lewat pendidikan struktural dan fungsional, pendidikan non formal, on the job training, training in house dan masih banyak lagi yang lainnya yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM sehingga dimasa yang akan datang SDM Provinsi Gorontalo tidak menjadi bermasalah lagi. Dengan demikian SDM di Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang sudah menjadi standar dan alangkah lebih baik lagi kalau sudah di atas standar sehingga dapat didayagunakan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan Provinsi Gorontalo dari Provinsi Sulut.

Apabila kualitas SDM nya sudah standar atau sudah di atas standar tetapi sikap dan perilakunya cenderung menyimpang dari etika dan norma-norma yang positip dalam masayarakat. Misalnya, melakukan pembenaran terhadap hal-hal yang sebenarnya salah. Maka kualitas yang standar tersebut nilainya menjadi nol besar lagi. Dengan kata lain, manjadi tidak standar lagi. Oleh karenanya sikap dan perilaku ini pun harus mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM. Dari saat sekarang ini, sikap dan perilaku menyimpang tersebut harus dikoreksi dan tidak dibiarkan tumbuh subur di bumi lo Hulandhalo. Niat baik saja tidak cukup, tetapi niat baik tersebut harus benar-benar diimplementasikan di lapangan. Upaya-upaya yang terpadu dari berbagai pihak yang melibatkan perorangan, kelompok dan lembaga baik pemerintahan maupun kemasyarakatan perlu dilakukan untuk membina dan mengembangkan secara berkelanjuta sikap dan perilaku yang positip ini. Sehingga dapat saja ditargetkan lima tahun kedepan tidak adalagi sikap dan perilaku yang KKN di Provinsi Gorontalo yang kita cintai dan yang dapat kita banggakan untuk menjadi contoh bagi Provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Penyakit KKN yang mewabah pada masa-masa yang lalu jangan sampai menjangkiti dan menular bahkan menjadi kronis di Provinsi terbungsu ini. Secara sistematis kita harus berupaya menemukan obat pembasminya dan kemudian mengimunisasikannya pada setiap orang yang berada di Gorontalo. Sehingga kita menjadi kebal terhadap penyakit KKN ini dan merasa jijik dengan yang namannya KKN.

Upaya-upaya dalam memperbaiki SDM ini jangan hanya menjadi wacana tetapi harus diimplementasikan secara nyata. Apabila ini dilakukan secara berdisiplin dan konsisten, Insya Allah kita akan berhasil. Sehingga dengan demikian Provinsi Gorontalo segera akan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dari Provinsi-Provinsi yang terdekat se- Sulawesi. Bukan saja menjadi nomor satu, tetapi bahkan menjadi hanya satu-satunya yang terbaik.

Mahasiswa Pasca Sarjana Unhas Makassar

Artikel ini dimuat tahun 2002 di Harian Gorontalo Post
PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN
DAN JUDI
Oleh : Yosef P. Koton

Kecamatan Telaga merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang letaknya strategis, karena berada antara dua kota yang pertumbuhan fasilitas pembangunannya cepat yaitu Kota Gorontalo dan Kota Limboto. Pengembangan kota selalu dihubungkan antara lain dengan pertumbuhan sektor perdagangan, industri, keuangan, komunikasi dan jasa. Demikian dengan Kecamatan Telaga sebagian besar mata pencaharian penduduknya sudah beralih ke sektor-sektor pembangunan tersebut. Walaupun tidak bisa dipungkiri di Kecamatan Telaga masih terdapat persawahan irigasi teknis yang mengalir dari daerah irigasi Tapa melewati desa Pilohayanga yang sumbangannya untuk swasembada beras di Kabupaten Gorontalo cukup signifikan.

Dalam era globalisasi dan informasi saat sekarang ini pengembagan wilayah perkotaan tidak harus seiring dengan perluasan wilayah administrasi. Misalnya sebagian wilayah Kecamatan Telaga yang berbatasan dengan Kota Gorontalo dijadikan wilayah Kota Gorontalo. Sebab dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu sangat pesat, dengan perubahan setiap menit maka membutuhkan pula respon yang cepat sehingga dengan cepat dapat mengikuti perkembangan kemajuan diberbagai sektor pembangunan. Dalam hubungan dengan hal tersebut pada era globalisasi dan informasi, institusi yang dapat merespon perubahan yang cepat adalah institusi yang mempunyai organisasi yang ramping/kecil dan juga memiliki wilayah yang terbatas dan tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan maksud pemerintah didalam menghadapi era globalisasi yaitu dengan melaksanakan desentralisasi atau yang dikenal dengan otonomi daerah.

Memecahkan persoalan Kota Gorontalo antara lain pada sektor pemukiman, kesehatan, penduduk, lapangan kerja dan masalah sosial, maka Pemerintah Kota Gorontalo antara lain dapat melakukan kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo, membangun secara bersama-sama wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kota Gorontalo seperti Kecamatan Telaga, Tapa, Kabila, Suwawa dan Batudaa. Apabila hal ini dikaitkan dengan pembiayaan APBD kedua daerah maka penggunaannya menjadi efisien karena pembangunannya dibiayai secara bersama-sama. Bandingkan misalnya masing-masing daerah membangun sendiri-sendiri. Maka APBD akan terserap pada pembangunan tersebut. Kenyataannya pembangunan yang dibangun tersebut cenderung mubasir. Misalnya pembangunan lapangan sepak bola, pemerintah Kota Gorontalo tidak perlu lagi membangun lapangan sepak bola seperti Gelora 23 Januari Telaga. Tetapi pemerintah Kota Gorontalo melengkapi gelora Telaga dengan fasilitas lainnya sehingga pemanfaatannya menjadi tidak kalah menariknya dengan lapangan sepak bola yang berada di pulau Jawa. Dengan catatan Pemerintah Kota Gorontalo mengadakan perjanjian kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo bahwa pemerintah Kota Gorontalo dapat menggunakan Gelora 23 Januari Telaga untuk kegiatan-kegiatan pemerintah Kota Gorontalo. Contoh lain lagi Pemerintah Kota Gorontalo tidak perlu membangun pasar dekat Pasar Telaga tetapi pemerintah Kota Gorontalo melengkapi pasar Telaga dengan fasilitas lainnya sehingga pemanfaatannya menjadi optimal, dengan catatan perjanjian kerjasama misalnya retribusi pasar menjadi 30% untuk pemerintah Kota Gorontalo dan 70 % untuk pemerintah Kabupaten Gorontalo. Contoh lain lagi adalah pembangunan perumahan tidak perlu dibangun di wilayah Kota Gorontalo karena dalam jangka panjang akan menimbulkan permasalahan-permasalahan Pemerintah Kota Gorontalo sendiri. Bandingkan dengan permasalahan Kota Jakarta. Oleh karena itu pembangunan perumahan diarahkan untuk dibangun di kecamatan yang berbatasan dengan Kota Gorontalo. Dan masih banyak lagi kegiatan pembangunan lainnya yang dapat dikerjasamakan antara Pemerintah Kota Gorontalo dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang dapat menguntungkan kedua belah pihak tanpa perluasan wilayah administrasi Kota Gorontalo.

Dengan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo membangun wilayah perbatasan maka pemerintah Kota Gorontalo dalam jangka panjang dapat memecahkan permasalahan kepadatan penduduk, pengangguran, air bersih, kriminalitas, pemukiman, masalah sosial dan sebagainya. Sedangkan dalam wilayah administrasi Kota Gorontalo sendiri pemerintah Kota Gorontalo perlu lebih memprioritaskan pembangunan-pembangunan utama yang menunjang aktifitas perkotaan. Misalnya bangunan perkantoran dibangun dan ditata semenarik mungkin, demikian juga dengan gedung sekolah, pertokoan, jalan-jalan dilebarkan menjadi dua arah seperti jalan Andalas, membangun taman-taman Kota dan seterusnya. Dengan demikian Kota Gorontalo dimasa yang akan datang akan menjadi Kota Metropolitan kecil dan tamu yang akan berkunjung ke Provinsi Gorontalo menjadi terkagum-kagum dan wisatawan akan banyak berdatangan ke Kota Gorontalo.

Pencanangan Penghapusan Judi

Kecamatan Telaga dikenal secara luas baik di Gorontalo maupun luar Gorontalo karena Gelora 23 Januari 1942. Masyarakat Kecamatan Telaga tidak pernah akan melupakan jasa besar Bapak Martin Liputo, yang pada saat beliau menjabat Bupati Gorontalo menghasilkan suatu karya yang monumental yang akan dikenang sepanjang Gelora 23 Januari tidak dialih fungsikan. Pada akhir-akhir ini Kecamatan Telaga kembali dikenal secara luas karena permainan gebyar musik yang berlokasi di belakang Gelora 23 Januari yang mendapatkan protes dari masyarakat. Hasil penyidikan polisi menunjukan bahwa permainan tersebut dikategorikan judi. Dalam kaitan dengan hal tersebut Bupati Gorontalo Ahmad Pakaya mencabut ijin rekomendasinya.

Judi akan membawa pada penderitaan dan kemelaratan demikian lagu dangndutnya Rhoma Irama. Agama Islam yang mayoritas (98%) dianut penduduk Provinsi Gorontalo mengharamkan permainan judi ini, karena permainan ini berbahaya dan dapat merusak mental yang ujung-ujungnya akan menggoyahkan aqidah dan merusak tatanan sosial. Korban yang selalu menderita dengan adanya judi adalah orang-orang pinggiran yang hidupnya miskin yang berangan-angan merubah nasibnya tanpa kerja yang keras. Kenyataannya hidupnya bukan bertambah makmur malah sebaliknya lebih susah lagi dari keadaan semula. Kalau sudah demikian akibat turunannya adalah pencurian, mabuk, perkelahian, bisnis seks dan seterusnya yang menaikan angka kriminalitas menjadi tinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka pemerintah perlu lebih memprioritaskan penanganan untuk mensejahterakan orang-orang miskin yang dikatakan sebagai orang-orang yang terpinggirkan akibat pembangunan atau orang-orang yang tidak menikmati hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat yang mampu.

Permainan judi pada masa lalu pernah diberikan ijin oleh pemerintah pusat. Nama permianannya adalah Porkas. Karena diprotes dan didemonstrasi organisasi keagamaan, Ormas, LSM dan Mahasiswa akhirnya permainan Porkas ini tidak diijinkan lagi oleh pemerintah pusat. Sejalan dengan era desentralisasi atau yang dikenal dengan era otonomi daerah saat ini, judi Porkas tersebut berinkarnasi menjadi Gebyar musik turut juga berotonomi daerah. Alhamdulillah Bupati Gorontalo Ahmad Pakaya mencabut ijin usahanya sehingga judi ini tidak diteruskan. Keputusan Bupati Pakaya yang brilliant ini perlu pula diterapkan pada permainan bentuk judi lainnya sehingga menjadi tonggak pencanangan penghapusan segala bentuk judi di bumi Duo Limo Lo Pohalaa. Dengan demikian apabila ini dilaksanakan dengan konsekwen dan bersungguh-sungguh maka dalam waktu yang singkat Provinsi Gorontalo akan terbebas dari kegiatan-kegiatan yang haram yang dimurkai oleh Allah dan hanya melakukan hal-hal yang halal yang diperintahkan dan diridloi oleh Allah SWT. Sehubungan dengan hal tersebut semoga dalam waktu yang tidak begitu lama Provinsi terbungsu di Indonesia ini dapat mensejajarkan dirinya dengan Provinsi maju lainnya di Indonesia.
Pemerhati Pembangunan
Tinggal di Desa Luhu, Kec. Telaga, Kab. Gorontalo

Artikel ini dimuat tahun 2002 di Harian Gorontalo Post
PENINGKATAN PAD BUTUH INVESTOR
Oleh : Yosef P. Koton

Penerapan Undang-undang nomor 22 tahun 1999 mensyaratkan agar setiap daerah Kabupaten/Kota meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar dapat mengurus/mengelola urusan pemerintahan daerah secara mandiri. Konsekwensi persyaratan ini maka daerah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan PAD antara lainnya dengan memperkecil pengeluaran dengan melakukan penghematan dan memperbesar pendapatan dengan mengelola potensi yang selama ini belum digarap menjadi sumber-sumber yang produktif yang dapat meningkatkan PAD secara nyata.

Mengelola potensi menjadi sumber-sumber produktif memerlukan penanaman modal (investasi) yang cukup besar. Oleh karena itu apabila daerah Kabupaten/Kota tidak memiliki modal, disamping tidak memiliki keahlian didalam mengelola potensi tersebut maka daerah dapat mengundang investor (penanam modal) baik investor nasional maupun asing agar dapat berinvestasi mengelola potensi baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia agar menjadi sumber-sumber produktif sehingga dapat meningkatkan PAD.

Investasi dari para investor ini sangat menunjang percepatan pembangunan daerah Kabupaten/Kota antara lainnya dari aspek :

Pertama, menurut teori pertumbuhan Harrod Domer adalah untuk mengisi “celah” (Filling Gaps) persediaan tabungan sebagai contoh apabila tingkat tabungan = S, dan tingkat pertumbuhan output = G melalui persamaan G = S/K, dimana K adalah ratio output/modal. Misalkan tingkat pertumbuhan output daerah direncanakan = G ditargetkan katakanlah 7 % pertahun dan tingkat output/modal adalah 3 %, maka tingkat tabungan pertahun yang diperlukan adalah 21 % (karena S = G x K). Andaikan tabungan yang bisa digerakan hanya mencapai 16 % dari PDRB, maka celah tabungan sama dengan 5 %. Jika daerah bisa mengisi atau menutup celah ini dengan sumber-sumber keuangan dari Investor maka daerah akan bisa mencapai target pertumbuhannya.

Kedua, Investasi dapat menaikan pendapatan pajak pemerintah dengan memungut/mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan investor dan ikut berpartisipasi secara finasial dalam operasi perusahaan investor. Bandingkan pendapatan pajak pemerintah daerah dari PT. Rajawali di Lakeya yang mencapai +_ 400-an juta Rupiah dengan pendapatan pajak dari masyarakat (PBB) se Kabupaten/Kota yang jumlah pendapatan pajaknya berbeda tipis dengan pendapatan pajak dari satu perusahaan PT. Rajawali. Dengan pendapatan pajak yang memadai maka pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggerakan sumber-sumber keuangan pemerintah untuk proyek-proyek pembangunan secara lebih baik lagi.

Ketiga, investasi dari para investor dapat menyediakan sumber-sumber yang diperlukan termasuk pengetahuan manajemen, kemampuan dan semangat berwiraswasta dan ketrampilan teknologi yang kemudian dapat dialihkan kepada pengusaha di daerah dengan cara menyelenggarakan program-program latihan dan “proses belajar sambil bekerja”. Selanjutnya perusahaan investor dapat mendidik para manajer di daerah Kabupaten/Kota tentang bagaimana cara mengadakan kontak-kontak dengan Bank-Bank di luar negeri, mengatur sumber-sumber alternatif, merubah cara pemasaran dan secara umum dapat mengenal praktek-praktek pemasaran internasional. Lebih lanjut perusahaan investor memberikan pengetahuan teknologi mengenai proses produksi sambil mengalihkan mesin-mesin dan peralatan modern sebagai modal yang sangat berguna dan produktif bagi daerah Kabupaten/Kota yang menerimanya.

Dari uraian di atas, investasi sangat dibutuhkan untuk memberdayakan sektor-sektor pembangunan ekonomi daerah Kabupaten/Kota. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka daerah Kabupaten/Kota tetap membutuhkan kehadiran investor karena keterbatasan-keterbatasan yang ada di daerah. Disamping itu karena tuntutan perubahan kearah kemajuan, otonomi daerah, globalisasi dan pasar bebas.

Tujuan investasi seperti yang diuraikan diatas akan terwujud perlu kejelian pemerintaha Kabupaten/Kota terhadap pemilihan investor yang akan menanamkan modalnya dan mendapatkan pengawasan yang intensif dari DPRD, LSM dan masyarakat.Yang perlu diawasi antara lain; pertama, jangan sampai importasi barang-barang modal dan barang-barang setengah jadi dari investor biasanya dari kantor cabang di luar negeri dimana harganya sudah ditinggikan. Dengan demikian akan mengurangi keuntungan perusahaan yang berakibat berkurangnya pendapatan pemerintah dari pajak perusahaan.

Kedua, perusahaan investor mengambil konsensi-konsensi ekonomi dan politik yang cukup besar dalam bentuk proteksi eksesif pengurangan pajak, tunjangan-tunjangan investasi, penyediaan lokasi paberik yang murah dan pelayanan-pelayanan sosial yang penting akibatnya keuntungan perusahaan melebihi keuntungan sosial.

Ketiga, mematikan semangat kewiraswastaan masyarakat akibat dominasi perusahaan investor dalam pasar-pasar setempat.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka pemerintah Kabupaten/Kota harus selektif memilih investor yang akan menanamkan modalnya di daerah. investor yang dipilih adalah investor yang qualified, tidak hanya berorientasi pada keuntungan yang akan diperoleh tetapi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan pembangunan dan masyarakat di daerah. Sehingga investasi yang dilakukan benar-benar meningkatkan PAD dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kepala Seksi Ekonomi pada Kantor Bappeda Kabupaten Boalemo
Artikel ini dimuat tanggal 30 Desember 2000 di Harian Gorontalo Post
MATO DUWOLO PENJABAT GUBERNUR
LO HULONDHALO
Oleh : Yosef P. Koton

Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi termuda di Indonesia lahir dengan telah ditandatanganinya Undang-undang oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Implementasi awal Undang-undang ini adalah penunjukan penjabat Gubernur oleh Presiden. Karena penunjukan Penjabat Gubernur merupakan hak pregroratif Presiden, maka tak menjadi penting untuk berlama-lama membahas dan mempersoalkannya. Hanya membuang buang energi yang masih sangat dibutuhkan dalam pengisian pelaksanaan pembangunan Provinsi nantinya. Perdebatan berlama-lama mengenai siapa yang pantas menjadi Penjabat Gubernur hanya memberi ruang untuk masuknya provakator yang akan memporak-porandakan dan mengahambat laju percepatan pembangunan yang menjadi cita-cita awal pembentukan Provinsi Gorontalo.

Siapapun yang ditunjuk menjadi penjabat Gubernur, marilah dengan lapang dada diterima. Fokus utama yang perlu disoroti dan diwacanakan adalah tidak perlu terlalu lama penjabat tersebut manjabat. Karena tugas utama Penjabat Gubernur adalah mempersiapkan pembentukan DPRD I dan terlaksananya pemilihan Gubernur definitif oleh DPRD I. Selanjutnya mengingat ketentuan siapa yang menjadi anggota DPRD I sudah ditetapkan Undang-undang maka pembentukan tidak memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu setelah DPRD I terbentuk maka segera mengagendakan pemilihan Gubernur definitif.

Tantangan berikutnya setelah Gubernur definitif terpilih adalah bagaimana agar Provinsi termuda ini dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Disinilah perlunya pemikiran-pemikiran yang jenius dari putera-putera terbaik Gorontalo. Terobasan-terobosan dan inovasi baru sangat diperlukan agar Provinsi ini dapat mandiri. Perhatian yang utama adalah mengefektifkan dan mengefisienkan agar PAD yang sudah berjalan sekarang ini agar meningkat dengan melakukan pengkajian-pengkajian, studi banding ke Provinsi lainnya dan sebagainya. Disamping itu pula potensi sumberdaya alam dan manusia yang belum dikelola yang dapat menaikan PAD secara drastis harus segera dilakukan. Dengan demikian diperlukan promosi dan pendekatan kepada investor yang bukan hanya berorientasi profit tetapi mempunyai kepedulian terhadap pembangunan di daerah Duo Limo Lo Pohalaa.

Mengingat hal tersebut di atas maka Gubernur definitif nantinya harus proaktif didalam memajukan dan memandirikan Provinsi termuda ini. Dengan demikian maka salah satu kriteria yang harus dimiliki Gubernur definitif adalah dapat mendatangkan investor ode Hulondhalo. Dari nama-nama Gubernur yang diusulkan masyarakat dimedia ini yang menarik yang diharapkan menjadi Gubernur adalah Fanny Habibie, adik mantan Presiden Habibie. Figur ini memiliki jaringan Nasional dan Internasional sehingga memudahkan didalam mendatangkan investor ode Hulandhalo. Salah satu kriteria seorang pemimpin di era otonomi daerah saat sekarang ini adalah disamping mempunyai kemampuan juga harus mempunyai jaringan kerja yang luas baik horisontal maupun vertikal.

