Friday, September 15, 2006




AYAH

Ayahku yang dalam foto ini berdiri disebelah anak sulungku, saat ini sudah berusia 71 Tahun tapi masih kelihatan segar bugar. Dalam usianya yang lansia, beliau masih kuat bekerja di sawah. Aku, Ibu, kakak dan adik-adiku sudah melarang tapi beliau mengatakan kalau tidak ke sawah badannya terasa sakit-sakitan.

Ayahku, dalam usia remaja sudah merantau, meninggalkan kampung halamannya, Tanjung Bunga (Flores Timur) Nusa Tenggara Timur. Daerah yang menjadi tujuan perantauannya yang pertama adalah kota Makassar. Beberapa tahun Ayahku mengadu nasib di daerah ini. Menurut Ayahku pada saat itu terjadi pemborontakan Abdul Azis, hal ni berimbas pada kehidupan yang serba sulit dialami para perantau khususnya dari NTT.

Pada tahun 1958 terjadi pemborontakan Permesta di Gorontalo, Ayahku yang sudah bergabung dengan tentara Brawijaya (Pusat) dikirimkan ke Gorontalo untuk memerangi pemborontakan tersebut. Menurut Ayahku beliau saat itu ditugaskan menjadi Ajudannya Bapak Piola Isa. Banyak tentara Permesta yang dibunuh pada saat itu, kenangnya.

Pada saat bertugas di Gorontalo inilah, Ayahku mempersunting gadis asli daerah Gorontalo, Ibuku. Pada waktu Ayahku ditugaskan ke daerah yang lain, Ibuku tidak berkenan, sehingga Ayahku mengundurkan diri dan masuk menjadi PNS di Kota Gorontalo. Setelah pensiun dari PNS Ayahku menikmati hari tuanya bercengkrama dengan 12 orang cucunya.

No comments: