BENCANA BANJIR DARI PERSPEKTIF AGAMA
Oleh : Yosef P. Koton
Oleh : Yosef P. Koton
Tiadakah yang tahu, bahwa mereka dicobai tiap tahun, sekali atau dua kali, kemudian mereka tiada taubat dan tiada pula mengambil peringantan. (Surat At-Taubah, ayat 126).
Firman Allah SWT diatas menujukkan bahwa Allah SWT mencobai umatnya sebagai peringatan, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat yang disadari maupun tidak. Peringatan dengan percobaan tersebut dapat berupa musibah bencana alam. Dalam Kitabullah Al-Qur’an Allah sudah mencontohkan bagaimana pada masa Nabi Nuh As. Umat pada masa itu dimusnahkan dengan petir. Pada masa Nabi Syuaib umat dimusnahkan dengan gempa bumi dan masih banyak contoh lainnya yang tidak disebutkan secara lengkap disini.
Apakah dengan peringatan bencana alam tersebut, kemudian umat menyadari kesalahan-kesalahanyang telah diperbuatnya dan selanjutnya bertaubat. Ataukah kesalahan-kesalahan itu bertambah menjadi-jadi ? Dengan sadar diperbuat atau tidak, karena tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka dari itu perlu memperbanyak amal saleh sehingga mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan musibah cobaan itu dijauhkan dari umat.
Musibah bencana alam banjir yang melanda Kota dan Kabupaten Gorontalo tercinta ini. Apakah kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat, sehingga Allah SWT mencoba kita? Pada Harian ini diberitakan ribuan korban musibah banjir perlu dibantu. Tetapi dilain pihak banyaknya Potao (Pencuri) yang berkeliaran mencuri barang-barang korban. Sungguh ironis, korban yang dalam kesusahan dan membutuhkan bantuan. Malahan pihak lainnya (Potao) dengan tega-teganya membuat lebih susah lagi para korban. Dimanakah letak etika, moral dan nilai-nilai agama yang didakwahkan para ulama selama ini. Perilaku menyimpang ini membuktikan perlunya usaha yang ekstra keras dari tokoh-tokoh agama, tokoh pendidik dari SD hingga dengan STAIN didalam menanamkan nilai-nilai etika, moral dan agama dalam menjalani hidup yang hanya sebentar didunia ini.
Pada Harian ini pula pada waktu yang lalu diberitakan maraknya pelacuran dengan nama halusnya Hugel hingga perlu dibentuk Pansus di DPRD untuk menyelidikinya ? Bukankah perilaku hugel ini dibenci dan diharamkan oleh Allah SWT. Apakah yang menyebabkan sehingga orang-orang ini melakukan perbuatan yang dilarang dalam agama? Apakah ini karena faktor ketidaktahuan? Ataukah karena mengetahui tetapi imannya yang tipis? Kalau betul demikian adanya maka perlu penataan dan penyempurnaan pengajaran Agama dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Disamping itu pula yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan agama yang didapatkan diluar pendidikan formal melalui teladan dari perilaku tokoh masyarakat dan tokoh panutan didalam mengamalkan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari. Bukankah dengan kita manaati perintahnya maka kita semua akan terhindar dari musibah bencana sebagai peringatan dari Allah SWT.
Bencana banjir juga berhubungan nyata dengan penebangan pohon-pohon oleh pengusaha HPH dan masyarakat. Bukankah pohon-pohon yang tumbuh dihutan, dibukit-bukit dan di DAS itu ditumbuhkan dan dipelihara oleh Allah SWT ? Pengusaha HPH yang ingin mendapatkan untung besar tanpa memperdulikan kepentingan umum, maka pohon-pohon yang berdiameter dibawah 50 Cm ikut dibabat habis. Masyarakat yang ingin mendapatkan KUT dalam waktu 1 Jam/Ha pohon-pohon yang tumbuh dibukit dibabat habis sehingga menjadi gundul menggunakan mesin sensor. Kenyataannya sekarang ini Provinsi Gorontalo menunggak KUT Milyaran Rupiah. KUT diplesetkan kurang ukur Tapulang. Apakah mereka tidak sadar bahwa pohon-pohon itu ditumbuhkan agar air hujan masuk dan disimpan dalam tanah. Tidak seperti sekarang ini mengalir diatas tanah (banjir) yang menyusahkan ribuan orang, mendangkalkan sungai dan mendangkalkan danau limboto? Sungguh mereka itu keterlaluan. Hanya memikirkan kehidupan dunia dengan membuat bencana dimuka bumi. Padahal Allah SWT telah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk menyembah kebesaranNya dan menjadi rahmat bagi sekalian isi alam. Suatu perintah yang harus dilaksanakan sehingga kita dijauhkan dari cobaan sebagai tanda peringatan.
Masih banyak kesalahan-kesalahan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu disini, sehingga Allah SWT memberi peringatan dengan musibah bencana. Penyebab dari kesalahan-kesalahan tersebut adalah karena kelalaian kita sebagai manusia yang lebih mengutamakan keduniaan daripada akhirat. Marilah kita menrenungkan kesalahan-kesalahan tersebut dan berusaha memperbaiki serta tidak mengulanginya lagi. Bertaubatlah, sebelum dipanggil menghadap yang Maha Besar Illahi untuk mempertanggungjawabkan terhadap segala perbuatan yang telah dilakukan.
Penulis ;
Mantan Kepala Desa Tangkobu
Kecamatan Paguyaman Kab. Boalemo
Artuikel ini ditulis tahun 2000
No comments:
Post a Comment