Dengan Dana Alokasi Umum (DAU) yang dianggarkan pemerintah pusat sebesar Rp. 362 Milyar ditambah dengan bantuan dari Pemerintah Sulut sebesar Rp 45 Milyar. Apakah yang akan diperbuat oleh Penjabat Gubernur terhadap anggaran tersebut ? Sebelum terbentuk DPRD I pengeluaran anggaran oleh Penjabat Gubernur harus disosialisasikan lebih dahulu sehingga mendapatkan persetujuan organisasi masyarakat, organisasi politik, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat. Dan pelaksanaannya harus dengan transparan sehingga pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan mudah. Apabila telah terbentuk DPRD I maka Penjabat Gubernur dengan persetujuan DPRD I menyusun APBD I yang betul-betul mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Gorontalo sesuai dengan potensinya serta mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

Agar tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran DAU ini dapat dicapai, maka diperlukan kepedulian dan konsistensi aparat secara sungguh-sungguh dalam menentukan tujuan dan target yang jelas, menyiapkan ukuran atau indikator kinerja dan penguasaan dalam menghitung beban kerja dan harga satuan dari setiap kegiatan baik belanja rutin meliputi; Administrasi umum antara lain seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum daerah serta belanja pembangunan. Sehingga dengan demikian dapat dihindari pemborosan DAU yang telah dianggarkan pemerintah pusat dan propvinsi.

Disamping anggaran DAU yang telah disebutkan di atas maka perlu dipikirkan dan dikaji lebih mendalam adalah pengadaan Dana Abadi Provinsi Gorontalo. Sebagai contoh dari jumlah penduduk Provinsi Gorontalo Gorontalo sebanyak +_ 800.000 jiwa. Apabila setiap rumah tangga memiliki anggota rumah tangga sebanyak 4 jiwa, maka jumlah rumah tangga keseluruhan di Provinsi Gorontalo adalah sebanyak +_ 200.000 rumah tangga. Apabila setiap rumah tangga berpartisipasi sebesar Rp 10.000,- dengan catatan rumah tangga pra sejahtera ditanggulangi/dibayarkan rumah tangga sejahtera, maka dana yang akan terkumpul sebanyak Rp 2 Milyar. Apabila Bung Nelson Pomalingo beserta Presnas misalnya bersedia membantu menghimbau keluarga dan pengusaha Gorontalo di luar daerah dan partisipan lainnya. Maka dengan usaha yang keras maka lama kelamaan Dana Abadi Provinsi Gorontalo yang akan terkumpul sebanyak +_ 10 Milyar.Kemudian Dana ini didepositokan, dengan suku bunga saat sekarang ini 12,5 % pertahun. Maka bunga yang diperoleh setahun sebesar Rp 1,25 Milyar. Bunga dari deposito Dana Abadi Provinsi ini setiap tahun diinvestasikan pada usaha-usaha produktif sehingga dapat menampung tenaga kerja dan menaikan PAD Provinsi Gorontalo secara nyata. Dana Abadi ini diinvestasikan di ketiga daerah secara bergantian setiap tahun, di Boalemo, Kabupaten dan Kota Gorontalo. Lebih lanjut pengelolaan dan pengawasan Investasi Dana Abadi ini melibatkan unsur pemerintah ketiga daerah, DPRD, Organisasi masyarakat dan LSM.

Dana Abadi di atas hanya merupakan sebuah contoh tentang bagaimana upaya memandirikan provinsi tercinta ini. Mungkin ada upaya-upaya lain yang seidentik dengan itu atau ada upaya lainnya yang lebih brilliant dari itu. Marilah merenung dan memikirkan pemecahan masalahnya dengan tenang, aman dan damai demi percepatan pembangunan di Provinsi yang dengan bersusah payah telah diperjuangkan. Semoga Penjabat Gubernur datang dengan ide-ide cemerlang dan memiliki konsep yang jelas serta menyusunnya dalam paket program yang realistis sebagai langkah awal memajukan Provinsi termuda ini. Walaupun menjabat dalam waktu yang tidak begitu lama. Mato duwolo Penjabat Gubernur lo Hulondhalo mo dulohupa wau mo huyula wolo rakyati mopolayio pembangunan to Hulondhalo.
Pemerhati pembangunan
Tinggal di Desa Pentadu Barat Kecamatan Tilamuta Kab.Boalemo

Artikel ini dimuat tanggal 15 Pebruari 2001 di Harian Gorontalo Post



TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK
PROVINSI GORONTALO RATA-RATA
TAMAT SEKOLAH DASAR
Oleh : Yosef P. Koton

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan yang diikuti, maka semakin berkualitas orang tersebut. Karena antara lainnya untuk mengukur kualitas SDM ini lewat pendidikan, maka orang-orang yang ingin kelihatan berkualitas yang sebenarnya tidak demikian, berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar, Profesor, Doktor dan sebagainya, walaupun tidak pernah duduk dibangku kuliah. Namun adapula yng tidak mempunyai gelar tetapi berkualitas seperti; Aristoteles, Copernicus, Thomas Alfa Edison dan sebagainya. Tetapi sayang, orang-orang seperti ini pada saat sekarang ini sangat langka ditemukan.

SDM merupakan salah satu modal dasar didalam membangun Provinsi Gorontalo. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya potensi sumberdaya alam (SDA) yang melimpah kalau tidak dikelola oleh SDM, maka potensi SDA tersebut selamanya hanya akan tetap menjadi potensi dan tidak akan menjadi SDA yang produktif. Mengingat pembangunan SDM merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kemajuan dan kemandirian Provinsi Gorontalo, maka perlu dibuat program yang terpadu, terencana, bertahap dan berkelanjutan yang ujung-ujungnya dalam jangka waktu tertentu akan dapat melahirkan sejumlah SDM yang berkualitas yang akan menjadi penggerak dan pelopor pembangunan serta pengembangan Provinsi Gorontalo dimasa yang akan datang. Antara lainnya dari program tersebut apabila dilahirkan SDM nya sarjana, maka benar-benar sarjana yang berkualitas, magister, benar-benar magister berkualitas. Doktor, benar-benar Doktor berkulitas. Bukan seperti di daerah lainnya di luar Provinsi Gorontalo sarjana, magister dan doktor yang diraih, hanya sekedar untuk mencapai gelar, gagahan, prestise, menakuti-nakuti orang, arogansi tetapi karya nyata untuk kemaslahatan umat nol besar, kecuali kesarjanaannya hanya berguna untuk maksud yang terselubung bagi kepentingan dirinya sendiri.

Bagaimana gambaran SDM di Provinsi Gorontalo ? menurut data statistik hasil susenas tahun 1998, menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk di Provinsi Gorontalo adalah tamat SD. Selanjutnya menurut daerah Kabupaten/kota, di Kabupaten Gorontalo/Boalemo rata-rata penduduk tidak tamat SD (Sekolah Dasar), sedangkan di Kota Gorontalo adalah tamat SD. Lihat tabel 1 di bawah ini
Tabel 1. Rata-rata Lama Bersekolah Menurut Daerah Kabupaten/Kota
tahun 1998
No.
Daerah Kabupaten/Kota
L
P
L/P
1.
2.
Kab. Gorontalo/Boalemo
Kota Gorontalo
5,27
7,70
5,53
7,72
5,39
7,71

Total
6,485
6,625
6,55
Sumber : Dihitung dari hasil Susenas Tahun 1998

Tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata SD tersebut ada relevansinya dengan mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo yaitu sebanyak 57 % bekerja di sektor pertanian (BPS Sulut 1999). Dalam kaitan dengan data tersebut apabila dihubungkan dengan kebiasaan tidur siang yang diprihatinkan para pengamat di Harian Gorontalo, hal ini dapat dipaparkan antara lainnya karena para petani (sebanyak 57 % mata pencaharian penduduk Provinsi Gorontalo) ini mulai melakukan aktifitas bekerja keras di sawah, di kebun dan sebagainya setelah selesai sholat Shubuh sampai dengan menjelang sholat Zhuhur. Selanjutnya setelah selesai Zhuhur, maka para petani istirahat siang (tidur) sampai dengan Ashar. Setelah Sholat Ashar mulai melakukan aktifitas lagi. Lebih lanjut tidur siang para petani ini berpengaruh nyata dengan toko-toko yang tutup disiang hari.

Penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata berpendidikan SD ini, maka strategi apa yang akan diperbuat agar dapat didayagunakan untuk memajukan dan memandirikan Provinsi di masa mendatang ? Pekerjaan disektor pertanian yang dilakukan secara tradisional memang tidak begitu memerlukan pendidikan yang tinggi. Tetapi pertanian yang dilakukan secara modern untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi mensyaratkan pendidikan menengah dan tinggi. Demikian pula dengan sektor-sektor pekerjaan lainnya sangat membutuhkan tingkat pendidikan menengah dan tinggi. Mengingat hal tersebut maka yang mendesak untuk dilakukan adalah meningkatkan tingkat pendidikan penduduk.

Dalam kaitan dengan data tersebut di atas di Kabupaten Gorontalo/Boalemo tingkat pendidikan penduduk yang rata-rata tidak tamat SD, maka dicarikan solusinya. Kemungkinan hal ini disebabkan karena jarak lokasi SD berjauhan dengan lokasi rumah penduduk. Mengingat hal tersebut, maka gedung SD perlu didekatkan dengan rumah penduduk. Kemungkinan lainnya adalah motivasi orang tua untuk menyekolahkan anaknya rendah karena anaknya membantu mencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu peningkatan motivasi dari para orang tua agar menyekolahkan anaknya. Disamping perbaikan mata pencaharaiannya sehingga pendapatannya meningkat. Dari data BPS Sulut 1999 menunjukan bahwa ada 8.337 orang sarjana di Provinsi Gorontalo, maka para sarjana yang kemungkinan sebagian besar masih menganggur ini dapat didayagunakan untuk memotivasi para orang tua menyekolahkan anaknya dan memperbaiki mata pencaharaian dari para orang tua tersebut. Pendayagunaan sarjana tersebut programnya dapat serupa SP3 ( Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan) Provinsi Gorontalo. Kalau program ini berhasil maka akan terjadi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga berpengaruh positip pada peningkatan PDRB Provinsi Gorontalo.

Selanjutnya dari data statistik tersebut di atas dimana tingkat pendidikan penduduk Provinsi Gorontalo yang rata-rata tamat SD tersebut perlu ditingkatkan pendidikannya ke sekolah menegah pertama dan atas. Angka partisipasi murni penduduk yang dapat bersekolah pada tingkat sekolah ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Angka partisipasi Murni menurut Kabupaten/Kota
No.
Daerah Kabupaten/Kota
SD * (%)
SLTP * (%)
SLTA * (%)
1.
2.
Kab. Gorontalo/Boalemo
Kota Gorontalo
89,03
92,90
54,56
84,48
24,73
44,92

Total
90,965
69,52
34,825
Sumber : Dihitung dari hasil Susenas Tahun 1998
* Termasuk sekolah Madrasah

Data tersebut menunjukan bahwa penduduk Provinsi Gorontalo yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama adalah sebesar 69,52 % dan ke sekolah menengah atas sebesar 34,825 %. Selanjutnya menurut Kabupaten/Kota, di Kabupaten Gorontalo/Boalemo penduduk yang dapat melanjutkan ke sekolah menengah pertama sebesar 54,56 % dan sekolah menegah atas sebesar 24,73 %. Sedangkan di Kota Gorontalo penduduk yang dapat melanjutkan ke SLTP sebesar 84,48 % dan SLTA sebesar 44,92 %.

Dari data tersebut di atas apabila permasalahannya adalah faktor jarak lokasi SLTP dan SLTA yang berjauhan dengan rumah penduduk dan faktor motivasi orang tua menyekolahkan anaknya yang rendah maka perlu upaya-upaya terobosan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Menjadi catatan penting yang perlu dipertimbangkan pula adalah di Provinsi Gorontalo membutuhkan lebih banyak SLTP kejuruan dan SLTA kejuruan (SMK) sehingga dengan demikian penduduk lebih siap untuk membuka lapangan kerja baru. Selain itu pula menjadi catatan penting lainnya adalah kualiatas dari para pendidik perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan sehingga para lulusan yang dihasilkan adalah benar-benar berkualitas sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Demikianlah antara lainnya hal-hal yang menjadi catatan penting sebagai langkah awal Provinsi Gorontalo, mempersiapkan, mengatur, menata dan membina kembali peningkatan kualitas SDM nya yang menjadi penentu dan pelaku pembangunan di Provinsi terbungsu ini, sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama dapat mensejajarkan dirinya dengan Provinsi-Provinsi yang maju lainnya di Indonesia. Hal ini semua memerlukan perhatian yang intensif, serius dan berkelanjutan dari semua pihak, masyarakat dan pemerintah. Selamat memperingati hari Pendidikan Nasional yang pertama bagi Provinsi Gorontalo, 2 Mei 2001. Semoga peringatan ini menjadi tonggak awal dimana perhatian utama dicurahkan pada peningkatan kualitas SDM.

Kepala Sub Bidang Pengembangan Kawasan, Statistik
dan Pelaporan Bapppeda Provinsi Gorontalo.
Alumnus SMP Negeri I Telaga Tahun 1981

Artikel ini dimuat tanggal 4 Mei 2001 di Harian Gorontalo Post