Thursday, August 31, 2006

PROSPEK PENINGKATAN PAD BOALEMO
Oleh : Yosef P. Koton

Boalemo merupakan Kabupaten terbungsu di Sulawesi Utara. Nama Boalemo berasal dari Bahasa Gorontalo terdiri dari dua suku kata yaitu : Boa berarti Cium. Selain itu berarti pula membawa sesuatu dari arah belakang badan. Dan Lemo sama dengan Lemon atau Jeruk. Jadi Boalemo berarti Cium Lemon/Jeruk atau membawa Lemon/Jeruk. Mungkin satu-satunya nama Kabupaten/Kota namanya mengarah kepada komoditi pertanian.

Jeruk merupakan komoditi multi fungsi bagi keperluan hidup Manusia antara lainnya mengandung Vitamin C yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, menurunkan kadar Kolesterol, bumbu pada berbagai masakan, dibuat Juice untuk minuman dan kalau dicium-cium wangi/aromanya dapat mencegah Influensa serta orang tua mempunyai kepercayaan, Jeruk didekatkan pada bayi sedang tidur yang ditinggalkan sendirian. Tidak tahu maknanya apa ini.

Varietas / Jenis Jeruk saat sekarang ini sudah demikian banyak, merupakan hasil perkawinan silang yang dilakukan oleh ahli-ahli pertanian. Jeruk Manis, Nipis, Sunkist, Bali dan sebagainya diperjual berlikan disetiap pasar. Dengan demikian jeruk ini mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat. Jeruk dapat hidup di berbagai jenis tanah dan dari dataran rendah sampai dataran tinggi.

Kembali kepada nama Boalemo kemungkinan di Daerah ini pada masa lalu merupakan sentra produksi Jeruk di Gorontalo bahkan di Sulawesi Utara, sehingga di beri nama Boalemo. Pada masa lalu itu mungkin orang yang menetap dan melewati daerah ini mencium aroma/wangi Jeruk dan kalau meninggalkan daerah ini membawa Jeruk dalam jumlah banyak sehingga membawanya harus dari arah belakang badan.

Boalemo pada saat sekarang ini, jeruk menjadi ciri khasnya tinggal menjadi kenangan masa lalu. Halaman rumah penduduk baik didepan maupun belakang rumah, Jeruk yang ditanam tinggal satu dua pohon saja. Bahkan lebih banyak dari halaman rumah penduduk sama sekali tidak ada tanaman jeruk. Lebih jauh lagi pandangan kita arahkan ke belakang rumah penduduk sepanjang jalan Trans Sulawesi Jeruk itu tidak terlihat, yang nampak hanyalah terdapat sebagian tanah/lahan tidur dan perbukitan yang tidak ditananmi. Jangan sampai hal ini berkesan bahwa tanah Boalemo itu, kurang subur pada Wisatawan dan Investor yang berkunjung.

Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas maka hal ini menjadi tantangan masyarakat dan aparat pemerintah mengembalikan ciri khas Boalemo dengan tanaman Jeruk. Caranya dengan mengadakan penanaman Jeruk dihalaman rumah penduduk, tanah /lahan tidur dan perbukitan yang tidak ditanami dari desa Tangkobu sampai dengan ke Kecamatan Popayato sepanjang jalan Trans Sulawesi. Dengan demikian jalur jalan tersebut menjadi hijau dengan tanaman jeruk atau tanaman perkebunan dan kehutanan lainnya. Sehingga kesan kurang subur hilang dengan sendirinya. Dalam hubungan dengan hal tersebut, Wisatawan yang berkunjung melihat hijaunya jalur jalan Trans Sulawesi yang ditata dengan baik. Seperti daerah Puncak Jawa Barat dengan tanaman teh. Sehingga Boalemo menjadi salah satu lokasi Agrowisata yang menarik dikunjungi.

Kabupaten Boalemo mempunyai luas wilayah 6.739,27 Km2 atau 24 % dari luas Propinsi Sulawesi Utara dan mempunyai jumlah penduduk 183.620 jiwa. Dengan demikian bila dibandingkan luas wilayah / tanah dengan penduduk, maka setiap Km2 tanah di Boalemo dihuni oleh 27 orang penduduk. Jika 1 Km2 digunakan bagi usaha pertanian maka setiap orang memiliki lahan 3,7 Ha. Dipandang dari aspek lingkungan hidup (daya dukung lahan) maka angka ini masih jauh dibawah batas ambang merusak lingkungan. Oleh karena itu masih memungkinkan diberdayakan seoptimal mungkin dengan memperhatikan kelestariannya bagi peningkatan PAD Boalemo.

Pengertian pertanian dalam arti umum mencakup perkebunan dan peternakan yang menjadi salah satu sektor unggulan dalam LP3UB yang diprogramkan Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan karena hampir keseluruhan mata pencaharian masyarakat Boalemo adalah pada sektor pertanian. Pengembangan pertanian untuk wilayah / daerah yang mempunyai dataran yang rendah dan mempunyai potensi untuk diairi, arah kebijakan yang dapat ditempuh adalah pengembangan komoditi tanaman pangan. Mengingat hal tersebut Pemda Boalemo mengusulkan ke Pemerintah tingkat atas melalui Rakorbang yaitu Pembangunan dan Pengembangan Daerah Irigasi yaitu ; DI Paguyaman Kiri, Bongo, Tutulo, Taliduyuno, Randangan, Marisa, Popayato,Lemito dan Molosifat. Apalagi Pembangunan dan Pengembangan Daerah Irigasi ini terealisasi maka implikasinya besar sekali bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan PAD Boalemo.

Pengembangan Daerah / Wilayah yang mempunyai dataran yang tinggi dan sulit untuk diairi secara teknis, maka arah kebijakan yang dapat ditempuh adalah pengembangan komoditi perkebunan dan kehutanan serta peternakan.

Lahan perkebunan saat sekarang ini yang dikelola masyarakat di Kabupaten Boalemo sejumlah 24.137,63 Ha dengan jumlah produksi 19.893,50 Ton. Dari jumlah lahan yang dikelola tersebut 86 % merupakan perkebunan kelapa, dengan jumlah produksi 19.318,72 Ton. Bila dibandingkan dengan luas Kabupaten Boalemo yang mencapai luas 673.900, 27 Ha. Maka luas lahan yang dikelola untuk usaha perkebunan tersebut baru sebesar 3,5 % saja. Berdasarkan hal tersebut, arah kebijakan perkebunan yang dapat ditempuh adalah dengan usaha Ekstensifikasi dan Diversifikasi. Melalui usaha Ekstensifikasi perkebunan dengan target 10 % saja, maka Implikasinya besar sekali bagi peningkatan pendapatan Asli Daerah Boalemo. Melalui usaha Diversfikasi bukan hanya komoditi Kelapa yang menjadi primadona tetapi komoditi perkebunan lainnya yang berprospek eksport dan diantar pulaukan perlu menjadi komoditi unggulan. Dalam usaha Ekstensifikasi dan Diversifikasi disamping melibatkan masyarakat perorangan dan membentuk perusahaan daerah juga tak bisa diabaikan Investor Swasta.

Lima Program Prioritas Pembangunan Unggulan Boalemo (LP3UB)
Berdasarkan analisis SWOT potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki Kabupaten Boalemo dan dikaitkan dengan usulan masyarakat tingkat bawah (Bottom Up) melalui Diskusi UDKP serta dihubungkan dengan Program Unggulan Propinsi Sulawesi Utara. Maka Pemda meramunya menjadi satu konsep acuan yang Insya Allah akan dituangkan dlam Pola Dasar Pembangunan Boalemo yaitu dikenal dengan LP3UB. Paparan Bupati Iwan Bokings pada Rakorbang I Tingkat Propinsi Sulut. LP3UB ini meliputi :
1. Pertanian dalam arti umum
2. Perikanan dan Kelautan
3. Kehutanan
4. Pariwisata
5. Pertambangan

Pemberdayaan kelima sektor pembangunan ini diharapkan dapat memacu peningkatan PAD Boalemo dengan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama para petani / nelayan, memperluas kesempatan kerja dan mengembangkan ekonomi kerakyatan. Dengan demikian percepatan pembangunan di Boalemo segera terujud dan dinikmati oleh masyarakat Boalemo

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet)

Menurut perhitungan BPS Kabupaten Gorontalo dalam paparan Bupati Boalemo Iwan Bokings pada Rakorbang I Tingkat Propinsi Sulut. Pertumbuhan Ekonomi Boalemo Tahun 1999 mencapai pertumbuhan 2,53 %. Bila hal ini dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk yang hanya 1,6 % maka dengan demikian pertumbuhan ekonomi ini dapat menampung setiap tahun pertambahan angkatan kerja di Boalemo. Malahan terdapat surplus sebesar 0,93 %. Indikator ini menunjukan setiap bulan/tahun terjadi pertumbuhan / peningkatan pembangunan di Boalemo. Memperhatikan hal tersebut angka pertumbuhan ekonomi ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan bagi percepatan dan kemajuan pembangunan.

Berdasarkan analisis peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dikaitkan dengan peningkatn PAD dengan PDRB Boalemo saat sekarang ini mencapai 542,037 Milyar dan pendapatan perkapita penduduk saat sekarang ini sebesar Rp. 2.685.232/tahun atau Rp. 223.769 per bulan. Pendapatan ini diatas Upah Minimum Regional (UMR) dan juga berdasarkan pertimbangan pemerataan pembangunan dikelima kecamatan di Boalemo, maka Pemda telah memprogramkan 4 Kapet yaitu :
1. Kapet Paguyaman sebagai Pusat Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri.
2. Kapet Tilamuta sebagai Pusat Pengembangan Pemerintahan, Pendidikan, Kebudayaan dan
Pariwisata.
3. Kapet Marisa – Paguat sebagai Pusat Pengembangan Sentra Produksi dan Pusat Perda-
gangan Jasa dan Perikanan.
4. Kapet Randangan – Popayato sebagai Pusat Pengembangan Perkebunan, Peternakan dan
Pelestarian Lingkungan.

Dengan Program Kapet yang akan memberdayakan potensi Sumber Daya Alam dan Sumbedaya Manusia dikeempat Kawasan, maka dengan demikian akan dapat memacu peningkatan PAD dan Pertumbuhan Ekonomi. Sehingga percepatan pembangunan di keempat kawasan berjalan bersamaan dan sejajar yang tujuan akhir adalah kesejahteraan masyarakat yang merata di Boalemo.

Mencermati potensi dan prospek kemajuan serta percepatan pembangunan Boalemo bermasa depan cerah dan mengaitkannya dengan ancaman gejolak sosial dan kerusuhan yang melanda daerah – daerah di Indonesia saat sekarang ini seperti ; di Poso, Ternate, Ambon, Aeceh dan sebagainya. Maka jaringan sampai hal brutal dan tidak manusiawi tersebut yang diprovokasi oleh oknum tertentu dengan membakar emosi masa yang sifatnya sesaat terjadi di daerah termuda ini. Kerusuhan tersebut akan meluluh lantakan segala daya upaya yang selama ini dengan bersusah payah telah terbangun baik fisik maupun non fisik. Hasil akhir kerusuhan adalah penderitaan lahir dan batin anak manusia Boalemo. Mencermati hal tersebut masyarakat Boalemo harus bersatu padu, hidup rukun, tidak mudah terprovokasi, menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam hal kebaikan, berpikiran positif dan akhirnya membantu dan mendukung segala daya upaya yang diprogramkan Pemerintah Daerah yang saat sekarang ini dipimpin Bupati Iwan Bokings yang pakar, praktisi, energik dan sangat aktif memperjuangkan kemajuan pondasi Pembangunan Boalemo yang kokoh berprospek masa depan cerah. Orang bijak berkata bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, bila pekerjaan awalnya dikerjakan dengan baik maka hal tersebut menandakan pekerjaan sudah 99 % selesai.

Jl. Merdeka No. 85 KP. 96263
Desa Hungayonaa, Kecamatan Tilamuta
Kabupaten Boalemo

Artikel ini dimuat tanggal 7 September 2000 di Harian Gorontalo Post

No comments: